Author: pannacoffee

  • Salami Shot! Membedah Rasa Dari Espresso

    🥖 Apa Itu Salami Shot?

    Salami shot adalah teknik di mana satu shot espresso dibagi menjadi beberapa cangkir kecil selama proses ekstraksi. Tujuannya adalah untuk memahami berbagai rasa yang muncul pada setiap tahap ekstraksi dan menentukan rasio output terbaik.

    ⚙️ Alat dan Bahan yang Diperlukan

    • Mesin espresso
    • Biji Panna Coffee Espresso Profile
    • Timbangan digital
    • Timer
    • 7 cangkir espresso kecil 

    ☕ Langkah-Langkah Melakukan Salami Shot

    1. Persiapan: Siapkan mesin espresso dan pastikan semua peralatan bersih.
    2. Penggilingan: Giling kopi sesuai dengan kebutuhan mesin espresso Anda.
    3. Distribusi dan Tamping: Distribusikan kopi secara merata di portafilter dan lakukan tamping dengan tekanan yang konsisten.
    4. Ekstraksi:
      • Mulai ekstraksi seperti biasa.
      • Setelah tetesan pertama muncul, mulai timer.
      • Setiap 5 detik, ganti cangkir di bawah portafilter, sehingga Anda memiliki 7 cangkir yang masing-masing berisi bagian berbeda dari ekstraksi.
    5. Pencicipan: Setelah semua cangkir terisi, cicipi setiap cangkir secara berurutan untuk memahami perubahan rasa pada setiap tahap ekstraksi. 

    🔍 Analisis Rasa pada Setiap Tahap

    • Cangkir 1-2 (0-10 detik): Rasa cenderung asam dan tajam karena senyawa yang mudah larut diekstraksi terlebih dahulu.
    • Cangkir 3-5 (10-25 detik): Rasa mulai seimbang dengan munculnya manis dan kompleksitas rasa.
    • Cangkir 6-7 (25-35 detik): Rasa cenderung pahit karena senyawa yang sulit larut mulai terekstraksi. ( carilah bagian rasa paling tidak nyaman)

    📚 Kegunaan Salami Shot Pada Resep Ekstraksi Espresso

    Ekstraksi espresso adalah proses di mana air panas bertekanan tinggi dipaksa melalui kopi bubuk halus untuk menghasilkan minuman yang kaya dan kompleks. Proses ini biasanya berlangsung antara 25 hingga 30 detik untuk menghasilkan double shot. Pada awal ekstraksi, air melarutkan senyawa yang mudah larut seperti acidity dan sweetness, menghasilkan rasa yang cerah dan manis. Seiring waktu, senyawa yang lebih pahit mulai terekstraksi, sehingga penting untuk menghentikan ekstraksi pada waktu yang tepat untuk menghindari rasa pahit yang berlebihan. 

    Melalui proses Salami Shot, identifikasi pembagian dari rasa espresso, kita akan tau dititik mana rasa espresso sudah menghasilkan rasa yang paling pahit, disitulah bagian yang akan kita cut dan kita tidak gunakan.

    Teknik Salami memberi anda kerangka acuan yang sederhana untuk memecahkan masalah pada espresso dan membuat perubahan kecil guna meningkatkan keseimbangan rasa.

  • Konsep Seduh Juara 3 WBC Buang Kopi Seduhan Pertama

    Berikut artikel singkat dan menarik tentang konsep seduh Carlos Escobar di WBC 2025, berdasarkan resep dan pendekatan uniknya:

    🔍 

    Konsep Seduh Carlos Escobar di WBC 2025

    Di tengah gelombang resep seduh yang semakin kompleks, Carlos Escobar tampil dengan pendekatan yang justru sederhana namun sangat terstruktur. Resep yang ia gunakan pada WBC 2025 menarik perhatian bukan karena kerumitan tekniknya, tetapi karena pemilihan elemen-elemen penting yang saling mendukung secara harmonis, termasuk membuang sedikit hasil seduh.

    Resep Seduh Carlos Escobar

    • Brew Method: Switch 1:14
    • Total air: 200g
    • Total kopi : 14.5g
    • Brew Temperature : 90c
    • Water : 114ppm
    • Step 1 – Immersion:
      • 100g air
      • 1:00 menit imersi
    • Step 2 – Percolation:
      • 100g air
      • lama menuang air selama 0:20 detik secara perkolasi

    Sebuah resep dua langkah yang terlihat sederhana, namun menyimpan keseimbangan ekstraksi dan karakter cup yang sangat presisi.

    Menarik juga adalah membuang sedikit hasil seduhan yang mana mengurangi rasa asin pada hasil seduh

    Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Resep Ini?

    1.  Simplicity ≠ Basic

    Dengan hanya dua langkah — imersi dan perkolasi — Escobar menunjukkan bahwa struktur yang jelas bisa menggantikan kompleksitas teknik. Ini resep yang mudah ditiru oleh siapa pun, namun tetap menghadirkan cup yang complex.

    2. Minim Agitasi = Minim Risiko

    Dengan dua kali penuangan dan tanpa agitasi berlebih, risiko over-extraction hampir tidak ada. Namun, ini juga membuat resep ini rentan under-extraction jika brew ratio tidak dijaga.

    3. Brew Ratio sebagai Stabilizer

    Escobar memilih rasio 1:14, yang:

    • Menjaga agar rasa tidak watery meskipun metode seduh cenderung ringan
    • Memberi intensitas dan kejelasan di cup
    • Menyeimbangkan efek dari minimnya agitasi

    4.  Air: Mineral untuk Tekstur

    Yang paling menarik — air yang ia gunakan cukup heavy yang mana diperkaya mineral, khususnya tipe silica.

    Air ini:

    • Meningkatkan sweetness
    • Memberikan mouthfeel yang lebih tebal
    • Menambah heaviness tanpa mengorbankan clarity

    Air dengan tipe seperti ini sangat menunjang metode seduh dua langkah milik Escobar, karena mengisi kekosongan dari sisi body dan tekstur yang biasanya berkurang saat ekstraksi ringan.

    Kesimpulan

    Carlos Escobar mengajarkan bahwa:

    • Konsistensi dan kontrol bisa datang dari kesederhanaan
    • Resep tidak perlu rumit jika setiap elemen saling melengkapi
    • Air adalah senjata tersembunyi yang mampu mengubah arah hasil akhir seduhan

    Ada kopi rilisan terbaru kita yang menarik untuk dicoba 😁

  • Bahaya Seduh Kopi Pakai Suhu 100c? Apa Peranan Brewing Temperature?

    Pengaruh Suhu dalam Menyeduh Kopi: Apakah Air Mendidih Membuat Kopi Gosong?

    Kopi adalah minuman yang kompleks, dan suhu penyeduhan memainkan peran kritis dalam menentukan cita rasanya. Banyak orang bertanya: apakah menyeduh kopi dengan air mendidih (100°C) membuatnya gosong? Bagaimana suhu memengaruhi hasil seduhan? Bisakah kopi diseduh dengan air dingin? Mari kita bahas satu persatu.


    1. Apakah Menyeduh Kopi dengan Air 100°C Membuatnya Gosong?

    Istilah “gosong” sering diasosiasikan dengan pembakaran, tetapi dalam konteks kopi, air mendidih (100°C) tidak secara langsung membakar biji kopi. Namun, perlu diperhatikan bahwa suhu yang tinggi ini dapat mempercepat ekstraksi.

    Menurut Specialty Coffee Association (SCA), suhu optimal untuk menyeduh kopi adalah 90–96°C. Suhu ini memungkinkan ekstraksi optimal tanpa mengambil terlalu banyak senyawa pahit. Jika menggunakan air mendidih, risiko over-ekstraksi meningkat.

    Tips buat kalian jika ingin menyeduh kopi dengan suhu tinggi, kalian dapat adjust grind setting kesedikit lebih kasar dari biasanya.


    2. Peran Suhu dalam Menyeduh Kopi

    Suhu air memengaruhi kecepatan ekstraksi dan efisiensi ekstraksi senyawa kimia dalam kopi:

    • Suhu Tinggi (85–96°C):
    • Mengekstrak asam, gula, dan kafein lebih cepat.
    • Menghasilkan rasa lebih kompleks dan aroma yang kuat.
    • Cocok untuk metode seduh cepat seperti espresso atau pour-over.
    • Suhu Rendah (di bawah 85°C):
    • Ekstraksi lebih lambat, menghasilkan rasa lebih ringan dan asam.
    • Risiko under-ekstraksi (rasa datar atau asam berlebihan).

    Keseimbangan suhu sangat penting. Jika terlalu panas, kopi menjadi lebih pahit; jika terlalu dingin, rasa tidak maksimal karena didominasi asam.


    3. Bisakah Kopi Diseduh dengan Suhu Dingin? Bagaimana Rasanya?

    Kopi bisa diseduh dengan air dingin melalui metode cold brew. Berbeda dengan es kopi biasa, cold brew menggunakan air bersuhu ruang atau dingin (5–25°C) dengan waktu seduhan lama (12–24 jam). Proses ini menghasilkan:

    • Rasa yang Lebih Lembut: Ekstraksi lambat mengurangi asam dan senyawa pahit.
    • Aroma Ringan dan Manis Alami: Gula dalam kopi terekstrak tanpa keasaman tinggi.
    • Kadar Kafein Tinggi (jika dikonsentrasikan): Meski prosesnya lambat, rasio bubuk kopi-air yang tinggi membuat cold brew bisa lebih “kuat”.

    Menurut studi dari Universitas Thomas Jefferson (2017), cold brew memiliki tingkat pH lebih tinggi dibanding kopi panas, cocok untuk buat kalian yang tidak terlalu suka asam.


    4. Tips Menyeduh Kopi Berdasarkan Suhu

    1. Kopi Panas:
    • Gunakan suhu 90–96°C untuk metode V60, French Press, atau AeroPress.
    • Untuk kopi sangrai gelap (dark roast), kurangi suhu hingga 85°C agar tidak terlalu pahit.
    1. Cold Brew:
    • Campur 1:5 rasio kopi-air, simpan di kulkas 12–24 jam.
    • Saring halus untuk menghindari ampas.

    Kesimpulan

    Suhu air adalah faktor kunci dalam menyeduh kopi. Meski air mendidih (100°C) tidak membuat kopi benar-benar gosong, kopi dengan kualitas yang bagus, kepadatan biji yang rapat, suhu tersebut tidak berisiko merusak keseimbangan rasa. Sementara itu, cold brew membuktikan bahwa kopi bisa dinikmati dengan suhu dingin, menghasilkan profil rasa unik yang segar. Pilihlah metode dan suhu sesuai selera—apakah Anda menginginkan kekuatan kopi panas atau kelembutan cold brew.


    Referensi:

    1. Specialty Coffee Association (SCA). (2016). Water for Brewing.
    2. Rao, S. (2014). The Coffee Roaster’s Companion.
    3. Fuller, M., & Rao, N. Z. (2017). The Effect of Time, Grinding, and Brewing on Cold Brew Coffee. Universitas Thomas Jefferson.
    4. National Coffee Association (NCA). Cold Brew Coffee Guide.
    5. Coffee Chemistry. (2020). Extraction and Temperature.
  • Kopi Rasa Bolu Dari Kebun Kopi Tua di Enrekang

    SUPER WASH – Enrekang Bungin Nating (Old Tree) | Nanolot Limited

    Nanas Bolu Manis😁!

    Kopi ini berasal dari Bungin Nating, sebuah desa di dataran tinggi Enrekang, Sulawesi Selatan—wilayah yang telah lama dikenal dalam dunia kopi sebagai bagian dari Kalosi, sebuah nama legendaris yang hingga kini masih menjadi simbol kualitas dari kopi Sulawesi.

    Sejarah Singkat Kopi Enrekang & Kalosi

    Kopi pertama kali dibawa masuk ke Sulawesi Selatan pada abad ke-18 oleh penjajah Belanda. Dengan cepat, kopi menyatu dengan budaya agraris lokal, terutama di wilayah pegunungan yang memiliki tanah subur, iklim sejuk, dan ketinggian ideal untuk budidaya kopi arabika. Salah satu area paling ikonik adalah Kalosi, yang bukan hanya sebuah tempat, tapi juga sistem distribusi kopi pada masa itu. Nama “Kalosi” sendiri berasal dari stasiun distribusi kopi di Kecamatan Alla, Enrekang, yang menjadi pusat pengumpulan dan pengiriman kopi dari pegunungan sekitarnya ke pelabuhan besar.

    Karena itulah hingga kini, kopi dari Enrekang dan sekitarnya kerap dilabeli “Kalosi” sebagai jaminan mutu—menunjukkan bahwa kopi ini berasal dari daerah dengan ekosistem yang kaya dan petani yang berpengalaman secara turun-temurun.

    Tentang Enrekang SUPER WASH

    Kopi ini merupakan hasil panen nanolot terbatas dari pohon tua (old tree) yang tumbuh di ketinggian 1400–1600 mdpl. Diperlakukan secara khusus dengan metode Super Wash – double-phase fermentation, kopi ini memadukan fermentasi modern dengan bibit arabika kuno typica dan lini s 795, karakter alami biji kopi Enrekang yang kompleks dan manis dapat mudah kalian temukan disetiap sesapan.

    Saat cupping pertama kali, kopi ini langsung menonjol:

    • Aroma manis seperti bolu kukus yang baru matang
    • Acidity cerah dan bersih seperti nanas segar
    • Candy-like sweetness yang memberi kesan juicy dan menyenangkan
    • Finish lembut dan silky, menjadikan kopi ini cocok untuk diseduh dengan metode manual brew, khususnya filter.

    Profil Seduh Rekomendasi (Filter Brew):

    • Dose: 15 gram
    • Air: 235 ml
    • Suhu air: 90°C
    • Grind size: Medium

    Teknik Tuang:

    1. Tuangan pertama: 50 ml
    2. Tuangan kedua: hingga 130 ml
    3. Tuangan ketiga: hingga 200 ml
    4. Tuangan terakhir: perlahan di tengah hingga 235 ml

    Dengan teknik ini, hasil seduhan kamu akan memperlihatkan keunikan dari proses Super Wash—aroma yang intens namun bersih, rasa yang kompleks namun seimbang, dan aftertaste yang tahan lama.

    Kenapa Wajib Dicoba?

    Karena ini bukan sekadar kopi. Ini adalah cerminan dari warisan budaya, kerja keras petani lokal, serta hasil eksperimen pascapanen yang dilakukan dengan penuh presisi dan niat untuk membawa kopi Enrekang ke level yang lebih tinggi. Dalam setiap tegukan, Anda tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga cerita panjang dari pegunungan Sulawesi.

  • Jurus Lomba Kopi, Seduh Dengan Dua Kombinasi Suhu

    Dua Suhu untuk Satu Seduhan: Metode Brewing Kopi yang Digunakan Barista Kompetisi

    Dalam dunia specialty coffee, teknik penyeduhan kopi terus berkembang untuk mengekstrak rasa lebih complex, layering, minim bitterness dari biji kopi. Salah satu metode yang semakin populer dan sering digunakan di kalangan barista saat kompetisi, adalah menggunakan dua suhu berbeda dalam satu seduhan. Teknik ini menggabungkan suhu rendah di awal untuk soaking (membasahi kopi) dan suhu tinggi di tahap berikutnya untuk ekstraksi optimal.

    Mengapa Menggunakan Dua Suhu?

    1. Suhu Rendah Awal untuk “Membuka Pori-Pori” Kopi

    Suhu air yang lebih rendah (sekitar 60-70C) pada tahap awal membantu membuka pori-pori bubuk kopi, melepas co2, mengurangi bitterness dan menjaga volatile aromatic compound tidak lepas secara masif.

    2. Suhu Tinggi untuk Ekstraksi Optimal

    Setelah tahap soaking, kita akan masuk ke real extraction yang mana suhu dinaikkan (90–96°C) untuk:

    • Meningkatkan ekstraksi senyawa kompleks seperti gula, asam, dan mouthfeel yang lebih penuh.
    • Menyeimbangkan rasa dengan mengurangi risiko under-extraction di tahap akhir.

    Dukungan dari Penelitian

    1. Pengaruh Suhu terhadap Ekstraksi

    Studi oleh Sunghee Lee et al. (2020) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa:

    Suhu yang lebih rendah di awal penyeduhan dapat mengurangi ekstraksi senyawa pahit seperti kafein dan trigonelline, sementara suhu tinggi berikutnya membantu mengekstrak lebih banyak senyawa manis dan asam.

    2. Efek pada Aroma

    Penelitian Jonathan Gagne dalam The Physics of Filter Coffee menjelaskan bahwa:

    Senyawa aromatik lebih stabil pada suhu rendah, sehingga penggunaan air yang tidak terlalu panas di awal dapat mempertahankan kompleksitas aroma.

    3. Optimasi Rasa di Kompetisi Barista

    Barista seperti James Hoffmann dan Matt Perger telah bereksperimen dengan teknik ini dalam kompetisi. Mereka menemukan bahwa:

    • Kontrol ekstraksi lebih baik, mengurangi risiko over ekstrak.
    • Rasa lebih bersih dengan bitterness yang lebih terkendali.

    Cara Menerapkan Teknik Dua Suhu Resep Super Simple:

    1. Giling kopi medium-fine (seperti untuk V60 atau Aeropress).
    2. Basahi kopi dengan air 60-70°C (rasio 1:2, misalnya 15g kopi dengan 30g air).
    3. Diamkan 30–45 detik untuk blooming.
    4. Lanjutkan penyeduhan dengan air 90–96°C hingga mencapai rasio akhir (1:15 atau 1:17).
    5. Aduk perlahan untuk memastikan ekstraksi merata.

    Kesimpulan

    Teknik dua suhu dalam penyeduhan kopi bukan hanya tren di kalangan barista kompetisi, tetapi juga didukung oleh sains. Dengan memanfaatkan suhu rendah di awal dan tinggi di tahap berikutnya, kita bisa mendapatkan cangkir kopi dengan aroma lebih kompleks, rasa lebih seimbang, dan aftertaste yang lebih bersih.

    Referensi:

    • Lee, S. et al. (2020). Impact of Water Temperature on Coffee Extraction. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
    • Gagne, J. (2021). The Physics of Filter Coffee.
    • World Brewers Cup Championship Techniques (2021-2023).
  • Perhatikan Beda Dose Beda Rasa?

    Beda Dose, Beda Rasa: Pengaruh Besaran Dosis Kopi terhadap Ekstraksi

    Salah satu prinsip utama dalam menyeduh kopi spesialti adalah konsistensi. Namun, meskipun kita menggunakan grind size, suhu air, brew ratio, dan pola penyeduhan yang sama, perubahan dosis kopi dapat menghasilkan cangkir yang sangat berbeda. Misalnya, ketika menyeduh dengan V60 01 menggunakan 10 gram kopi versus 15 gram, meskipun semua variabel lain dipertahankan, rasa kopi akan berubah—biasanya menjadi lebih pekat dan kompleks. Mengapa hal ini terjadi? Mari kita telusuri faktor-faktor yang memengaruhi ekstraksi ketika dosis kopi berubah.

    1. Perubahan Total Brew Time dan Water Travel

    Ketika dosis kopi ditambah (misalnya dari 10g ke 15g), tumpukan bubuk kopi menjadi lebih tinggi. Air harus melewati lapisan kopi yang lebih tebal, sehingga water travel time (waktu perjalanan air) menjadi lebih lama. Hal ini memperpanjang contact time antara air dan kopi, yang berdampak pada:

    • Ekstraksi yang lebih tinggi: Senyawa rasa (baik yang diinginkan maupun tidak) akan terekstrak lebih banyak.
    • Rasa yang lebih intens: Kopi akan terasa lebih pekat, terkadang dengan peningkatan bitterness atau body yang lebih berat.

    Sebaliknya, jika dosis dikurangi, air mengalir lebih cepat, menghasilkan ekstraksi yang lebih rendah dan rasa yang lebih ringan.

    2. Hukum Permeabilitas: Aliran Air dalam Bed Kopi

    Permeabilitas mengacu pada seberapa mudah air mengalir melalui coffee bed. Menurut penelitian oleh Colonna-Dashwood & Hendon (2015) dalam “The Coffee Dictionary”, semakin padat dan tinggi coffee bed, semakin rendah permeabilitasnya. Artinya:

    • Dosis lebih besar → Coffee bed lebih tebal → Aliran air lebih lambat → Ekstraksi lebih tinggi.
    • Dosis lebih kecil → Coffee bed lebih tipis → Aliran air lebih cepat → Ekstraksi lebih rendah.

    Ini menjelaskan mengapa brew time cenderung meningkat ketika dosis kopi ditambah, meskipun grind size sama.

    3. Suspensi dan Agitasi: Peran Gerakan Partikel Kopi

    Saat menyeduh, partikel kopi tersuspensi dalam air, dan agitation (gerakan) membantu ekstraksi. Namun, dengan dosis yang berbeda:

    • Dosis lebih besar: Partikel kopi lebih banyak, sehingga agitation alami (seperti saat pouring) cenderung kurang efektif karena tumpukan kopi lebih padat. Hal ini dapat menyebabkan ekstraksi tidak merata jika tidak diimbangi dengan teknik stirring atau swirling yang tepat.
    • Dosis lebih kecil: Partikel lebih mudah bergerak, sehingga ekstraksi bisa lebih merata, tetapi risiko under-extraction lebih tinggi jika brew time terlalu singkat.

    Studi oleh Rao (2018) dalam “The Coffee Brewer’s Handbook” menunjukkan bahwa agitation yang berlebihan pada dosis besar dapat menyebabkan channeling, sementara dosis kecil lebih rentan terhadap ekstraksi tidak konsisten.

    Kesimpulan: Dosis Kopi adalah Variabel Kritis

    Perubahan dosis kopi—meskipun semua parameter lain tetap—akan memengaruhi:
    Total brew time (lebih banyak kopi = waktu lebih lama)
    Tingkat ekstraksi (kontak lebih lama = ekstraksi lebih tinggi)
    Keseimbangan rasa (lebih pekat vs. lebih ringan)

    Jika ingin eksperimen dengan dosis berbeda, pertimbangkan untuk menyesuaikan grind size atau pola pouring agar ekstraksi tetap optimal.

    Referensi:

    1. Colonna-Dashwood, M., & Hendon, C. H. (2015). The Coffee Dictionary.
    2. Rao, S. (2018). The Coffee Brewer’s Handbook.
    3. Hoffmann, J. (2017). The World Atlas of Coffee.

    Dengan memahami hubungan antara dosis, waktu, dan ekstraksi, kita bisa lebih mengontrol hasil seduhan untuk cangkir kopi yang lebih konsisten dan nikmat. Selamat bereksperimen! ☕

  • Alasan Kenapa Harga Kopi Semakin Mahal?

    Mengapa Harga Kopi Terus Meroket?

    Dalam beberapa tahun terakhir, harga kopi global melonjak tajam—baik Arabika maupun Robusta—menyentuh rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari level sebelum pandemi di bawah US $2–3 per kg, kini Arabika diperdagangkan pada ≈ US $8,62/kg, dan Robusta pada ≈ US $5,27/kg (Mei 2025). Lonjakan ini tidak terjadi tanpa sebab, melainkan perpaduan berbagai faktor fundamental, cuaca ekstrem, kebijakan, dan tren permintaan baru.


    1. Pasokan & Permintaan Global

    • Produksi vs. Konsumsi
      Dunia masih bergantung pada segelintir negara produsen besar—Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia—sementara permintaan terus tumbuh, terutama di pasar non-tradisional seperti China dan Asia.
    • Permintaan China
      Konsumsi “away-from-home” di China tumbuh 15 % YoY, dengan impor biji hijau melonjak tiga kali lipat dalam satu dekade, mendorong rata-rata harga Arabika ke level tinggi.

    2. Dampak Cuaca Ekstrem: Kasus Frost Brasil

    Pada akhir Juni–Juli 2021, frost hebat melanda Minas Gerais (Brazil), memusnahkan antara 5,5–9 juta karung kopi Arabika (330–540 ribu ton) dan mengurangi potensi panen 2022/23 hingga 2,7 juta karung. Kerusakan ini memicu lonjakan harga futures London & New York, mengoreksi ulang ekspektasi pasokan global.


    3. Biaya Produksi & Rantai Pasok

    • Input Pertanian: Harga pupuk dan upah tani menguat, menekan margin petani.
    • Logistik: Kenaikan tarif kontainer dan biaya bahan bakar, ditambah kemacetan pelabuhan, makin menambah beban biaya ekspor.

    4. Spekulasi & Finansialisasi Pasar

    Dana komoditas dan lembaga keuangan aktif memasuki pasar kopi—dengan futures, opsi, dan swap—memperlebar fluktuasi jangka pendek. Kurva futures untuk pengiriman 2026–2027 masih menunjukkan level USD 3,00–3,50 per lb (≈ US $6,60–7,70/kg) meski telah turun dari puncak 2024/25.


    5. Perbandingan Sebelum & Sesudah COVID-19

    Arabika (US $/kg)Robusta (US $/kg)
    Juni 2019≈ 2,33≈ 1,63
    Mei 2025≈ 8,62≈ 5,27
    Kenaikan~ 3,7×~ 3,2×

    Kenaikan 3–4 kali lipat ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan permintaan dipadu gangguan pasokan dan spekulasi.


    6. Outlook 2026

    Berdasarkan kurva futures ICE Arabika per Mei 2025, harga delivery pertengahan 2026 diperkirakan berada di kisaran 341–354 ¢/lb (US $3,00–3,50/lb), atau US $6,60–7,70/kg, menandakan sedikit pelunakan dari puncak namun masih relatif tinggi. Risiko cuaca ekstrem dan fluktuasi USD masih bisa memicu lonjakan tiba-tiba.


    Kesimpulan & Rekomendasi

    1. Diversifikasi Sumber: Roaster dan importir sebaiknya memperluas jaringan pasok.
    2. Hedging & Kontrak Jangka Panjang: Mengunci harga lewat forward contract dapat menahan volatilitas.
    3. Inovasi dan Specialty: Fokus pada direct trade dan specialty coffee, yang meski lebih mahal, menawarkan margin premium dan stabilitas pasokan.

    Dengan memahami gejolak permintaan (termasuk lonjakan di China), dampak cuaca, dan dinamika finansial, pelaku industri kopi dapat merumuskan strategi untuk menghadapi masa harga tinggi yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga pertengahan dekade.

  • Bagaimana Proses Kopi Decaf ?

    ☕ Metode Decaffeination Kopi

    1. Ethyl Acetate (EA) – Sugarcane Decaf

    Metode ini menggunakan ethyl acetate alami yang berasal dari fermentasi tebu. EA bekerja dengan mengikat molekul kafein dalam biji kopi, kemudian menghilangkannya melalui proses pencucian. Karena EA juga terdapat secara alami dalam buah-buahan, metode ini sering disebut “natural decaf”.

    Proses ini populer di Kolombia dan dikenal karena mempertahankan rasa asli kopi dengan baik. EA yang digunakan diproduksi melalui fermentasi karbohidrat tebu oleh Saccharomyces cerevisiae, dan asam asetat alami diperoleh dari fermentasi etanol oleh Acetobacter aceti .

    2. Swiss Water Process

    Metode ini tidak menggunakan bahan kimia tambahan. Biji kopi hijau direndam dalam air panas untuk melarutkan kafein dan senyawa rasa. Larutan ini kemudian disaring menggunakan karbon aktif untuk menghilangkan kafein. Biji kopi baru kemudian direndam dalam larutan ini, yang sudah jenuh dengan senyawa rasa tetapi bebas kafein, sehingga hanya kafein yang diekstraksi dari biji baru .

    3. Supercritical CO₂ Method

    Metode ini menggunakan karbon dioksida dalam kondisi superkritis (antara gas dan cair) untuk mengekstraksi kafein dari biji kopi. CO₂ superkritis memiliki kemampuan selektif tinggi terhadap kafein, sehingga senyawa rasa lainnya tetap terjaga. Proses ini memerlukan peralatan bertekanan tinggi dan lebih kompleks, namun menghasilkan kopi dengan profil rasa yang sangat baik .

    4. Metode Pelarut Kimia Lain

    Metode ini menggunakan pelarut seperti methylene chloride (MC) atau ethyl acetate untuk mengekstraksi kafein. Biji kopi direndam dalam pelarut tersebut, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan residu pelarut. Meskipun efektif, penggunaan MC menimbulkan kekhawatiran karena sifat toksiknya, meskipun residu yang tersisa biasanya sangat kecil dan diatur ketat oleh FDA .

    🔍 Artikel dan Referensi Terkait

  • Bagaimana Caranya Buat Kopimu Lebih Aromatik?

    Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik? Perkara Susah? Atau Gampang?

    Kopi yang aromatik tidak hanya bergantung pada jenis biji kopi, tetapi juga pada teknik penyeduhan, termasuk suhu air yang digunakan. Apakah kopi akan lebih aromatik jika diseduh dengan suhu lebih panas? Mari kita bahas berdasarkan penelitian.

    Pengaruh Suhu Air terhadap Aroma Kopi

    Aroma kopi berasal dari senyawa volatil (mudah menguap) yang terlepas selama penyeduhan. Suhu air memengaruhi ekstraksi senyawa-senyawa ini:

    1. Suhu Tinggi (90–96°C)
    • Ekstraksi lebih cepat dan intens, menghasilkan lebih banyak senyawa aromatik.
    • Namun, suhu terlalu tinggi (di atas 96°C) dapat menguapkan senyawa aromatik terlalu cepat dan mengekstrak senyawa pahit.
    1. Suhu Sedang (85–90°C)
    • Dianggap optimal oleh Specialty Coffee Association (SCA) untuk kebanyakan metode seduh.
    • Menghasilkan keseimbangan antara keasaman, manis, dan aroma.
    1. Suhu Rendah (di bawah 85°C)
    • Ekstraksi kurang optimal, menghasilkan kopi yang datar dan kurang aromatik.

    Studi Ilmiah tentang Suhu dan Aroma Kopi

    • Penelitian oleh Petracco (2005) dalam “Espresso Coffee: The Science of Quality” menyatakan bahwa suhu antara 90–96°C optimal untuk ekstraksi senyawa aromatik tanpa merusak rasa.
    • Studi oleh Wang & Lim (2021) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa suhu 92°C menghasilkan tingkat senyawa volatil (seperti furans dan pyrazines) yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada aroma kopi.
    • SCA (Specialty Coffee Association) merekomendasikan suhu 90–96°C untuk metode pour-over dan 93°C untuk espresso untuk hasil terbaik.

    Tips Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik

    1. Gunakan Biji Kopi Segar dan Berkualitas

    • Pilih biji kopi single origin atau specialty grade dengan catatan rasa fruity atau floral.
    • Giling biji kopi segera sebelum diseduh untuk mempertahankan aroma.

    2. Gilingan yang Tepat

    • Untuk metode seduh seperti V60 atau Chemex, gunakan gilingan medium sampai medium fine.
    • Untuk French Press, gunakan gilingan kasar agar ekstraksi lebih bersih.

    3. Optimalkan Suhu Air

    • Gunakan termometer untuk memastikan suhu air 90–93°C.
    • Jika tidak ada termometer, diamkan air mendidih selama 30 detik sebelum menyeduh.

    4. Rasio Air dan Kopi yang Tepat

    • Gunakan rasio 1:15–1:17 (kopi:air) untuk metode manual brew.
    • Contoh: 15g kopi untuk 250ml air.

    5. Teknik Penyeduhan yang Konsisten

    • Bloom (Pre-infusion): Tuang air secukupnya (2x -3x berat kopi) dan biarkan 30 detik – 1 menit untuk melepaskan CO₂ dan memaksimalkan ekstraksi.
    • Pouring Bertahap: Tuang air secara perlahan dan merata untuk ekstraksi optimal.

    6. Gunakan Alat Seduh yang Tepat

    • Cone Dripper : Cocok untuk kopi dengan keasaman dan aroma tinggi.
    • Aeropress: Menghasilkan ekstraksi bersih dan aromatik.
    • Espresso Machine: Tekanan tinggi membantu ekstraksi senyawa aromatik lebih intens.

    Kesimpulan

    Kopi memang lebih aromatik jika diseduh dengan suhu yang lebih panas (90–96°C), tetapi tidak boleh terlalu panas agar tidak menghilangkan senyawa volatil penting. Dengan memilih biji berkualitas, menggiling segar, dan mengontrol suhu serta teknik penyeduhan, Anda bisa menikmati secangkir kopi dengan aroma yang jauh lebih kaya.

    Referensi

    1. Petracco, M. (2005). Espresso Coffee: The Science of Quality.
    2. Wang, X., & Lim, L. (2021). Impact of Brewing Temperature on Coffee Volatile Compounds. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
    3. Specialty Coffee Association (SCA). Water for Brewing Standards.

    Dengan menerapkan tips di atas, Anda bisa meningkatkan kualitas seduhan kopi dan menikmati aroma yang lebih memukau. Selamat mencoba! ☕

  • Beda Gelas Beda Rasa? Apakah Benar?

    Beda Gelas, Beda Rasa: Ilmu di Balik Desain Gelas Kopi

    Kopi yang sama terasa berbeda ketika disajikan dalam gelas yang berbeda? Ternyata, bukan sekadar perasaan—ilmu sensorik membuktikan bahwa desain dan material gelas dapat memengaruhi persepsi rasa kopi.

    1. Material Gelas dan Persepsi Rasa

    Material gelas memainkan peran penting dalam bagaimana kita merasakan kopi. Studi oleh Carvalho dan Spence (2018) menunjukkan bahwa bentuk dan material cangkir dapat memengaruhi aroma, rasa, dan penilaian keseluruhan terhadap kopi spesialti.

    • Gelas Kaca: Gelas kaca, terutama yang berlapis ganda, cenderung mempertahankan suhu kopi lebih lama dan tidak menyerap rasa atau aroma, sehingga memberikan pengalaman rasa yang lebih murni.
    • Keramik: Cangkir keramik dapat menahan panas dengan baik, namun ketebalan dan warna keramik dapat memengaruhi persepsi rasa. Misalnya, warna cangkir dapat memengaruhi persepsi manis atau pahitnya kopi.

    2. Bentuk dan Ketebalan Rim Gelas

    Ketebalan dan bentuk rim (bibir) gelas juga memengaruhi bagaimana kopi masuk ke mulut dan menyentuh lidah, yang pada gilirannya memengaruhi persepsi rasa.

    • Rim Tipis: Gelas dengan rim tipis memungkinkan aliran kopi yang lebih langsung ke lidah, menonjolkan keasaman dan rasa yang lebih cerah.
    • Rim Tebal: Sebaliknya, rim yang lebih tebal dapat mendistribusikan kopi secara berbeda di mulut, mungkin mengurangi intensitas rasa tertentu.

    Sebuah studi terbaru dalam Applied Food Research menemukan bahwa material dan kelembutan rim cangkir dapat memengaruhi persepsi rasa dan suhu minuman. Rim yang keras dan dingin, seperti logam atau kaca, dapat membuat minuman terasa lebih dingin dan memengaruhi persepsi rasa secara keseluruhan.

    3. Bentuk Gelas dan Aroma

    Bentuk gelas juga berperan dalam menangkap dan mengarahkan aroma kopi ke hidung kita. Gelas dengan bentuk tulip, misalnya, dapat memusatkan aroma di bagian atas gelas, meningkatkan pengalaman aromatik.

    Penelitian oleh Carvalho dan Spence menunjukkan bahwa bentuk cangkir memengaruhi persepsi aroma dan rasa kopi. Cangkir berbentuk tulip meningkatkan intensitas aroma, sementara cangkir dengan bentuk terbuka atau terbelah memengaruhi persepsi rasa manis dan keasaman.

    4. Warna Gelas dan Persepsi Rasa

    Warna cangkir juga dapat memengaruhi bagaimana kita merasakan rasa kopi. Studi oleh Piqueras-Fiszman dan Spence menemukan bahwa warna cangkir dapat memengaruhi persepsi rasa manis dan intensitas rasa minuman. Misalnya, cangkir berwarna putih dapat meningkatkan persepsi rasa manis pada minuman.


    Kesimpulan

    Desain gelas—termasuk material, bentuk, ketebalan rim, dan warna—berkontribusi signifikan terhadap pengalaman sensorik saat menikmati kopi. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu barista dan penikmat kopi dalam memilih gelas yang tepat untuk menonjolkan karakteristik tertentu dari kopi.

    Bagi Anda yang tertarik menulis artikel lebih lanjut tentang topik ini, referensi berikut dapat menjadi titik awal:

    Dengan memahami dan menerapkan pengetahuan ini, kita dapat meningkatkan pengalaman menikmati kopi, baik di rumah maupun di kedai kopi.


0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop