Tag: kopi

  • Kopi Wine? Kopi Anaerob? Gimana Cara Seduhnya?

    Kopi Wine? Kopi Anaerob? Gimana Cara Seduhnya?

    Gambar secangkir kopi dengan tampilan wine-like dan biji kopi fermentasi

    Fermentasi pada Kopi: Proses Paska Panen yang Memberikan Nuansa Rasa Fruity Pada Kopi

    Sebelum menyelami dunia kopi natural anaerob, penting untuk memahami bahwa semua proses kopi sebenarnya melibatkan fermentasi. Penelitian oleh Elhalis et al. (2020) dalam Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety menunjukkan bahwa bahkan kopi natural paling dasar mengalami fermentasi spontan oleh mikroorganisme indigenous selama pengeringan.

    Namun, yang membedakan kopi natural anaerob adalah kontrol ketat terhadap parameter fermentasi dalam lingkungan tanpa oksigen. Studi oleh Zhang et al. (2019) mengungkap bahwa kondisi anaerobik mengubah metabolisme mikrobial secara fundamental, menghasilkan profil flavor yang berbeda secara kualitatif.

    Sains di Balik Kopi Wine: Mikrobiologi Fermentasi Anaerob

    Kopi wine atau anaerobic coffee merupakan hasil dari fermentasi terkontrol tanpa oksigen yang dipelajari secara ilmiah. Penelitian Pereira et al. (2020) dalam Food Research International mengidentifikasi bahwa lingkungan anaerobik mendorong dominasi bakteri asam laktat (LAB) dan ragi non-Saccharomyces.

    Proses biokimia selama fermentasi anaerobik yang prolongated menghasilkan:

    • Asam organik volatil (asetat, laktat, suksinat) yang memberikan complexity rasa
    • Ester dan fenol yang menciptakan aroma wine-like (Evangelista et al., 2014)
    • Prekursor flavor yang hanya terbentuk dalam kondisi rendah oksigen

    Bukti Ilmiah: Karakteristik Unik Kopi Natural Anaerob

    1. Perubahan Komposisi Kimia

    Analisis kimia oleh Bressani et al. (2021) menunjukkan peningkatan signifikan pada:

    • Asam laktat/ lactic acid (hingga 3.2x lebih tinggi daripada proses natural biasa) dimana biasanya rasa kopi natural wine/ anaerob lebih asam dibandingkan natural biasa
    • Gliserol yang berkontribusi pada body yang lebih berat, dimana pada umumnya kopi natural anaerob berbodi lebih tinggi dibandingkan wash classic or natural classic
    • Polifenol kompleks yang menghasilkan sensasi tannin, rasa sepet atau dry seringkali kita temukan pada kopi natural anaerob, dengan jumlah yang sedikit rasa sepet bisa menyerupai sepet di blacktea atau di minuman wine.

    2. Modifikasi Struktur Sel Biji

    Studi mikroskopis elektron oleh Velasquez et al. (2019) mengkonfirmasi bahwa prolonged fermentation menyebabkan degradasi dinding sel dan meningkatkan porositas biji. Perubahan struktural ini menjelaskan mengapa:

    • Roasting menjadi lebih cepat (konduktivitas termal meningkat 15-20%), kopi natural anaerob lebih cepat matang daripada kopi wash.
    • Ekstraksi selama brewing lebih efisien, tingkat solubility yang cenderung tinggi sehingga untuk kopi natural anaerob harus diadjust dibeberapa brew parameter.
    • Produksi crema lebih melimpah karena solubility tinggi.

    Dampak pada Roasting: Perspektif Ilmiah

    Penelitian Schenker et al. (2020) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menunjukkan bahwa perubahan komposisi kimia pra-roast mempengaruhi reaksi Maillard dan perkembangan flavor selama roasting.

    Kandungan gula yang lebih tinggi pada kopi anaerob menyebabkan:

    • Akselerasi reaksi karamelisasi
    • Pembentukan senyawa flavor yang lebih kompleks
    • Penampakan oily surface yang lebih awal karena migrasi lipid

    Rekomendasi Penyeduhan Berbasis Bukti Ilmiah

    Berdasarkan penelitian ekstraksi oleh Gloess et al. (2018) dan percobaan kontrol oleh Cordoba et al. (2021), berikut rekomendasi berbasis sains:

    1. Brew Ratio Panjang (1:17 hingga 1:18)

    Alasan ilmiah: Studi kimia ekstraksi menunjukkan bahwa rasio lebih tinggi mengurangi ekstraksi selektif terhadap polyphenol yang menyebabkan astringency, sambil mempertahankan ekstraksi asam organik yang diinginkan (López-Galilea et al., 2020).

    2. Suhu Rendah (84°C – 88°C)

    Bukti penelitian: Penelitian Angeloni et al. (2019) menemukan bahwa suhu di bawah 90°C secara signifikan mengurangi ekstraksi tannin dan senyawa pahit sambil mempertahankan volatil aroma yang diinginkan.

    3. Agitasi Minimal

    Dasar ilmiah: Studi CFD (Computational Fluid Dynamics) oleh Moroney et al. (2019) menunjukkan bahwa agitation berlebihan meningkatkan ekstraksi diferensial, khususnya senyawa yang tidak diinginkan dari bagian luar biji.

    4. Waktu Ekstraksi yang Dimodifikasi

    Rekomendasi penelitian: Data dari Peterson et al. (2020) menyarankan waktu kontak 10-15% lebih pendek dibandingkan kopi natural konvensional untuk menghindari over-extraction senyawa polyphenol.

    Kesimpulan Ilmiah: Optimasi Berbasis Sains

    Kopi natural anaerob memerlukan pendekatan brewing yang berbeda karena perubahan fundamental dalam komposisi kimia dan struktur fisiknya. Bukti ilmiah terkini mendukung pendekatan brewing dengan:

    • Parameter yang meminimalkan ekstraksi senyawa astringent
    • Optimasi ekstraksi senyawa flavor yang diinginkan
    • Penyesuaian berdasarkan modifikasi struktural biji

    Dengan memahami dasar ilmiah di balik karakteristik unik kopi natural anaerob, kita dapat mengembangkan metode brewing yang secara ilmiah terbukti menghasilkan cup profile yang optimal.


    Referensi Ilmiah

    1. Elhalis, H., et al. (2020). Coffee fermentation: Expedition from traditional to controlled process. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety.
    2. Zhang, S. J., et al. (2019). Impact of different microbial communities on the chemical and sensory properties of coffee. Food Research International.
    3. Pereira, L. L., et al. (2020). The microbial community in coffee fermentation and its impact on coffee quality. Food Research International.
    4. Evangelista, S. R., et al. (2014). Microbiological diversity during fermentation of coffee. International Journal of Food Microbiology.
    5. Velasquez, S., et al. (2019). Structural changes in coffee beans during anaerobic fermentation. Journal of Food Science.
    6. Gloess, A. N., et al. (2018). Comparison of nine common coffee extraction methods. European Food Research and Technology.
    7. Cordoba, N., et al. (2021). Chemical and sensory evaluation of cold brew coffees. Foods.
  • Manisnya Kopi Manual Brew Menggunakan Burger Brew Method

    Manisnya Kopi Manual Brew Menggunakan Burger Brew Method

    Ulasan Resep “Burger Brew”: Inovasi Seduh Berlapis untuk Cita Rasa Kompleks & Bersih

    (Dosis: 16g | Air: 250ml | Suhu: 90°C | Waktu: 2:30 menit)

    Konsep “Burger Brew”
    Terinspirasi struktur burger—dua lapisan grind size berbeda (halus + medium)—resep ini memanfaatkan dinamika layer ekstraksi. Lapisan bawah (13g medium) berperan sebagai “patty” penjaga kejelasan rasa, sementara lapisan atas (3g halus) menjadi “bun” yang mempercepat laju ekstraksi dan menambah kompleksitas. Tujuannya: rasa bersih, manis alami, aftertaste panjang, dan body penuh meski rasio air tinggi (1:16) tanpa terasa watery.


    Latar Belakang Ilmiah & Edukasi

    1. Mekanisme Dua Lapisan Grind Size

    • Lapisan Halus (3g):
      Luas permukaan besar → ekstraksi cepat di awal (fase “bloom” diperpanjang secara alami). Mengeluarkan acidity dan sweetness lebih awal, membentuk kualitas aroma lebih baik.
    • Lapisan Medium (13g):
      Ekstraksi bertahap → mencegah over-extraction pahit. Menjaga clarity dan menstabilkan aliran air, menghasilkan aftertaste bersih.

    2. Pouring Bertahap & Efek “Tiris”

    • Tiga Pulse Pouring:
    • Pertama (50ml): Membasahi lapisan halus → memicu degassing CO₂.
    • Kedua (100ml tambahan): Ekstraksi inti → gula karamel dan senyawa manis (dari lapisan medium) terdorong keluar.
    • Ketiga (100ml akhir): “balancing” (bypass extraction) → menyempurnakan keseimbangan mengurangi bitterness.
    • Menunggu Tiris:
      Mencegah channeling, memaksimalkan ekstraksi merata, dan mempertahankan suhu optimal di slurry.

    3. Rasio Panjang Tanpa Rasa Watery?

    • Dominasi Grind Medium: 81% biji medium → partikel lebih seragam mengurangi risiko over-extraction.
    • Suhu 90°C: Ekstraksi efisien sweetness (optimal pada 90–94°C).
    • Waktu 2:30: Ideal untuk rasio air tinggi → lapisan halus mempercepat ekstraksi awal, lapisan medium menahan pahit di akhir.

    Profil Rasa yang Diharapkan

    • Aroma: Floral/fruity (dari lapisan halus).
    • Body: Sedang, creamy (dari minyak biji medium).
    • Aftertaste: Panjang, bersih, dengan sweetness mirip gula tebu atau madu.
    • Kompleksitas: Asam cerah (lapisan halus) + karamel/nutty (lapisan medium).

    Mengapa “Burger Brew” Berbeda?

    • Kontrol Ekstraksi Berlapis: Fine grind “mencuri start” ekstraksi, medium grind jadi “penahan” di fase akhir.
    • Efisiensi Seduh: Rasio 1:16 biasanya berisiko watery, tapi lapisan ganda memertahankan body.
    • Kompatibel dengan Berbagai Biji: Cocok untuk single-origin asam tinggi (lapisan halus mengangkat acidity) atau biji fruity (lapisan medium menjaga sweetness).

    Catatan Penting:

    • Grind Consistency Krusial! Gunakan grinder presisi (mis: Baratza Encore) agar lapisan tidak tercampur.
    • Alternatif: Jika tanpa grinder, beli kopi dengan dua grind size terpisah.

    Step-by-Step Visual Brewing Guide

    1. Siapkan V60/Filter:  
       - Lapisan 1: 13g kopi medium (seperti pasir pantai).  
       - Lapisan 2: 3g kopi halus (seperti garam) di atasnya.  
    
    2. 1st Pour (50ml):  
       - Basahi merata lapisan halus. Tunggu TIRIS (≈30 detik).  
    
    3. 2nd Pour (ke 150ml):  
       - Aliran spiral pelan. Tunggu TIRIS (≈1 menit).  
    
    4. 3rd Pour (ke 250ml):  
       - Tuang melingkar dari dalam ke luar. Stop di 2:30!  
    
    5. Nikmati: Rasakan perpaduan "crisp" acidity + "lembut" manis!  

    Kesimpulan

    “Burger Brew” adalah eksperimen brilian yang memadukan sains ekstraksi dan seni penyajian. Dengan memanipulasi grind size secara bertahap, Anda mendapatkan kompleksitas gilingan halus seperti mokapot (dari fine grind) dan kejernihan filter coffee (dari medium grind) dalam satu cangkir. Challenge untuk Pemula: Jika aftertaste terlalu asam, kurangi fine grind jadi 2g. Jika kurang kompleks, naikkan ke 4g. Selamat mengeksplorasi “dunia baru” di gelas seduhan Anda!

    “Inovasi lahir dari keberanian mengacak template—seperti menyusupkan lapisan halus di antara butiran medium, lalu menertawakan hukum seduh konvensional.” ☕🔥


    Credits: Resep terinspirasi oleh teknik layered grinding pada kompetisi Brewers Cup (mis: peraih juara 2023, Carlos Medina), dimodifikasi untuk rumahan.

  • Beda Dose Beda Rasa! Ini Permasalahan Banyak Brewer yang Suka Mengganti Dose Kopi

    Mengapa Ukuran Dripper dan Dosis Kopi Harus Sejalan

    Bagi para pecinta kopi/ homebrewer khusunya metode filterbrew (pour-over), dripper seperti Hario V60 adalah alat yang paling umum. Namun, ada satu prinsip mendasar yang sering terlewat: setiap dripper dirancang dengan kapasitas optimal tertentu. Memaksakan dosis kopi melebihi rekomendasi – seperti menuangkan 30 gram kopi ke dalam Hario V60 ukuran 01 yang dirancang untuk 1-2 cangkir (sekitar 10-15 gram) – bukanlah jalan pintas, melainkan sesuatu yang akan merusak kualitas kopi Anda.

    Mengapa Ukuran Dripper Begitu Penting?

    Inti masalahnya terletak pada kedalaman coffee bed (lapisan bubuk kopi yang terbentuk setelah diseduh).

    1. Desain & Kapasitas: Dripper seperti Hario V60 01 memiliki bentuk kerucut dan ukuran yang lebih kecil dibandingkan saudaranya, V60 02 atau 03. Ini berarti volume ruang di dalamnya terbatas.
    2. Hubungan Dosis dengan Kedalaman Bed: Saat Anda menuangkan air, bubuk kopi akan mengembang dan membentuk lapisan (bed). Dosis kopi menentukan seberapa tebal lapisan ini.
    3. Kedalaman Bed yang Ideal: Untuk ekstraksi yang merata dan aliran air yang optimal, dibutuhkan kedalaman coffee bed yang sesuai. Tidak terlalu dangkal (berisiko under-extraction dan aliran terlalu cepat) dan tidak terlalu dalam, kedalaman yang ideal adalah 3-5cm.

    Apa yang Terjadi Saat Dripper Kelebihan Muatan (Overloaded)?

    Memasukkan dosis kopi yang terlalu besar untuk ukuran dripper (misal, 30g+ pada V60 01) membuat coffee bed menjadi terlalu dalam. Konsekuensinya :

    1. Drawdown yang Sangat Lama:
      • Air harus menembus lapisan kopi yang jauh lebih tebal dan padat.
      • Gravitasi kesulitan menarik air melewati seluruh lapisan ini dengan efisien.
      • Proses penyaringan menjadi lama, jauh melebihi waktu ideal (biasanya 2-4 menit untuk pour-over standar). Bisa mencapai 5 menit atau bahkan lebih!
    2. Risiko Channeling Tinggi:
      • Dengan bed yang sangat dalam dan padat, air akan mencari jalan yang paling tidak hambatan.
      • Alih-alih merata melewati seluruh bubuk kopi, air cenderung membentuk “saluran” (channels) di titik-titik tertentu yang lebih longgar.
      • Akibatnya? Sebagian besar kopi hanya tersentuh air sedikit (under-extracted), sementara kopi di sepanjang saluran itu terkena air terlalu banyak dan terlalu lama.
    3. Risiko Over-Extraction Besar:
      • Channeling adalah penyebab utama over-extraction lokal.
      • Kopi di jalur air yang terbentuk akan terus menerus diekstraksi oleh air yang mengalir deras, mengeluarkan senyawa pahit dan tidak seimbang.
      • Ditambah dengan waktu drawdown yang sangat lama, bagian kopi lain yang tidak terkena channel pun memiliki waktu kontak berlebihan dengan air, meningkatkan ekstraksi keseluruhan ke arah yang tidak diinginkan.
    4. Ekstraksi Tidak Merata:
      • Kombinasi bed yang terlalu dalam, channeling, dan waktu kontak yang panjang menghasilkan ekstraksi yang sangat tidak konsisten.
      • Hasilnya adalah cangkir kopi yang pahit, astringent (kesat di mulut), tidak seimbang, dan kehilangan karakter rasa asli biji kopi. Rasa manis dan kompleksitasnya seringkali hilang tertutupi oleh kepahitan dan rasa tidak bersih.

    Solusi: Selalu Cek dan Pahami Kapasitas Dripper

    1. Kenali Spesifikasi Dripper Anda:
      • Hario V60 01: Optimal untuk 10-15g kopi (1-2 cangkir kecil, sekitar 120-225 hasil seduhan akhir).
      • Hario V60 02: Optimal untuk 15g – 30g kopi (2-4 cangkir, sekitar 250-500ml).
      • Origami Dripper : Optimal untuk 12g-15g kopi.
      • Kalita wave 155 : Optimal untuk 10g-15g kopi.
      • Hario Switch 02: Optimal untuk 15g- 30g kopi.
      • (Catatan: “Cup” di sini merujuk pada ukuran seduhan kopi manual, bukan cangkir standar minum)
    2. Pilih Ukuran Dripper yang Sesuai Kebutuhan:
      • Seduh untuk sendiri atau berdua? V60 01 biasanya cukup.
      • Seduh untuk 3-4 orang? Gunakan V60 02 atau 03.
    3. Jika Terpaksa Pakai Dosis Besar di Dripper Kecil:
      • Giling Lebih Kasar: Ini membantu mempercepat aliran air dan mengurangi risiko stall (drawdown berhenti). Namun, ini hanya mitigasi parsial, bukan solusi sempurna, dan berisiko menyebabkan under-extraction jika terlalu kasar.
      • Teknik Pouring yang Sangat Hati-hati: Gunakan teknik pulse pouring (menuang bertahap) yang sangat terkontrol untuk meminimalkan gangguan pada bed dan mengurangi risiko channeling. Tetap saja, hasilnya tidak akan sebaik menggunakan dripper yang sesuai.

    Kesimpulan: Ukuran Itu Penting!

    Desain dripper bukan sekadar estetika. Ukurannya menentukan kapasitas optimal untuk membentuk coffee bed dengan kedalaman yang ideal. Memaksakan dosis kopi yang terlalu besar ke dalam dripper kecil seperti Hario V60 01 mengundang masalah: drawdown molor, channeling merajalela, dan risiko over-extraction yang tinggi. Hasilnya adalah cangkir kopi yang pahit, tidak seimbang, dan jauh dari potensi sebenarnya.

  • Harus Beli Yang Mana? V60 vs Kalita? Cone vs Flat Bottom? Mana Yang Lebih Userfriendly

    Pertarungan abadi di dunia pour-over! Selalu bingung dalam memilihi antara Flat Bottom dan Cone sering membingungkan, terutama untuk pemula. Mana yang lebih ramah pengguna? Mari kita bahas secara mendalam, lengkap dengan tips & perkembangan terbaru.

    Flat Bottom umumnya lebih user-friendly untuk pemula

    karena lebih toleran terhadap teknik tuang yang seringkali kurang stabil dan menghasilkan konsistensi lebih mudah. Namun, Cone menawarkan deep exploration rasa, dapat menyajikan potensi kejelasan rasa lebih tinggi bagi yang sudah mahir.

    Flat Bottom Dripper: Stabilitas & Konsistensi

    • Contoh Brand: Kalita Wave (ikonik), Orea V3, April Brewer, Fellow Stagg [X], Tricolate, Solo Coffee Dripper.
    • Kenapa Lebih User-Friendly (Umumnya):
      1. Bed Lebih Datar & Lebar: Menciptakan tumpukan kopi lebih dangkal yang memastikan ekstraksi lebih mudah merata secara alami. Minimalisir “channeling” (air mencari jalur tertentu).
      2. Aliran Air Lebih Terkontrol: Kalita, Lubang kecil atau desain khusus (seperti Wave) mengatur laju aliran, membantu pemula mengurangi untuk mengontrol waktu ekstraksi.
      3. Teknik Tuang Lebih Mudah: Tidak perlu fokus menuang tepat di tengah. Menuang spiral atau bahkan back-and-forth secara umum masih menghasilkan kopi yang bagus. Lebih memaafkan kesalahan.
      4. Konsistensi Lebih Mudah Dicapai: Karena kontrol aliran internal dan ekstraksi yang merata, lebih mudah mendapatkan cangkir yang serupa dari hari ke hari, bahkan dengan sedikit variasi teknik.
    • Do’s:
      • Basahi filter dengan sempurna untuk menempelkannya ke dinding dripper.
      • Gunakan gilingan yang relatif medium, grind sedikit lebih kasar daripada grindsize untuk cone dripper.
      • Tuang dengan stabil, fokus pada saturasi seluruh bed secara merata dengan gerakan memutar.
      • Pertahankan level air yang selalu sama ketika menuangkan air ke slurry.
    • Don’ts:
      • Giling terlalu halus (berisiko menyumbat, terutama di Wave).
      • Menuang terlalu agresif langsung di tengah (bisa membuat lubang di bed/kawah).
      • Mengabaikan bloom (meski lebih toleran, bloom tetap penting).
      • Menggunakan filter yang tidak dirancang khusus untuk drippernya (terutama penting untuk Wave).

    Cone Dripper: Kejelasan & Potensi Tertinggi

    • Contoh Brand: Hario V60 (paling populer), Origami, Kono, Chemex .
    • Kenapa Bisa Lebih Menantang:
      1. Bed Lebih Dalam & Sempit: Air cenderung mengalir ke pusat, meningkatkan risiko channeling jika teknik tuang tidak tepat.
      2. Aliran Air Sangat Cepat & Bebas: Kontrol ekstraksi hampir sepenuhnya bergantung pada teknik menuang dan ukuran gilingan. Butuh lebih banyak keterampilan untuk mengatur waktu ekstraksi.
      3. Teknik Tuang Lebih Kritis: Menuang spiral yang konsisten dan terpusat sangat penting untuk memastikan semua kopi terekspos air secara merata. Menuang sembarangan menghasilkan ekstraksi tidak merata.
      4. Potensi Rasa Lebih Tinggi (Bagi yang Mahir): Ketika dilakukan dengan sempurna, cone sering memberikan kejelasan rasa (clarity), keasaman yang lebih cerah, dan lapisan rasa (layering) yang lebih kompleks dibanding flat bottom.
    • Do’s:
      • Fokus pada Teknik Tuang: Gunakan kettle berparuh gooseneck. Kuasai spiral yang konsisten, mulai dari tengah keluar dan kembali, menjaga ketinggian air stabil.
      • Bereksperimen dengan Ukuran Gilingan: Temukan titik manis antara kecepatan alir dan ekstraksi (biasanya lebih halus dari flat bottom untuk V60 standar).
      • Bloom dengan Hati-hati: Pastikan semua kopi basah merata.
      • Kontrol Ketinggian Tuang: Untuk mengatur agitasi (pengadukan alami).
    • Don’ts:
      • Menuang terlalu cepat/agresif atau tidak terpusat.
      • Menggunakan gilingan terlalu kasar (ekstraksi kurang) atau terlalu halus (over-ekstraksi pahit atau tersumbat).
      • Mengabaikan pentingnya kettle gooseneck.
      • Membiarkan bed kopi mengering sepenuhnya selama proses tuang.

    Kesimpulan User-Friendliness:

    • Pemula/Mencoba Konsistensi Mudah: Pilih Flat Bottom (e.g., Kalita Wave). Lebih memaafkan, hasil lebih konsisten dengan usaha minimal, teknik tuang lebih mudah.
    • Pencinta Kopi Berpengalaman/Mengeksplorasi Rasa Kompleks: Pilih Cone (e.g., V60). Menawarkan kontrol penuh dan potensi rasa lebih tinggi, tapi butuh latihan teknik tuang yang baik.

    Pembaharuan di Dunia Flat Bottom:

    Kalita Wave mendominasi bertahun-tahun, tapi beberapa tahun terakhir muncul inovasi menarik

    Apa Arti Pembaharuan Ini?

    • Fokus pada Ekstraksi Lebih Merata & Efisien: Mengurangi “bypass” (air yang melewati sisi kopi tanpa mengekstrak) adalah tren besar (Orea dengan Negotiator, Solo dengan filter khusus).
    • Fleksibilitas: Orea membuka pintu untuk eksperimen berbagai jenis filter.
    • Profil Rasa Baru: Brewer seperti Solo menawarkan profil ekstraksi tinggi yang sangat bersih, berbeda dari Kalita klasik.
    • Peningkatan Material & Estetika: Banyak dripper baru menggunakan material premium (kaca, crystal, logam) dengan desain modern.

    Kesimpulan Akhir:

    • User-Friendly Terbaik (Pemula/Konsistensi): Flat Bottom (Klasik: Kalita Wave).
    • Potensi Rasa Tertinggi (Dengan Skill): Cone (Ikonik: Hario V60).
    • Pembaharuan Flat Bottom (Orea, Solo, April switch, Timemore b75: Menawarkan peningkatan signifikan dalam kontrol ekstraksi, drawdown yang lebih cepat, fleksibilitas dalam kreasi paper filter dan profil rasa, seringkali mendobrak batas antara flat bottom dan cone dalam hal kejelasan rasa, meski dengan harga dan kompleksitas.

    Pilihan terakhir tergantung pada selera.

  • Butuh Kafein Tinggi? Jangan Salah Pilih Menu. Filter Brew vs Espresso Brew

    Perbandingan Kopi Seduh (Filter) dan Espresso: Kandungan Kafein dan Keunikannya

    Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di dunia, pada dasarnya penyeduhan kopi dibagi menjadi dua metode yang paling umum adalah kopi seduh (filtered coffee) dan espresso. Meskipun keduanya berasal dari biji kopi, cara penyajian ini menghasilkan karakteristik rasa dan kandungan kafein yang sangat berbeda.

    Kopi Seduh Manual aka Filtered Coffee

    • Ukuran Sajian : ±200 ml
    • Kandungan Kafein: ±60–120 mg per sajian
    • Metode Seduh: Menggunakan gravitasi (misalnya pour-over, drip, atau French press)
    • Waktu Seduh: 2–5 menit
    • Karakter Rasa: Lebih ringan, kompleks, dan sering kali memperlihatkan karakteristik asal biji kopi seperti floral, buah, atau citrus.

    Espresso

    • Ukuran Sajian: ±30 ml (satu shot)
    • Kandungan Kafein: ±60–75 mg per shot
    • Metode Seduh: Air Panas dan diberikan Bar Pressure bertekanan tinggi (~9 bar)
    • Waktu Seduh: ±25–30 detik
    • Karakter Rasa: Lebih pekat, intens, body tebal, more concentrated drink.

    📊 Perbandingan Langsung (Per 30 ml)

    Jenis KopiKandungan Kafein per 30 ml
    Kopi Seduh±10–18 mg
    Espresso±60–75 mg

    🌱 Mengapa Tanaman Kopi Menghasilkan Kafein?

    Sebagai Tambahan Knowledge, kenapa tanaman kopi menghasilkan kafein? Menurut penelitian dari Science Advances dan Nature Plants, tanaman kopi (terutama Coffea arabica dan Coffea canephora) menghasilkan kafein sebagai senyawa pertahanan alami. Fungsi utama kafein bagi tanaman meliputi:

    1. Menangkal Serangga dan Hama
      Kafein bersifat toksik bagi banyak serangga yang menyerang daun dan biji kopi. Ini memberikan keuntungan evolusioner agar tanaman tetap bertahan hidup.
    2. Mencegah Persaingan Tanaman Lain (Allelopati)
      Daun dan buah kopi yang jatuh ke tanah dapat melepaskan kafein ke dalam tanah. Ini menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya sehingga kopi dapat mendominasi wilayah tersebut.
    3. Menarik Penyerbuk (Pada Beberapa Kasus)
      Studi dari Current Biology menunjukkan bahwa kafein dalam nektar bunga kopi dapat meningkatkan daya ingat lebah terhadap bunga tersebut, sehingga penyerbukan menjadi lebih konsisten.

    🧠 Kafein dan Dampaknya pada Tubuh Manusia

    Kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf pusat. Berikut beberapa manfaat dan efeknya:

    • Meningkatkan Kewaspadaan dan Konsentrasi
      Kafein menghambat adenosin (zat kimia yang memicu rasa kantuk), sehingga membuat tubuh merasa lebih segar dan terjaga.
    • Meningkatkan Performa Fisik dan Mental
      Kafein terbukti dalam banyak jurnal (misalnya Journal of Applied Physiology) dapat meningkatkan daya tahan fisik dan performa olahraga.
    • Namun, Konsumsi Berlebih Dapat Menyebabkan:
      Gangguan tidur, kecemasan, peningkatan denyut jantung, dan ketergantungan ringan.

    Kesimpulan

    Baik kopi seduh maupun espresso memiliki tempat tersendiri dalam dunia kopi. Pilihan tergantung pada preferensi rasa, kebutuhan kafein, dan konteks konsumsi. Dari sisi botani, alasan mengapa tanaman kopi menghasilkan kafein menambah kekaguman kita terhadap kompleksitas alam. Mengetahui asal-usul dan dampak kafein bukan hanya meningkatkan pengalaman minum kopi, tetapi juga menambah apresiasi kita terhadap sains di balik secangkir kopi.

  • Kita Bisa Membuat Kopi Lebih Manis – Manipulasi Blooming Time

    Blooming Kopi: Pengaruh Waktu terhadap Rasa dan Peran Pelepasan CO₂

    1. Apa Itu Blooming pada Kopi?

    Blooming adalah proses membasahi bubuk kopi dengan sedikit air panas sebelum menyeduh sepenuhnya, blooming lazim dilakukan pada seduhan pourover, immersion dan bisa juga untuk espresso brew. Tujuannya adalah melepaskan CO₂ yang terperangkap—hasil sampingan dari proses roasting. Jika blooming tidak dilakukan, CO₂ dapat menghalangi kontak air dengan kopi, menyebabkan ekstraksi tidak merata dan rasa yang kurang optimal.

    2. Perbedaan Sensori: Blooming 30 Detik vs. 1 Menit

    Eksperimen Anda sejalan dengan temuan umum:

    • BLOOMING 30 DETIK
    • Body lebih ringan, acidity lebih terasa (CO₂ yang tersisa menghambat ekstraksi).
    • Intensitas rasa lebih rendah (air kurang optimal melarutkan senyawa kopi).
    • BLOOMING 1 MENIT
    • Body lebih bulat (rounder), acidity lebih halus, manis lebih terasa (lebih banyak CO₂ terlepas, ekstraksi lebih baik).
    • Intensitas rasa meningkat (waktu lebih lama memungkinkan pelarutan senyawa yang lebih baik).

    Hal ini didukung oleh Rao (2018), yang menyatakan bahwa blooming lebih lama (45–60 detik) meningkatkan konsistensi ekstraksi, terutama pada kopi yang baru dipanggang (roasted).

    3. Mengapa Pelepasan CO₂ Penting?

    • CO₂ yang Terperangkap = Ekstraksi Buruk:
      CO₂ menolak air, menyebabkan channeling (aliran air tidak merata). Penelitian (Spiro et al., 1990) menunjukkan gelembung CO₂ dapat menyumbat pori-pori bubuk kopi, mengurangi ekstraksi.
    • Dampak Negatif pada Rasa:
      Degassing tidak sempurna menyebabkan rasa sepat (astringency) atau kopi terasa “kosong”. Studi di Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016) menemukan bahwa CO₂ berlebih menghambat air dalam melarutkan gula dan asam, menghasilkan rasa yang kurang berkembang.

    4. Waktu Blooming Terbaik?

    • Kopi fresh (≤7 14hari setelah roasting): 45–60 detik (kandungan CO₂ masih tinggi).
    • Kopi lebih tua (> 8 minggu): 30 – 40 detik mungkin cukup (CO₂ sudah banyak berkurang).

    5. Tips Praktis

    • Aduk atau swirl saat blooming: Membantu semua bubuk kopi terbasahi secara merata, mempercepat pelepasan CO₂ (Barista Hustle, 2020).
    • Suhu air: Air lebih panas (92–96°C) mempercepat pelepasan CO₂

    Kesimpulan

    Eksperimen Anda membuktikan bahwa blooming lebih lama (1 menit) menghasilkan rasa yang lebih seimbang: body lebih bulat, acidity lebih halus, dan manis lebih terasa. CO₂ yang terperangkap memang dapat merusak ekstraksi, sehingga waktu blooming yang cukup sangat penting.


    Referensi

    • Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.
    • Spiro, M., et al. (1990). Journal of the Science of Food and Agriculture.
    • Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016). “Pelepasan CO₂ dalam Penyeduhan Kopi.”
  • Kenapa Harus HARIO SWITCH? Cara Menggunakanya?

    Hario Switch: Alat Seduh Kopi Serbaguna untuk Eksplorasi Rasa

    Brewers wajib punya alat satu ini, buat yang gemar bereksperimen dengan berbagai metode seduh, Hario Switch adalah salah satu alat paling menarik di pasaran. Dengan desain hybrid-nya, alat ini menggabungkan kelebihan metode imersi (rendaman) dan perkolasi (alir), memungkinkan Anda mengekstrak kopi dengan cara yang lebih fleksibel.

    Artikel ini akan membahas:
    Apa itu Hario Switch dan keunggulannya
    Kapan menggunakan imersi vs. perkolasi
    Tips penyeduhan optimal berdasarkan sains dan pengalaman barista
    Perbandingan dengan alat seduh lainnya


    1. Mengenal Hario Switch: V60 dengan Fitur On/ Off

    Hario Switch adalah varian dari dripper V60 klasik, tetapi dilengkapi dengan katup kontrol di bagian bawah yang memungkinkan Anda mengatur kapan air mengalir. Ini berarti Anda bisa:

    • Mode Imersi: Tutup katup, biarkan kopi terendam air sepenuhnya/ fully immerse (seperti French Press/Aeropress).
    • Mode Percolasi: Buka katup, biarkan air mengalir melalui bubuk kopi (seperti V60 biasa).
    • Kombinasi Hybrid: Gabungkan keduanya untuk ekstraksi yang lebih kompleks.

    Keunggulan Hario Switch:
    Kontrol ekstraksi lebih presisi – Kurangi risiko under/over-extraction.
    Fleksibilitas metode – Bisa dipakai untuk kopi single-origin, tipe seduhan tubruk saring atau even cold brew.
    Mudah digunakan & dibersihkan – Desain simpel sekarang ada dengan berbagai material kaca, plastik dan ceramic tahan panas.


    2. Kapan Harus Pakai Imersi vs. Perkolasi?

    Berdasarkan riset dan pengalaman barista, berikut rekomendasinya:

    A. Metode Imersi (Rendaman) – Untuk Ekstraksi Lebih Merata

    Kapan metode imersi digunakan?
    Pada Awal step penyeduhan – Saya menyarankan bisa melakukan imersi pada awal proses saja,ini membantu bubuk kopi terbasahi sempurna dan melepaskan CO₂ (degassing).
    Kopi dark/medium roast – Full imersi tanpa perkolasi dapat digunakan untuk kopi profil dark/medium, dimana mengurangi resiko over ekstrak.
    Grind size lebih kasar – Lakukan proses imersi dengan waktu lebih lama jika grindsize yang kalian pilih lebih kasar, pemilihan lebih kasar cocok untuk kalian yang hasil seduhan sering over-extraction.

    Studi dari Barista Hustle menunjukkan bahwa:

    “Imersi memungkinkan ekstraksi yang lebih konsisten karena semua partikel kopi terkena air secara merata.”

    B. Metode Perkolasi (Alir) – Untuk Push Ekstraksi.

    Kapan digunakan?
    Dapat dilakukan setelah imersi – Saya menyarankan dengan cylce 1/3 part immersi dan 2/3 part perkolasi untuk hasil ekstraksi lebih optimal.
    Kopi light roast – semakin light semakin harus push ekstraksi untuk menonjolkan karakter fruity/floral.
    Grind size medium-fine – Seperti setting V60 biasa.

    Menurut Scott Rao (ahli teknik seduh kopi):

    “Perkolasi menghasilkan ekstraksi lebih cepat karena air selalu ‘baru’ yang mengalir melalui kopi.”


    3. Teknik Hybrid: Cara Terbaik Memanfaatkan Hario Switch

    Contoh pemanfaatan metode : “Hybrid Immersion-Percolation”, yang menggabungkan kelebihan kedua metode:

    Contoh Resep:

    • 15g kopi (grind size medium)
    • Air 92-94°C
    1. Tahap Imersi (1:30 menit):
    • Tutup katup, tuang 60ml air, aduk perlahan.
    • Biarkan kopi terdegassing dan terendam penuh.
    1. Tahap Percolasi :
    • Buka katup, tuang air sampai 150 ml air secara melingkar, tunggu dry bed
    • lanjut tuang air sampai 230 ml air secara melingkar tunggu dry bed
    • Total waktu seduh: ~2:30 menit – 3:30 menit.

    Hasilnya?

    • Body lebih penuh dari imersi + kompleksitas dapat dan aftertaste lebih bersih dari perkolasi.

    4. Perbandingan dengan Alat Seduh Lain

    AlatKelebihanKekurangan
    Hario SwitchBisa imersi & perkolasi, fleksibelButuh latihan untuk timing
    V60Rasa cerah, clarity tinggiRentan channeling
    AeropressPraktis, cocok untuk travelKapasitas kecil, susah konsisten
    French PressBody berat, ekstraksi penuhSedimen kopi lebih banyak, minim clarity

    5. Kesimpulan: Kenapa Harus Punya Hario Switch?

    • Untuk Pemula: Memudahkan belajar ekstraksi tanpa takut gagal.
    • Untuk Advanced Brewer: Bisa bereksperimen dengan berbagai teknik.
    • Untuk Pecinta Kopi Rumahan: Hemat tempat (ganti French Press + V60).

    “Hario Switch bukan sekadar alat seduh, tapi pintu gerbang eksplorasi rasa kopi tanpa batas.”

    🔥 Tips Terakhir:

    • Coba variasikan rasio air, grind size, dan waktu imersi untuk temukan profil rasa favorit Anda!

    📚 Referensi:

  • Mitos Tentang Espresso

    Mitos Espresso: Fakta tentang Krema dan Cara Menikmati Espresso yang Lebih Baik

    Espresso adalah minuman kopi yang sangat pekat ,terkonsentrasi, ada yang bilang adalah minumaan kopi yang kaya akan rasa dan aroma, tetapi sering dikelilingi oleh mitos-mitos yang membingungkan, terutama tentang krema—lapisan buih cokelat keemasan di atas espresso. Beberapa orang menganggap krema sebagai indikator kualitas, sementara yang lain merasa rasanya terlalu pahit. Mari kita bahas fakta-faktanya dan beberapa tips untuk menikmati espresso dengan lebih baik.

    1. Mitos Krema: Tidak Selalu Menandakan Kualitas

    Banyak orang percaya bahwa krema yang tebal = espresso berkualitas tinggi, tapi sebenarnya tidak selalu begitu. Krema fresh roast,dark roast sangatlah tebal- tapi apakah itu menandakan bahwa kopi di fase rasa terenak???

    Krema terbentuk dari emulsi minyak kopi, karbondioksida, dan air yang tertekan selama ekstraksi. Meskipun krema bisa menjadi tanda kesegaran biji kopi, ketebalannya juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti:

    • Kesegaran kopi: Umur Kopi yang terlalu lama disimpan (stale) akan kehilangan CO₂, sehingga menghasilkan krema tipis atau bahkan tidak ada.
    • Suhu air: Jika air brew tidak cukup panas (idealnya 90–96°C), ekstraksi tidak optimal dan krema bisa berkurang.
    • Over-ekstraksi: Ekstraksi terlalu lama bisa membuat krema terlihat gelap, tipis, dan rasanya pahit.

    2. Rasa Krema Sebenarnya Tidak Selalu Enak

    Krema mengandung konsentrasi tinggi minyak kopi dan senyawa pahit. Bagi sebagian orang, rasa krema saja terlalu kuat dan kurang seimbang. Mengaduk espresso dengan durasi singkat dapat membantu menghasilkan minuman yang lebih balance. Fungsi krema juga sebagai insulator alami yang menjaga suhu espresso tetap panas dan memperlambat oksidasi.

    3. Espresso Cepat Teroksidasi: Rasa Jadi “Sharp” dan Metallic

    Setelah diekstraksi, espresso mulai teroksidasi dengan cepat (dalam hitungan detik!). Jangan pernah membiarkan minuman espresso terlalu lama! segera minum karena ketika dibiarkan terlalu lama, rasanya bisa berubah menjadi tajam, metallic, dan kurang nyaman di lidah. Itulah mengapa espresso sebaiknya dinikmati segera setelah diseduh.

    Tips untuk Krema dan Espresso yang Lebih Baik

    1. Gunakan biji kopi segar (roasted within 2–4 minggu) untuk krema yang konsisten.
    2. Grind size dan ekstraksi seimbang – Grind terlalu halus bisa menyebabkan over-ekstraksi, sementara terlalu kasar membuat krema tipis.
    3. Air harus cukup panas (90–96°C) untuk ekstraksi optimal.
    4. Aduk espresso sebelum diminum untuk mencampur krema dengan cairan di bawahnya, sehingga rasa lebih seimbang.
    5. Minum segera – Espresso terbaik dinikmati dalam 1-2 menit setelah penyajian.

    Kesimpulan

    Krema bukan satu-satunya penanda kualitas espresso. Faktor seperti kesegaran biji, suhu air, dan teknik ekstraksi juga sangat berpengaruh. Jika Anda tidak menyukai rasa pahit krema, coba aduk sebelum diminum atau pilih biji kopi dengan profil roasting yang lebih seimbang.

    Apa pengalaman Anda dengan krema espresso? Bagikan di komentar! ☕

  • Medan Magnet dan Rasa Kopi

    Pengaruh Medan Magnet pada Kualitas Air dan Rasa Kopi: Tinjauan Teori & Aplikasi

    Berdasarkan penelitian dari London South Bank University (LSBU) tentang efek magnetik pada air, medan magnet statis dapat mengubah sifat fisikokimia air, yang berpotensi memengaruhi rasa—termasuk dalam penyeduhan kopi. Berikut analisisnya:


    1. Efek Medan Magnet pada Air

    Menurut LSBU Water Structure and Science:

    • Perubahan Struktur Molekul Air:
      Medan magnet statis dapat memengaruhi ikatan hidrogen dalam air, meningkatkan pelarutan mineral (seperti kalsium dan magnesium) yang memengaruhi mouthfeel dan aftertaste.
    • Reduksi Scale (Kerak Mineral):
      Air yang terpapar medan magnet cenderung mengurangi pengendapan mineral, sehingga mungkin menghasilkan air yang lebih “bersih” secara sensori.

    Dampak pada Rasa Air:

    • Air termagnetisasi dilaporkan terasa lebih ringan dan sedikit lebih manis dalam beberapa studi, meski efeknya subtil ( tidak terlalu kentara) dan bergantung pada komposisi mineral awal.

    2. Aplikasi pada Kopi: Apakah Medan Magnet Mempengaruhi Rasa?

    Jika air yang termagnetisasi digunakan untuk menyeduh kopi, ada beberapa kemungkinan efek:

    A. Kemungkinan Manfaat

    • Ekstraksi Lebih Efisien:
      Air dengan struktur terubah , mungkin dapat melarutkan senyawa kopi (seperti gula dan asam) lebih optimal, jika struktur terubah beberapa poin rasa dapat ditingkatkan seperti sweetness dan clarity.
    • Pengurangan Rasa Pahit:
      Jika medan magnet mengurangi pengendapan mineral, ini bisa meminimalkan ekstraksi senyawa pahit yang terkait dengan kesadahan air.

    B. Tantangan dan Ketidakpastian

    • Efek Marginal:
      Perubahan rasa mungkin sangat tipis dan sulit dideteksi tanpa uji sensorik terkontrol dan uji ekstraksi dengan menggunakan refraktometer.
    • Variabel Lain yang Dominan:
      Faktor seperti roasting profile, grind size, dan teknik brewing mungkin lebih berpengaruh daripada magnetisasi air.

    C. Studi Terkait Pernah Dilakukan Pada :

    • Penelitian tentang Teh:
      Beberapa eksperimen menunjukkan air termagnetisasi meningkatkan ekstraksi polifenol dalam teh, menghasilkan rasa lebih kuat. Ini bisa berlaku serupa untuk kopi.
    • Eksperimen Praktis:
      Barista seperti Maxwell Colonna-Dashwood (pakar water for coffee) mengeksplorasi pengaruh mineral air terhadap rasa kopi, tetapi efek magnetisasi belum banyak diteliti secara spesifik.

    3. Kesimpulan: Medan Magnet & Kopi

    1. Secara Teoretis:
      Medan magnet mungkin memengaruhi rasa kopi melalui perubahan struktur air dan efisiensi ekstraksi, tetapi bukti ilmiah langsung masih terbatas.
    2. Secara Praktis:
      Jika ingin mencoba:
    • Gunakan air yang telah dipapar medan magnet statis (misalnya dengan magnetic water conditioner).
    • Bandingkan dengan air normal melalui cupping test untuk menilai perbedaan rasa.

    Referensi Utama:

    Saran Eksperimen:
    Coba seduh Cupping kopi dengan air yang sama (sebelum/sesudah magnetisasi) dan uji blind taste untuk verifikasi subjektif!

  • Mastering Flat Bottom Dripper dan Sejarahnya

    Sejarah Flat Bottom Dripper: Dari Inovasi Ibu Rumah Tangga Hingga Modernisasi

    Kopi seduh (pour-over) telah mengalami banyak evolusi, salah satunya berkat penemuan flat bottom dripper. Awalnya, teknik ini dimulai di Jerman pada tahun 1908 oleh Melitta Bentz, seorang ibu rumah tangga yang ingin menyeduh kopi dengan lebih mudah dan bersih. Ia menciptakan filter kertas berbentuk trapesium yang ditempatkan dalam wadah berlubang, sehingga menghasilkan seduhan yang lebih bersih tanpa ampas.

    Filter buatan Melitta ini menjadi cikal bakal semi-immersion dripper, di mana kopi tidak sepenuhnya terendam seperti French Press, tetapi juga tidak sepenuhnya mengalir cepat seperti cone dripper. Metode ini sangat simpel, hanya membutuhkan blooming (pengembangan awal) dan satu kali tuang, sehingga cocok untuk pemula dan ibu rumah tangga.

    Perkembangan Flat Bottom Modern: Kehadiran Wave Filter

    Jika Melitta menggunakan filter datar biasa, perkembangan terbaru datang dengan wave flat bottom filter seperti Kalita Wave. Filter ini memiliki alur bergelombang yang membantu:

    • Draw down relatif lebih cepat – Air mengalir lebih merata tanpa hambatan.
    • Kontrol air lebih baik – Distribusi ekstraksi lebih konsisten dibanding cone dripper, karena air tidak langsung cepat turun melewati nozzle tapi tertahan di bagian bawah yang datar.
    • Repeatable (mudah diulang) – Cocok untuk pemula karena minim variasi.

    Karena bentuknya yang datar, flat bottom dripper memastikan extraksi lebih merata karena air menyentuh seluruh permukaan kopi secara seimbang.

    Resep Flat Bottom Dripper: 3-Step Equal Pour (Contoh Kalita Wave 155)

    Salah satu resep favorit saya untuk flat bottom adalah 3-step equal pour, yang memberikan keseimbangan antara kejelasan (clarity) dan body.

    Alat & Bahan:

    • Dripper: Kalita Wave 155
    • Kopi: 10 gram (medium grind, 700-900 mikron size)
    • Air: 150 ml (suhu 92-96°C)
    • Waktu Seduh: ~2:00 – 2:30 menit

    Langkah-langkah:

    1. Bloom (0:00 – 0:30) – Tuang 50 ml air, pastikan semua kopi basah. Biarkan CO₂ keluar.
    2. First Pour (0:30 – 1:00) – Tambah 50 ml dengan gerakan spiral.
    3. Second Pour (1:00 – 1:30) – Tuang 50 ml terakhir, pastikan air tidak menggenang.
    4. Draw Down (1:30 – 2:30) – Biarkan air turun hingga dasar.

    Total Rasio: 1:15 (10g kopi : 150ml air), sedikit tips jika rasa kopi terasa lebih pekat dapat diadjust kepekatan dengan sistim bypass air atau topping up dengan fresh hot water.

    Tips Tambahan untuk Flat Bottom Dripper

    • Kurangi Step (Less Pulse = Lebih Balance) – Terlalu banyak tuangan kecil bisa menyebabkan over-extraction. Lebih baik gunakan 2-3 step besar untuk hasil yang lebih bersih.
    • Grind Size Adjustable – Jika draw down terlalu cepat, giling lebih halus. Jika terlalu lambat, giling lebih kasar, check total brew time baiknya berkisar antara 2:00-3:00 menit.
    • Gunakan Air Berkualitas – Air dengan TDS 10-70 ppm ideal untuk ekstraksi optimal.

    Kesimpulan

    Flat bottom dripper adalah pilihan terbaik untuk pemula dan profesional karena konsistensi, kontrol ekstraksi, dan kemudahan pengulangan. Dari Melitta hingga Kalita Wave, inovasi terus berkembang, tetapi prinsipnya tetap sama: seduhan yang seimbang dan mudah.

1
    1
    Your Cart
    Papua Coffee - Ground
    Papua Coffee - Ground
    Qty: 1
    Price: Rp550.000
    Rp550.000