Tag: roastery semarang

  • Mitos Tentang Espresso

    Mitos Espresso: Fakta tentang Krema dan Cara Menikmati Espresso yang Lebih Baik

    Espresso adalah minuman kopi yang sangat pekat ,terkonsentrasi, ada yang bilang adalah minumaan kopi yang kaya akan rasa dan aroma, tetapi sering dikelilingi oleh mitos-mitos yang membingungkan, terutama tentang krema—lapisan buih cokelat keemasan di atas espresso. Beberapa orang menganggap krema sebagai indikator kualitas, sementara yang lain merasa rasanya terlalu pahit. Mari kita bahas fakta-faktanya dan beberapa tips untuk menikmati espresso dengan lebih baik.

    1. Mitos Krema: Tidak Selalu Menandakan Kualitas

    Banyak orang percaya bahwa krema yang tebal = espresso berkualitas tinggi, tapi sebenarnya tidak selalu begitu. Krema fresh roast,dark roast sangatlah tebal- tapi apakah itu menandakan bahwa kopi di fase rasa terenak???

    Krema terbentuk dari emulsi minyak kopi, karbondioksida, dan air yang tertekan selama ekstraksi. Meskipun krema bisa menjadi tanda kesegaran biji kopi, ketebalannya juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti:

    • Kesegaran kopi: Umur Kopi yang terlalu lama disimpan (stale) akan kehilangan CO₂, sehingga menghasilkan krema tipis atau bahkan tidak ada.
    • Suhu air: Jika air brew tidak cukup panas (idealnya 90–96°C), ekstraksi tidak optimal dan krema bisa berkurang.
    • Over-ekstraksi: Ekstraksi terlalu lama bisa membuat krema terlihat gelap, tipis, dan rasanya pahit.

    2. Rasa Krema Sebenarnya Tidak Selalu Enak

    Krema mengandung konsentrasi tinggi minyak kopi dan senyawa pahit. Bagi sebagian orang, rasa krema saja terlalu kuat dan kurang seimbang. Mengaduk espresso dengan durasi singkat dapat membantu menghasilkan minuman yang lebih balance. Fungsi krema juga sebagai insulator alami yang menjaga suhu espresso tetap panas dan memperlambat oksidasi.

    3. Espresso Cepat Teroksidasi: Rasa Jadi “Sharp” dan Metallic

    Setelah diekstraksi, espresso mulai teroksidasi dengan cepat (dalam hitungan detik!). Jangan pernah membiarkan minuman espresso terlalu lama! segera minum karena ketika dibiarkan terlalu lama, rasanya bisa berubah menjadi tajam, metallic, dan kurang nyaman di lidah. Itulah mengapa espresso sebaiknya dinikmati segera setelah diseduh.

    Tips untuk Krema dan Espresso yang Lebih Baik

    1. Gunakan biji kopi segar (roasted within 2–4 minggu) untuk krema yang konsisten.
    2. Grind size dan ekstraksi seimbang – Grind terlalu halus bisa menyebabkan over-ekstraksi, sementara terlalu kasar membuat krema tipis.
    3. Air harus cukup panas (90–96°C) untuk ekstraksi optimal.
    4. Aduk espresso sebelum diminum untuk mencampur krema dengan cairan di bawahnya, sehingga rasa lebih seimbang.
    5. Minum segera – Espresso terbaik dinikmati dalam 1-2 menit setelah penyajian.

    Kesimpulan

    Krema bukan satu-satunya penanda kualitas espresso. Faktor seperti kesegaran biji, suhu air, dan teknik ekstraksi juga sangat berpengaruh. Jika Anda tidak menyukai rasa pahit krema, coba aduk sebelum diminum atau pilih biji kopi dengan profil roasting yang lebih seimbang.

    Apa pengalaman Anda dengan krema espresso? Bagikan di komentar! ☕

  • Punya Cone? Punya Flat Bottom? Bagaimana Cara Optimalisasinya?

    Flat vs. Cone Basket: Bentuk Keranjang Sama Pentingnya dengan Ukuran Gilingan dalam Kopi Seduh

    Saat menyeduh kopi dengan metode drip, pemilihan keranjang (basket)—baik yang berbentuk flat bottom maupun cone—memiliki pengaruh signifikan terhadap ekstraksi dan waktu drawdown. Menurut salah satu artikel oleh SCA (Specialty Coffee Association), perbedaan bentuk keranjang ini memengaruhi aliran air, ekstraksi, dan bahkan strategi penyajian.

    Perbedaan Dasar: Cone vs. Flat Bottom

    1. Cone Basket
    • Drawdown lebih cepat karena bentuk kerucut yang memusatkan aliran air.
    • Rentan terhadap channeling jika gilingan tidak konsisten.
    • Cocok untuk teknik pulse pour yang lebih intens karena air mengalir lebih efisien.
    1. Flat Bottom Basket
    • Drawdown lebih lambat karena distribusi air yang merata di dasar datar.
    • Memberikan ekstraksi lebih stabil dan mengurangi risiko channeling.
    • Membutuhkan penyesuaian teknik penyeduhan, seperti mengurangi frekuensi pulse pour dibandingkan cone.

    Tips Penyesuaian untuk Flat Bottom

    • Grind Size: Karena drawdown lebih lambat, mungkin perlu menggiling sedikit lebih kasar (tergantung resep) untuk menghindari over-extraction.
    • Pulse Pour: Kurangi frekuensi banyaknya pouring dibandingkan dengan cone , maintain air jangan terlalu penuh agar tidak membanjiri bed kopi. Aliran tuang air yang lebih lambat membantu kontrol yang lebih presisi.
    • Agitasi: Pengadukan (swirl) bisa membantu distribusi ekstraksi, terutama jika menggunakan flat bottom.
    • Sebagai catatan sekarang ada banyak opsi flat bottom yang menawarkan fast flow seperti B75 dari Timemore.

    Kesimpulan

    Bentuk keranjang bukan sekadar preferensi visual—ia memengaruhi dinamika penyeduhan. Eksperimen dengan grind size, teknik pouring, dan rasio air-kopi akan membantu mencapai ekstraksi optimal, baik menggunakan cone yang cepat atau flat bottom yang lebih stabil.

  • Belajar Tentang Spektrum Roda Rasa Kopi

    Coffee Flavor Wheel: Peran Enzimatik, Sugar Browning, dan Dry Distillation dalam Pembentukan Rasa Kopi

    Kopi, terutama varietas Arabika, memiliki spektrum rasa yang sangat beragam. Salah satu alat penting untuk memahami kompleksitas rasa ini adalah Coffee Taster’s Flavor Wheel, yang dikembangkan oleh Specialty Coffee Association (SCA) dan World Coffee Research (WCR). Namun, di balik beragamnya rasa kopi, terdapat proses kimia dan fisika yang mendasarinya, termasuk reaksi enzimatik, sugar browning (Maillard & karamelisasi), dan dry distillation selama roasting.


    1. Fermentasi Membentuk Rasa Kopi! Reaksi Enzimatik

    Selama pengolahan pascapanen, fermentasi memicu aktivitas enzim yang memecah senyawa kompleks dalam buah kopi (mucilage), menghasilkan prekursor rasa yang berbeda tergantung metode pengolahannya:

    • Natural Process (Dry Process): Fermentasi anaerob alami menghasilkan ester dan alkohol yang memberikan rasa buah-buahan intens (blueberry, strawberry), biasanya memiliki rasa spektrum bebuahan berwarna merah dan ungu.
    • Washed Process: Fermentasi terkontrol dengan air menghilangkan lendir, menghasilkan rasa lebih bersih dan acidic (floral, citrus), biasanya memiliki spektrum rasa bebuahan berwarna kuning.
    • Honey Process: Fermentasi parsial dengan sisa mucilage menciptakan rasa manis dan fruity yang kompleks, biasanya menghadirkan kombinasi rasa manis dengan warna spektrum coklat dan bebuahan spektrum rasa berwarna orange dan merah.

    2. Sugar Browning (Reaksi Maillard & Karamelisasi) Selama Roasting

    Proses sangrai mengaktifkan dua reaksi penting yang membentuk rasa dan aroma kopi:

    A. Reaksi Maillard

    Terjadi ketika asam amino dan gula pereduksi bereaksi pada suhu 140–165°C, menghasilkan:

    • Rasa nutty, chocolaty, dan savory (dari senyawa furanones, pyrazines).
    • Aroma roasted (melanoidin).

    B. Karamelisasi

    Terjadi pada suhu lebih tinggi (>170°C), di mana gula terurai menjadi:

    • Rasa manis, caramel, atau bitter (tergantung tingkat roasting).
    • Senyawa seperti furfural (roasty, nutty) dan maltol (sweet, cotton candy-like).

    Light vs. Dark Roast:

    • Light Roast: Dominasi asam klorogenat + reaksi Maillard awal → floral, fruity.
    • Dark Roast: Karamelisasi ekstrem + dry distillation → smoky, pahit.

    3. Dry Distillation: Pembentukan Senyawa Aromatik pada Roasting Gelap

    Pada dark roast (di atas 220°C), terjadi dry distillation (pirolisis), di mana senyawa organik terurai tanpa oksigen, menghasilkan:

    • Fenol (smoky, spicy).
    • Asam karbonat (bitterness).
    • Senyawa aromatik kompleks (tobacco, tar).

    Proses ini mengurangi keasaman tetapi meningkatkan body dan intensitas rasa.

    Contoh pada Flavor Wheel:

    • Dark Roast: Rasa “earthy” (tobacco, dark chocolate) berasal dari dry distillation.

    Referensi:

    • Hofmann & Schieberle (2008). Food Chemistry Journal – Pyrolysis in Coffee Roasting.

    Kesimpulan: Bagaimana Semua Ini Terkait dengan Coffee Flavor Wheel?

    • Fermentasi (Enzimatik) → Membentuk prekursor rasa (fruity, floral).
    • Sugar Browning (Maillard & Karamelisasi) → Membangun dasar rasa (nutty, caramel).
    • Dry Distillation → Menambahkan kompleksitas pada dark roast (smoky, spicy).

    Flavor Wheel membantu mengklasifikasikan rasa-rasa ini secara sistematis, mulai dari kategori fruity/floral (hasil fermentasi) hingga smoky/tobaccoish (hasil dry distillation).


    Dengan memahami proses kimia di balik rasa kopi, kita dapat lebih menghargai mengapa Arabika memiliki spektrum rasa begitu luas—mulai dari floral hingga smoky—tergantung pengolahan dan roasting.

  • Varietas Kopi Langka! Kebangkitan Kopi Non Gesha

    Kopi terus berevolusi dengan varietas-varietas baru yang muncul dan menghilang seiring waktu. Beberapa varietas langka sempat populer sebelum akhirnya terlupakan karena tantangan budidaya, perubahan iklim, atau kurangnya minat pasar. Apakah anda pernah mencoba Maragogesha, Chiroso,Sidra, Wush Wush, dan Sudan Rume.

    Namun, kesempatan kali ini ada satu varietas langka yang jarang dibahas tetapi memiliki cerita menarik: Maragogesha, hibrida mutasi alami antara Maragogype dan Gesha. Mari kita telusuri mengapa varietas ini pernah populer, lalu menghilang, serta bagaimana nasibnya hari ini.


    1. Varietas Kopi Langka yang Sempat Naik Daun

    Menurut beberapa artikel, beberapa varietas kopi langka pernah menjadi incaran para pecinta kopi spesialti sebelum akhirnya sulit ditemukan. Beberapa contohnya:

    • Sidra (Ekuador) – Dianggap sebagai “Gesha-nya Ekuador,” tetapi produksinya menurun karena kerentanan terhadap penyakit. Sidra Ekuador memiliki biji kecil bulat, kopinya sangat padat karena banyak tanaman sidra ditanam di ketinggian sekita 1700 mdpl. Rasanya sangat wangi floral lembut, bebuahan kuning dan tingkat acidity yang tinggi.
    • Wush Wush (Ethiopia/Kolombia) – Memiliki profil rasa floral dan fruity yang unik, tetapi hasil panennya tidak stabil. Kopi ini juga memiliki profil rasa sangat fruity ketika diolah dengan paska panen natural.
    • Sudan Rume – Varietas Ethiopia yang tahan kekeringan, tetapi sulit dibudidayakan secara luas. Sudan Rume sendiri memiliki rasa menyerupai wangi jahe, serai, bebuahan kuning dan ndak begitu asam.
    • Chiroso – Varietas Ethiopia yang memiliki pertumbuhan seperti pohon varietas bourbon yang banyak ditanam di Colombia tepatnya di Urrao Henao. Karakter Chiroso sangat menyerupai karakter kopi Gesha dengan tone floral dan stonefruit.

    Namun, salah satu varietas yang kurang dikenal tetapi punya potensi besar adalah Maragogesha.


    2. Maragogesha: Mutasi Alami dari Maragogype dan Gesha

    Asal-Usul Maragogesha

    Maragogesha adalah hasil persilangan alami antara dua varietas ikonik:

    1. Maragogype – Dikenal sebagai “elephant bean” karena ukuran bijinya yang sangat besar, berasal dari Brasil. Varietas ini merupakan varietas kuno yang merupakan satu line dengan varietas Typica.
    2. Gesha (Geisha) – Varietas Ethiopia yang populer karena rasa floral dan tea-like-nya, terutama dari Panama.

    Mutasi alami ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah, kemungkinan di Kolombia, Nikaragua atau El Salvador, di mana kedua varietas induknya dibudidayakan.

    Karakteristik Maragogesha

    • Bentuk biji: Besar seperti Maragogype, tetapi lebih memanjang seperti Gesha.
    • Profil rasa: Menggabungkan kekayaan tubuh (body) Maragogype dengan kompleksitas aromatik Gesha, menghasilkan kopi dengan sweetness tinggi, acidity sedang, dan nuansa floral- red fruits.
    • Produktivitas: Rendah, seperti Gesha, sehingga kurang diminati petani.

    Mengapa Maragogesha Langka?

    1. Hasil panen rendah – Seperti Gesha, produksinya tidak sebesar varietas komersial seperti Bourbon atau Caturra.
    2. Kerumitan budidaya – Rentan terhadap hama dan penyakit, terutama karat daun (leaf rust).
    3. Kalah pamor dengan Gesha – Karena Gesha lebih terkenal, petani lebih memilih menanam Gesha murni.

    3. Apakah Maragogesha Masih Ada Sekarang?

    Meski sangat langka, beberapa petani kecil di Kolombia, Honduras dan El Salvador masih menanam Maragogesha. Beberapa microlot eksperimental juga muncul di pasar spesialti, tetapi harganya sangat tinggi karena kelangkaannya.

    Contoh Produksi Modern:

    • Finca Argentina (Honduras) – Pernah merilis microlot Maragogesha dengan catatan rasa mango, melon, dan jasmine.
    • El Salvador – Beberapa petani organik masih mempertahankan pohon Maragogesha tua.
    • Kolombia – Floral, Berries dan Intense Caramel, Kopi yang ada di kebun Luis Anibal di Calderon membawa juara 4 (NZ Barista) WBC di Busan.

    4. Masa Depan Varietas Langka seperti Maragogesha

    Ketertarikan pada kopi spesialti terus mendorong pencarian varietas unik. Namun, tanpa dukungan pasar dan adaptasi iklim, varietas seperti Maragogesha mungkin tetap menjadi barang kolektor.

    Apa yang Bisa Dilakukan?

    • Dukungan pada petani kecil – Membeli microlot eksklusif bisa mendorong pelestarian.
    • Eksperimen processing – Natural atau anaerobic fermentation bisa meningkatkan nilai jual.
    • Pemuliaan selektif – Mengembangkan ketahanan penyakit tanpa kehilangan karakter rasa.

    Referensi:

    1. Perfect Daily Grind (2024) – Ultra-Rare Coffee Varieties: Rise & Fall
    2. World Coffee Research – Catatan tentang varietas Maragogype dan Gesha.
    3. Interviews with Central American Producers (via SCA & Roaster’s Guild).

    Kesimpulan

    Maragogesha adalah contoh bagaimana varietas langka bisa muncul dan menghilang karena faktor ekonomi dan agronomi. Meski tidak sepopuler Gesha, kopi ini menyimpan potensi rasa yang unik. Bagi pencinta kopi spesialti, mencicipi Maragogesha bisa menjadi pengalaman langka yang berharga.

    Tunggu rilisan terbatas kami!

  • Emang Beda Bahan Dripper Beda Rasa?

    Apakah bahan dripper (alat pour-over) memang memengaruhi rasa kopi? salah satu yang menjadi pertimbangan dalam memilih bahan adalah faktor stabilitas termal (thermal stability), konduktivitas panas, dan porositas bahan. Berikut penjelasannya:

    1. Pengaruh Bahan Dripper terhadap Rasa Kopi

    a. Stabilitas Termal (Thermal Stability)

    • Porcelain/Keramik: Memiliki stabilitas termal yang baik, menahan panas lebih lama, dan mempertahankan suhu seduhan lebih konsisten. Ini membantu ekstraksi yang lebih merata, menghasilkan rasa yang lebih seimbang, aromatik, dan sweetness lebih terasa.
    • Kaca: Kurang stabil secara termal dibanding keramik karena cepat kehilangan panas. Namun, kaca bersifat inert dan sangat mudah dibersihkan(tidak memengaruhi rasa).
    • Plastik: Meski tidak se-stabil keramik, plastik modern (seperti Tritan) cukup baik mempertahankan panas dan lebih tahan terhadap perubahan suhu mendadak. Kelebihannya adalah ringan dan tahan pecah.

    b. Konduktivitas Panas

    • Bahan dengan konduktivitas tinggi (seperti logam) bisa cepat merambatkan dan menghilangkan panas terlalu cepat, sedangkan keramik dan plastik lebih moderat.
    • Porcelain menyerap dan melepaskan panas secara perlahan, membantu menjaga suhu optimal (92–96°C) selama penyeduhan, jeleknya adalah lebih membutuhkan banyak air panas untuk memulai mencapai kestabilan thermal.

    c. Porositas Bahan

    • Bahan seperti keramik tanpa glasir (glossy) bisa menyerap minyak kopi dan residu, yang lama-kelamaan memengaruhi rasa. Glasir pada porcelain mencegah hal ini, Hati-hati dalam memilih bahan!
    • Plastik dan kaca non-porous tidak menyerap rasa, sehingga lebih mudah dibersihkan.

    2. Apakah Porcelain Lebih Baik daripada Kaca dan Plastik?

    • Porcelain/Keramik: Dianggap paling optimal untuk pour-over karena stabilitas termal dan kemampuannya mempertahankan panas. Cocok untuk metode yang butuh presisi (seperti V60 atau Kalita Wave).
    • Plastik: Pilihan praktis untuk travel atau penggunaan sehari-hari, dengan performa termal yang cukup baik (terutama plastik high-quality). Beberapa barista lebih memilih plastik karena ringan dan tahan lama.
    • Kaca: Kurang populer untuk pour-over karena cepat kehilangan panas, tetapi cocok untuk metode seduhan dingin (cold brew) atau estetika karena kita dapat melihat proses seduhan secara transparant.

    3. Dampak Stabilitas Termal terhadap Rasa

    • Suhu stabil → Ekstraksi lebih konsisten → Rasa lebih clear, sweet, dan kompleks.
    • Jika suhu turun terlalu cepat (seperti pada kaca), ekstraksi bisa tidak optimal, berisiko menghasilkan rasa lebih ke sharp acidity.
    • Studi dari SCA (Specialty Coffee Association) menunjukkan bahwa fluktuasi suhu >5°C selama penyeduhan bisa mengurangi kualitas ekstraksi.

    4. Referensi Tambahan

    • “The Physics of Filter Coffee” (Jonathan Gagné): Menjelaskan bagaimana material dripper memengaruhi laju aliran dan suhu.
    • Barista Hustle: Plastik dan keramik memiliki perbedaan kecil dalam ekstraksi, tetapi plastik modern (seperti Hario V60 plastik) bisa bersaing dengan keramik.
    • Uji coba oleh Prima Coffee: Keramik dan plastik memberikan hasil rasa mirip, tetapi keramik lebih konsisten untuk penyeduhan panjang.

    Kesimpulan

    • Porcelain/Keramik: Terbaik untuk stabilitas termal dan rasa optimal, cocok untuk penyeduhan presisi.
    • Plastik: Alternatif praktis dengan performa hampir setara keramik (terutama plastik high-end).
    • Kaca: Kurang ideal untuk pour-over panas, tetapi bagus untuk estetika atau cold brew.

    Jika Anda mencari rasa paling konsisten dan aromatik, porcelain adalah pilihan terbaik. Namun, plastik bisa menjadi alternatif yang lebih tahan lama dan ringan tanpa mengorbankan kualitas terlalu jauh.

  • All About Degassing dan Preinfusion

    Degassing, Pre-Infusion/ Blooming: Optimalisasi Pelepasan CO₂ untuk Ekstraksi Kopi yang Lebih Baik

    Mengapa CO₂ Harus Dilepaskan?

    Ketika biji kopi baru disangrai(roasted) banyak co2 trap di dalam biji kopi yang mana kita melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO₂) dalam proses yang disebut degassing. Gas ini terperangkap dalam struktur sel kopi dan perlahan keluar seiring waktu (resting time). Jika kopi digiling dan diseduh terlalu cepat setelah roasting, CO₂ yang masih tersisa akan menghambat ekstraksi dengan cara:

    1. Menghalangi Kontak Air dengan Kopi – Gas CO₂ yang keluar saat penyeduhan menciptakan lapisan udara di sekitar partikel kopi, mencegah air mengekstrak senyawa rasa secara optimal, hal ini juga sangat terlihat ketika menyeduh espresso dengan kopi yang sangat fresh. Flow rate air yang turun dari spout portafilter tidak lancar, sedikit terhambat.
    2. Meningkatkan Rasa Pahit (Bitterness) Channeling – Ekstraksi yang tidak merata akibat CO₂ dapat menyebabkan over-ekstraksi di beberapa area dan under-ekstraksi di area lain, menghasilkan ketidakseimbangan rasa dengan bitterness yang lebih dominan.
    3. Mengurangi Clarity dan Sweetness – CO₂ yang berlebihan membuat ekstraksi tidak konsisten, sehingga rasa kopi menjadi kurang jernih dan kurang manis alami.

    Oleh karena itu, resting time (degassing period) dan teknik pre-infusion/blooming sangat penting untuk memastikan pelepasan CO₂ sebelum ekstraksi penuh dimulai.


    Peran Pre-Infusion dalam Degassing

    Pre-infusion adalah tahap awal penyeduhan di mana sejumlah kecil air ditambahkan untuk membasahi kopi secara merata sebelum ekstraksi utama. Tahap ini sering disebut juga blooming, terutama dalam metode pour-over.

    Bagaimana Pre-Infusion Mengoptimalkan Degassing?

    1. Membasahi Seluruh Bubuk Kopi Secara Merata
    • Jika air tidak menyentuh semua bagian kopi, CO₂ akan keluar tidak merata, menyebabkan ekstraksi tidak konsisten.
    • Rule of thumb: Gunakan air 2-3x berat kopi (misal: 15g kopi → 30-45g air blooming) dan pastikan seluruh permukaan terbasahi.
    1. Durasi Pre-Infusion yang Optimal
    • 30 detik – 1 menit adalah rentang waktu umum untuk blooming.
    • Semakin lama pre-infusion, semakin banyak CO₂ yang keluar, tetapi juga meningkatkan total contact time antara kopi dan air, yang mana nanti juga membantu meningkatkan sweetness.
    • Jika terlalu lama, risiko over-ekstraksi meningkat, terutama untuk kopi yang sudah cukup lama degassing.

    Kesimpulan: Degassing + Pre-Infusion = Ekstraksi Lebih Optimal

    • Resting time (degassing) memastikan CO₂ berkurang sebelum penyeduhan.
    • Pre-infusion/blooming membantu pelepasan CO₂ sisa secara terkontrol, memastikan ekstraksi lebih merata.
    • Durasi dan rasio air blooming memengaruhi kecepatan degassing dan keseimbangan rasa. Harus kalian ingat kembali bahwa pre infusion bukanlah ekstraksi utama , sehingga dapat mudah dipahami jika kita menuangkan terlalu banyak air diawal hasil kopi akan terasa weak dan lack of sweetness karena ratio antara ekstraksi awal dan ekstraksi utama tidak seimbang.

    Dengan mengoptimalkan kedua faktor ini, kita bisa mendapatkan cangkir kopi dengan clarity lebih baik, sweetness lebih terasa, dan bitterness yang terkendali.

    Tips Praktis:

    • Untuk kopi fresh roast (14-20 hari), gunakan pre-infusion lebih lama (45-60 detik).
    • Gunakan air untuk preinfusion minimal 2x berat kopi sampai dengan 3x berat kopi untuk hasil lebih optimal dan seluruh kopi terbasahi secara sempurna.
    • Untuk kopi yang sudah lebih dari 4 minggu, pre-infusion bisa lebih singkat (30-45 detik).
    • Eksperimen dengan rasio air blooming (2x vs 3x) untuk menemukan keseimbangan rasa terbaik.

    Dengan memahami hubungan antara degassing, pre-infusion, dan blooming, kita bisa menyeduh kopi dengan presisi dan konsistensi yang lebih tinggi.

    BELI KOPI SESUAI KEBUTUHAN DAN JANGAN LUPA RESTING

  • Medan Magnet dan Rasa Kopi

    Pengaruh Medan Magnet pada Kualitas Air dan Rasa Kopi: Tinjauan Teori & Aplikasi

    Berdasarkan penelitian dari London South Bank University (LSBU) tentang efek magnetik pada air, medan magnet statis dapat mengubah sifat fisikokimia air, yang berpotensi memengaruhi rasa—termasuk dalam penyeduhan kopi. Berikut analisisnya:


    1. Efek Medan Magnet pada Air

    Menurut LSBU Water Structure and Science:

    • Perubahan Struktur Molekul Air:
      Medan magnet statis dapat memengaruhi ikatan hidrogen dalam air, meningkatkan pelarutan mineral (seperti kalsium dan magnesium) yang memengaruhi mouthfeel dan aftertaste.
    • Reduksi Scale (Kerak Mineral):
      Air yang terpapar medan magnet cenderung mengurangi pengendapan mineral, sehingga mungkin menghasilkan air yang lebih “bersih” secara sensori.

    Dampak pada Rasa Air:

    • Air termagnetisasi dilaporkan terasa lebih ringan dan sedikit lebih manis dalam beberapa studi, meski efeknya subtil ( tidak terlalu kentara) dan bergantung pada komposisi mineral awal.

    2. Aplikasi pada Kopi: Apakah Medan Magnet Mempengaruhi Rasa?

    Jika air yang termagnetisasi digunakan untuk menyeduh kopi, ada beberapa kemungkinan efek:

    A. Kemungkinan Manfaat

    • Ekstraksi Lebih Efisien:
      Air dengan struktur terubah , mungkin dapat melarutkan senyawa kopi (seperti gula dan asam) lebih optimal, jika struktur terubah beberapa poin rasa dapat ditingkatkan seperti sweetness dan clarity.
    • Pengurangan Rasa Pahit:
      Jika medan magnet mengurangi pengendapan mineral, ini bisa meminimalkan ekstraksi senyawa pahit yang terkait dengan kesadahan air.

    B. Tantangan dan Ketidakpastian

    • Efek Marginal:
      Perubahan rasa mungkin sangat tipis dan sulit dideteksi tanpa uji sensorik terkontrol dan uji ekstraksi dengan menggunakan refraktometer.
    • Variabel Lain yang Dominan:
      Faktor seperti roasting profile, grind size, dan teknik brewing mungkin lebih berpengaruh daripada magnetisasi air.

    C. Studi Terkait Pernah Dilakukan Pada :

    • Penelitian tentang Teh:
      Beberapa eksperimen menunjukkan air termagnetisasi meningkatkan ekstraksi polifenol dalam teh, menghasilkan rasa lebih kuat. Ini bisa berlaku serupa untuk kopi.
    • Eksperimen Praktis:
      Barista seperti Maxwell Colonna-Dashwood (pakar water for coffee) mengeksplorasi pengaruh mineral air terhadap rasa kopi, tetapi efek magnetisasi belum banyak diteliti secara spesifik.

    3. Kesimpulan: Medan Magnet & Kopi

    1. Secara Teoretis:
      Medan magnet mungkin memengaruhi rasa kopi melalui perubahan struktur air dan efisiensi ekstraksi, tetapi bukti ilmiah langsung masih terbatas.
    2. Secara Praktis:
      Jika ingin mencoba:
    • Gunakan air yang telah dipapar medan magnet statis (misalnya dengan magnetic water conditioner).
    • Bandingkan dengan air normal melalui cupping test untuk menilai perbedaan rasa.

    Referensi Utama:

    Saran Eksperimen:
    Coba seduh Cupping kopi dengan air yang sama (sebelum/sesudah magnetisasi) dan uji blind taste untuk verifikasi subjektif!

  • Stir or Not to Stir! Peran Agitasi dalam Ekstraksi Kopi

    Kopi terdiri dari senyawa padat yang dapat larut dalam air, dan proses ekstraksinya dipengaruhi oleh berbagai parameter, termasuk suhu, waktu, ukuran grind, dan agitasi. Agitasi—gerakan yang sengaja diciptakan selama penyeduhan—berperan penting dalam meningkatkan ekstraksi dengan mempercepat pelarutan partikel kopi. Namun, penggunaan agitasi juga memiliki risiko, seperti memperlambat drawdown atau menyebabkan ekstraksi tidak merata. Lalu, kapan kita harus mengaduk dan kapan tidak?

    Apa Itu Agitasi dalam Brewing Kopi Filter?

    Agitasi adalah segala bentuk gerakan yang mendorong interaksi antara air dan bubuk kopi. Beberapa bentuk agitasi alami dan buatan meliputi:

    1. Gerakan Air dari Ketel – Tinggi-rendah dan kecepatan pouring memengaruhi turbulensi.
    2. Pengadukan Manual – Menggunakan sendok untuk mencampur kopi dan air.
    3. Swirling – Memutar brewer untuk meratakan ekstraksi.

    Teknik agitasi menjadi populer seiring dengan maraknya Nordic-style roasting ( Light roast coffee), di mana biji kopi yang lebih muda pada profil sangrai dan rasa yang ringan membutuhkan ekstraksi optimal untuk mengekstrak sweetness dan complexity.

    Efek Agitasi pada Ekstraksi

    1. Meningkatkan Ekstraksi & Rasa

    Agitasi membantu:

    • Mengurangi channeling (aliran air yang tidak merata).
    • Saturasi air yang sangat cepat, yang mana teknik ini dibutuhkan membasahi bubuk kopi dengan rata supaya proses degassing optimal ( tahap awal ekstraksi/ pre infusion)
    • Meningkatkan kontak air dan kopi, sehingga mengekstrak lebih banyak senyawa seperti gula, asam, dan aroma.
    • Memperkaya body, sweetness, dan clarity dalam secangkir kopi.

    2. Risiko Agitasi Berlebihan

    • Drawdown Lambat – Pengadukan berlebihan dapat membuat bubuk kopi memadat di dasar filter, menyumbat pori-pori kertas, dan memperpanjang waktu ekstraksi.
    • Over-Extraction – Jika terlalu banyak gerakan, partikel halus dapat terekstrak berlebihan, menghasilkan rasa pahit dan astringent.

    Bagaimana Menggunakan Agitasi dengan Bijak?

    1. Pouring Technique – Pouring spiral / gerakan memutar dan kontrol aliran air stabil menciptakan agitasi alami tanpa risiko over-stirring.
    2. Stirring Ringan (1-2 Putaran) – Cukup untuk meratakan bloom atau menggabungkan kopi dan air tanpa mengganggu aliran.
    3. Swirling vs Stirring – Swirling lebih lembut dan mengurangi risiko fines migration ke dasar filter.

    Menurut Scott Rao, ahli brewing, “Agitasi yang terkontrol dapat meningkatkan ekstraksi secara signifikan, tetapi konsistensi adalah kunci.” (Perfect Daily Grind, 2022).

    Kesimpulan: Stir or Not to Stir?

    • Stir jika: Seduhan Anda sering sekali terasa under-extracted, menggunakan roast sangat ringan, atau ingin meningkatkan sweetness dan body.
    • Jangan stir jika: Grind sudah sangat halus, drawdown cenderung lambat, atau Anda ingin menghindari risiko over-extraction.

    Eksperimen dengan tingkat agitasi berbeda akan membantu menemukan keseimbangan terbaik untuk profil rasa yang diinginkan.

    Referensi:

    • Perfect Daily Grind (2022). How Does Agitation Affect Filter Coffee Brewing?
    • Rao, S. The Coffee Brewer’s Handbook.
    • Hoffmann, J. (2017). The World Atlas of Coffee.
  • Kreasi Dengan Ampas Kopi

    Ampas kopi memiliki banyak manfaat, baik untuk tanaman, perawatan kulit, maupun keperluan rumah tangga. Berikut penjelasan lengkapnya:

    1. Ampas Kopi sebagai Pupuk & Kandungannya

    Ampas kopi mengandung beberapa nutrisi yang bermanfaat untuk tanaman, meskipun dalam jumlah kecil:

    • Nitrogen (N): Membantu pertumbuhan daun dan batang.
    • Fosfor (P): Mendukung perkembangan akar dan bunga.
    • Kalium (K): Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
    • Asam organik & Antioksidan: Menyehatkan mikroba tanah.
    • Kafein (dalam jumlah kecil): Dapat menghambat pertumbuhan gulma tertentu.

    Tanaman yang Cocok untuk Ampas Kopi

    • Tanaman Asam (pH Rendah): Seperti stroberi, blueberry, azalea, camellia, dan rhododendron (ampas kopi bersifat sedikit asam, meskipun setelah terdekomposisi pH cenderung netral).
    • Sayuran: Tomat, wortel, lobak, dan bayam.
    • Tanaman Hias: Pakis, begonia, dan bunga matahari.

    Cara Penggunaan sebagai Pupuk

    • Kompos: Campur dengan bahan organik lain (daun kering, jerami) untuk mempercepat pengomposan.
    • Pupuk Langsung: Taburkan tipis di sekitar tanaman (jangan terlalu banyak karena bisa menggumpal dan menghambat air).
    • Pestisida Alami: Dapat mengusir hama seperti siput dan semut.

    2. Ampas Kopi untuk Perawatan Kulit (Scrub & Sabun)

    Ampas kopi bersifat eksfoliasi (mengangkat sel kulit mati) dan mengandung antioksidan yang baik untuk kulit.

    Manfaat untuk Kulit

    • Scrub Alami: Menghaluskan kulit, mengurangi selulit, dan melancarkan sirkulasi darah.
    • Antioksidan: Melawan radikal bebas penyebab penuaan.
    • Mengurangi Mata Panda: Kafein membantu mengurangi pembengkakan di bawah mata.

    Cara Membuat Scrub Kopi

    • Campur ampas kopi dengan minyak kelapa/zaitun + sedikit madu, lalu gosok lembut ke kulit.
    • Untuk sabun, bisa dicampur dengan bahan sabun melt & pour atau dijadikan lulur.

    3. Pemanfaatan Lain Ampas Kopi

    • Penghilang Bau: Menyerap bau tak sedap di kulkas, sepatu, atau tangan setelah memotong bawang.
    • Pembersih Alami: Tekstur abrasifnya bisa membersihkan noda di panci atau permukaan kasar.
    • Media Tumbuh Jamur: Bisa digunakan sebagai substrat untuk budidaya jamur tiram.
    • Bahan Kerajinan: Dijadikan lilin aromaterapi atau pewarna alami.

    Kesimpulan

    • Untuk Tanaman: Cocok untuk tanaman yang menyukai tanah sedikit asam, tapi sebaiknya dikomposkan dulu.
    • Untuk Skincare: Efektif sebagai scrub, tetapi hindari penggunaan berlebihan karena bisa iritasi.
    • Kegunaan Lain: Bisa dipakai untuk penghilang bau, pembersih, atau kerajinan.

    Jika Anda ingin menggunakannya untuk tanaman, pastikan tidak terlalu banyak dan dicampur dengan media tanam lain agar tidak menggumpal. Untuk skincare, uji dulu di kulit tangan untuk memastikan tidak ada reaksi alergi.

  • Mastering Flat Bottom Dripper dan Sejarahnya

    Sejarah Flat Bottom Dripper: Dari Inovasi Ibu Rumah Tangga Hingga Modernisasi

    Kopi seduh (pour-over) telah mengalami banyak evolusi, salah satunya berkat penemuan flat bottom dripper. Awalnya, teknik ini dimulai di Jerman pada tahun 1908 oleh Melitta Bentz, seorang ibu rumah tangga yang ingin menyeduh kopi dengan lebih mudah dan bersih. Ia menciptakan filter kertas berbentuk trapesium yang ditempatkan dalam wadah berlubang, sehingga menghasilkan seduhan yang lebih bersih tanpa ampas.

    Filter buatan Melitta ini menjadi cikal bakal semi-immersion dripper, di mana kopi tidak sepenuhnya terendam seperti French Press, tetapi juga tidak sepenuhnya mengalir cepat seperti cone dripper. Metode ini sangat simpel, hanya membutuhkan blooming (pengembangan awal) dan satu kali tuang, sehingga cocok untuk pemula dan ibu rumah tangga.

    Perkembangan Flat Bottom Modern: Kehadiran Wave Filter

    Jika Melitta menggunakan filter datar biasa, perkembangan terbaru datang dengan wave flat bottom filter seperti Kalita Wave. Filter ini memiliki alur bergelombang yang membantu:

    • Draw down relatif lebih cepat – Air mengalir lebih merata tanpa hambatan.
    • Kontrol air lebih baik – Distribusi ekstraksi lebih konsisten dibanding cone dripper, karena air tidak langsung cepat turun melewati nozzle tapi tertahan di bagian bawah yang datar.
    • Repeatable (mudah diulang) – Cocok untuk pemula karena minim variasi.

    Karena bentuknya yang datar, flat bottom dripper memastikan extraksi lebih merata karena air menyentuh seluruh permukaan kopi secara seimbang.

    Resep Flat Bottom Dripper: 3-Step Equal Pour (Contoh Kalita Wave 155)

    Salah satu resep favorit saya untuk flat bottom adalah 3-step equal pour, yang memberikan keseimbangan antara kejelasan (clarity) dan body.

    Alat & Bahan:

    • Dripper: Kalita Wave 155
    • Kopi: 10 gram (medium grind, 700-900 mikron size)
    • Air: 150 ml (suhu 92-96°C)
    • Waktu Seduh: ~2:00 – 2:30 menit

    Langkah-langkah:

    1. Bloom (0:00 – 0:30) – Tuang 50 ml air, pastikan semua kopi basah. Biarkan CO₂ keluar.
    2. First Pour (0:30 – 1:00) – Tambah 50 ml dengan gerakan spiral.
    3. Second Pour (1:00 – 1:30) – Tuang 50 ml terakhir, pastikan air tidak menggenang.
    4. Draw Down (1:30 – 2:30) – Biarkan air turun hingga dasar.

    Total Rasio: 1:15 (10g kopi : 150ml air), sedikit tips jika rasa kopi terasa lebih pekat dapat diadjust kepekatan dengan sistim bypass air atau topping up dengan fresh hot water.

    Tips Tambahan untuk Flat Bottom Dripper

    • Kurangi Step (Less Pulse = Lebih Balance) – Terlalu banyak tuangan kecil bisa menyebabkan over-extraction. Lebih baik gunakan 2-3 step besar untuk hasil yang lebih bersih.
    • Grind Size Adjustable – Jika draw down terlalu cepat, giling lebih halus. Jika terlalu lambat, giling lebih kasar, check total brew time baiknya berkisar antara 2:00-3:00 menit.
    • Gunakan Air Berkualitas – Air dengan TDS 10-70 ppm ideal untuk ekstraksi optimal.

    Kesimpulan

    Flat bottom dripper adalah pilihan terbaik untuk pemula dan profesional karena konsistensi, kontrol ekstraksi, dan kemudahan pengulangan. Dari Melitta hingga Kalita Wave, inovasi terus berkembang, tetapi prinsipnya tetap sama: seduhan yang seimbang dan mudah.

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop