Category: Tips dan Trik

  • Harus Beli Yang Mana? V60 vs Kalita? Cone vs Flat Bottom? Mana Yang Lebih Userfriendly

    Pertarungan abadi di dunia pour-over! Selalu bingung dalam memilihi antara Flat Bottom dan Cone sering membingungkan, terutama untuk pemula. Mana yang lebih ramah pengguna? Mari kita bahas secara mendalam, lengkap dengan tips & perkembangan terbaru.

    Flat Bottom umumnya lebih user-friendly untuk pemula

    karena lebih toleran terhadap teknik tuang yang seringkali kurang stabil dan menghasilkan konsistensi lebih mudah. Namun, Cone menawarkan deep exploration rasa, dapat menyajikan potensi kejelasan rasa lebih tinggi bagi yang sudah mahir.

    Flat Bottom Dripper: Stabilitas & Konsistensi

    • Contoh Brand: Kalita Wave (ikonik), Orea V3, April Brewer, Fellow Stagg [X], Tricolate, Solo Coffee Dripper.
    • Kenapa Lebih User-Friendly (Umumnya):
      1. Bed Lebih Datar & Lebar: Menciptakan tumpukan kopi lebih dangkal yang memastikan ekstraksi lebih mudah merata secara alami. Minimalisir “channeling” (air mencari jalur tertentu).
      2. Aliran Air Lebih Terkontrol: Kalita, Lubang kecil atau desain khusus (seperti Wave) mengatur laju aliran, membantu pemula mengurangi untuk mengontrol waktu ekstraksi.
      3. Teknik Tuang Lebih Mudah: Tidak perlu fokus menuang tepat di tengah. Menuang spiral atau bahkan back-and-forth secara umum masih menghasilkan kopi yang bagus. Lebih memaafkan kesalahan.
      4. Konsistensi Lebih Mudah Dicapai: Karena kontrol aliran internal dan ekstraksi yang merata, lebih mudah mendapatkan cangkir yang serupa dari hari ke hari, bahkan dengan sedikit variasi teknik.
    • Do’s:
      • Basahi filter dengan sempurna untuk menempelkannya ke dinding dripper.
      • Gunakan gilingan yang relatif medium, grind sedikit lebih kasar daripada grindsize untuk cone dripper.
      • Tuang dengan stabil, fokus pada saturasi seluruh bed secara merata dengan gerakan memutar.
      • Pertahankan level air yang selalu sama ketika menuangkan air ke slurry.
    • Don’ts:
      • Giling terlalu halus (berisiko menyumbat, terutama di Wave).
      • Menuang terlalu agresif langsung di tengah (bisa membuat lubang di bed/kawah).
      • Mengabaikan bloom (meski lebih toleran, bloom tetap penting).
      • Menggunakan filter yang tidak dirancang khusus untuk drippernya (terutama penting untuk Wave).

    Cone Dripper: Kejelasan & Potensi Tertinggi

    • Contoh Brand: Hario V60 (paling populer), Origami, Kono, Chemex .
    • Kenapa Bisa Lebih Menantang:
      1. Bed Lebih Dalam & Sempit: Air cenderung mengalir ke pusat, meningkatkan risiko channeling jika teknik tuang tidak tepat.
      2. Aliran Air Sangat Cepat & Bebas: Kontrol ekstraksi hampir sepenuhnya bergantung pada teknik menuang dan ukuran gilingan. Butuh lebih banyak keterampilan untuk mengatur waktu ekstraksi.
      3. Teknik Tuang Lebih Kritis: Menuang spiral yang konsisten dan terpusat sangat penting untuk memastikan semua kopi terekspos air secara merata. Menuang sembarangan menghasilkan ekstraksi tidak merata.
      4. Potensi Rasa Lebih Tinggi (Bagi yang Mahir): Ketika dilakukan dengan sempurna, cone sering memberikan kejelasan rasa (clarity), keasaman yang lebih cerah, dan lapisan rasa (layering) yang lebih kompleks dibanding flat bottom.
    • Do’s:
      • Fokus pada Teknik Tuang: Gunakan kettle berparuh gooseneck. Kuasai spiral yang konsisten, mulai dari tengah keluar dan kembali, menjaga ketinggian air stabil.
      • Bereksperimen dengan Ukuran Gilingan: Temukan titik manis antara kecepatan alir dan ekstraksi (biasanya lebih halus dari flat bottom untuk V60 standar).
      • Bloom dengan Hati-hati: Pastikan semua kopi basah merata.
      • Kontrol Ketinggian Tuang: Untuk mengatur agitasi (pengadukan alami).
    • Don’ts:
      • Menuang terlalu cepat/agresif atau tidak terpusat.
      • Menggunakan gilingan terlalu kasar (ekstraksi kurang) atau terlalu halus (over-ekstraksi pahit atau tersumbat).
      • Mengabaikan pentingnya kettle gooseneck.
      • Membiarkan bed kopi mengering sepenuhnya selama proses tuang.

    Kesimpulan User-Friendliness:

    • Pemula/Mencoba Konsistensi Mudah: Pilih Flat Bottom (e.g., Kalita Wave). Lebih memaafkan, hasil lebih konsisten dengan usaha minimal, teknik tuang lebih mudah.
    • Pencinta Kopi Berpengalaman/Mengeksplorasi Rasa Kompleks: Pilih Cone (e.g., V60). Menawarkan kontrol penuh dan potensi rasa lebih tinggi, tapi butuh latihan teknik tuang yang baik.

    Pembaharuan di Dunia Flat Bottom:

    Kalita Wave mendominasi bertahun-tahun, tapi beberapa tahun terakhir muncul inovasi menarik

    Apa Arti Pembaharuan Ini?

    • Fokus pada Ekstraksi Lebih Merata & Efisien: Mengurangi “bypass” (air yang melewati sisi kopi tanpa mengekstrak) adalah tren besar (Orea dengan Negotiator, Solo dengan filter khusus).
    • Fleksibilitas: Orea membuka pintu untuk eksperimen berbagai jenis filter.
    • Profil Rasa Baru: Brewer seperti Solo menawarkan profil ekstraksi tinggi yang sangat bersih, berbeda dari Kalita klasik.
    • Peningkatan Material & Estetika: Banyak dripper baru menggunakan material premium (kaca, crystal, logam) dengan desain modern.

    Kesimpulan Akhir:

    • User-Friendly Terbaik (Pemula/Konsistensi): Flat Bottom (Klasik: Kalita Wave).
    • Potensi Rasa Tertinggi (Dengan Skill): Cone (Ikonik: Hario V60).
    • Pembaharuan Flat Bottom (Orea, Solo, April switch, Timemore b75: Menawarkan peningkatan signifikan dalam kontrol ekstraksi, drawdown yang lebih cepat, fleksibilitas dalam kreasi paper filter dan profil rasa, seringkali mendobrak batas antara flat bottom dan cone dalam hal kejelasan rasa, meski dengan harga dan kompleksitas.

    Pilihan terakhir tergantung pada selera.

  • Alat Bantu Dripper Assist, Harus Ada Penyesuaian Cara Seduh

    Mengoptimalkan Seduhan Kopi dengan Drip Assist: Penyesuaian, Waktu Seduh, dan Resep Menarik

    Drip Assist adalah alat inovatif yang dirancang untuk menyederhanakan proses pour-over coffee, tidak juga membantu bagi pemula tapi alat ini semakin digemari para barista saat tanding, karena alat ini bantu mereka yang menginginkan konsistensi tanpa teknik pouring rumit. Alat ini berfungsi sebagai “agitasi otomatis / seperti alat batch brew” mini, menyebarkan air secara merata di atas bed kopi, sehingga mengurangi risiko channeling (aliran air tidak merata) dan meningkatkan ekstraksi. Namun, apakah penggunaannya memerlukan penyesuaian khusus? Bagaimana dampaknya terhadap total brew time?


    Apa Itu Drip Assist?

    Drip Assist adalah alat berbentuk kubah berlubang (biasanya dari plastik) yang diletakkan di atas brewer pour-over (seperti V60, Kalita Wave, atau switch). Alat ini menstabilkan aliran air dari ketel (kettle), memastikan distribusi air yang konsisten dan merata tanpa perlu keterampilan pouring khusus.


    Penyesuaian yang Diperlukan Saat Menggunakan Drip Assist

    Meski Drip Assist memudahkan proses, beberapa penyesuaian tetap dibutuhkan untuk hasil optimal:

    1. Ukuran Gilingan (Grind Size)
    • Penyesuaian: Giling kopi sedikit lebih halus dibanding metode pour-over manual.
    • Alasan: Drip Assist mengalirkan air lebih konsisten,agitasi rendah dan stabil. Jika kopi terlalu kasar, risiko under-extraction atau watery besar.
    • Tips: Uji coba dengan menyesuaikan gilingan jika waktu seduh melebihi rekomendasi begitu pula sebaliknya , suggest total brew time 2-4 lmenit
    1. Kecepatan dan Volume Pouring
    • Penyesuaian: Tuang air lebih cepat (tanpa takut merusak bed kopi), tetapi pastikan volume air tidak melebihi kapasitas Drip Assist.
    • Alasan: Drip Assist sudah mengatur penyebaran air, jadi Anda bisa menuang lebih agresif untuk menjaga suhu air tetap stabil.
    1. Tinggi Ketel (Kettle Height)
    • Penyesuaian: Posisikan ketel lebih dekat ke Drip Assist (5–7 cm).
    • Alasan: Tinggi ketel memengaruhi tekanan air. Jarak pendek menjaga aliran tetap lancar tanpa cipratan.

    Total Brew Time dengan Drip Assist

    Waktu seduh cenderung lebih konsisten, tetapi mungkin sedikit lebih cepat 10–30 detik) dibanding pour-over manual, terutama jika:

    • Ukuran gilingan terlalu kasar.
    • Awas kamu tidak perlu tuang debit air dari ketel terlalu kecil.

    Rekomendasi Total Brew Time:

    • Target: 2:30–3:30 menit untuk 250–300 ml kopi.
    • Jika terlalu cepat (<2:30): Perhalus gilingan atau kurangi kecepatan pouring.
    • Jika terlalu lambat (>3:30): Kasar-kan gilingan atau pastikan filter tidak tersumbat.

    💡 Catatan: Drip Assist membuat waktu seduh lebih stabil antar-seduhan, tetapi ukuran gilingan dan jenis kopi tetap faktor kunci!


    Resep Menarik: “Dancing Assist” V60 dengan Drip Assist

    Coba resep ini untuk rasa cerah dengan aroma buah tropis:

    Bahan:

    • 20 g kopi single-origin (rekomendasi: Ethiopia atau Puntang, light roast).
    • 300 ml air panas (suhu 93–96°C).
    • Alat: V60, filter kertas, Drip Assist, ketel gooseneck.

    Langkah:

    1. Bloom (0:00–0:45):
    • Basahi filter dengan air panas, buang airnya.
    • Tambahkan kopi, ratakan. Letakkan Drip Assist di atasnya.
    • Tuang 60 ml air untuk bloom. Biarkan kopi mengembang 45 detik.
    1. Main Pour (0:45–1:45):
    • Tuang 140 ml air dengan aliran stabil (fokus kecepatan sedang).
    • Tunggu hingga air turun tiris.
    1. Final Pour (1:45–2:15):
    • Tuang sisa 100 ml air.
    • Angkat Drip Assist saat semua proses seduh sudah selesai.
    1. Total Brew Time:
    • Kopi seharusnya tuntas mengalir di detik 3:00–3:20.
    • Hasil: Seduhan jernih dengan bebuahan, berry, , jeruk, dan aftertaste manis.

    Kesimpulan

    Drip Assist adalah solusi praktis untuk:
    ✅ Pemula yang ingin konsistensi.
    ✅ Pecinta kopi yang lelah dengan teknik pouring rumit.
    ✅ Seduhan repeatable di pagi hari yang sibuk.

    Penyesuaian utama terletak pada gilingan dan pengaturan jumlah step pouring. Total brew time akan stabil di kisaran 3 menit jika gilingan dan debit air dioptimalkan. Cobalah resep “Dancing Assist” untuk mengeksplorasi potensi rasa kopi Anda!

    Pro Tip: Pair Drip Assist dengan scale timbangan untuk memantau rasio air : kopi (1:15) dan brew time secara real-time!

  • Seduh Kopi Tanpa Timbangan? Muscle Memory

    Ngopi Nggak Harus Ribet: Melatih Muscle Memory dalam Teknik Seduh Manual

    Kadang ada disatu periode kita dihadapkan situasi kekurangan alat tertentu dalam menyeduh kopi. Lebih lebih banyak orang juga merasa intimidasi saat ingin mulai menyeduh kopi secara manual,dikarenakan tools terlalu banyak. Padahal, kenyataannya tidak selalu seperti itu.

    Saya ingin membagikan pengalaman pribadi saat menyeduh kopi tanpa timbangan—dan ternyata hasilnya bisa tetap enak, walupun tidak bisa dibilang sangat konsisten. Bagaimana caranya? Jawabannya ada di muscle memory.

    ☕ Apa Itu Muscle Memory dalam Penyeduhan Kopi?

    Muscle memory atau memori otot adalah kemampuan tubuh untuk mengingat gerakan tertentu setelah dilakukan berulang-ulang. Sama seperti bermain gitar, mengetik cepat, atau bahkan mengikat tali sepatu—semua bisa dilakukan tanpa berpikir karena otot kita sudah “ingat”.

    Dalam menyeduh kopi, muscle memory bisa diterapkan saat menuang air. Setelah saya melakukan uji coba berulang, saya menemukan bahwa setiap 5 putaran tuangan dari ketel saya ( timemore pelican spout) menghasilkan sekitar 45–50 ml air. Ini berarti, meski tanpa timbangan, saya masih bisa mengontrol volume air yang digunakan dengan cukup akurat.

    💡 Kenapa Ini Penting?

    • Praktis saat bepergian – Tidak semua tempat punya timbangan. Muscle memory memungkinkan kamu tetap bisa menyeduh kopi nikmat, bahkan di alam terbuka atau saat traveling.
    • Mengurangi tekanan “harus sempurna” – Seduhan kopi yang enak bisa dicapai bukan hanya dengan alat canggih, tapi dengan perhatian dan latihan.
    • Lebih peka terhadap proses – Tanpa alat bantu, kita justru belajar untuk lebih aware terhadap kecepatan tuang, warna kopi, dan aroma yang keluar.

    📖 Referensi Pendukung

    • James Hoffmann, dalam bukunya The World Atlas of Coffee, menjelaskan bahwa kepekaan terhadap detail adalah kunci dalam seduhan kopi manual, bukan hanya akurasi alat.
    • Sebuah artikel dari perfect daily grinds membahas bahwa banyak barista profesional pun melatih konsistensi tuang air melalui ritme dan kontrol tangan.
    • Dalam Barista Hustle, disebutkan bahwa mengembangkan “pouring technique muscle memory” membantu barista membuat seduhan yang stabil dan efisien di lingkungan sibuk seperti coffee shop.

    🎯 “Feeling Over Fear”

    Kopi tidak harus sempurna untuk bisa dinikmati. Yang penting adalah memahami proses dan menikmati setiap langkahnya. Kalau kamu bisa latih muscle memory, kamu tidak lagi selalu bergantung 100% pada alat—kamu bisa menyeduh dengan perasaan, bukan dengan ketakutan.

    “Brew with intention, not intimidation.”

  • Tanpa Kettle Mahal?Belum Pinter Pouring? Pakai Aja Drip Assist

    Mengulik Drip Assist: Alat Kecil yang Bikin Rasa Kopi Makin Konsisten

    Dalam dunia kopi spesialti, detail kecil bisa membawa perbedaan besar. Salah satu inovasi yang menarik dan mendapat tempat di hati para home brewer dan barista profesional adalah Drip Assist. Benda kecil berbentuk lingkaran ini dirancang banyak brand yang nantinya untuk diletakkan di atas dripper,menawarkan pengalaman menyeduh yang lebih konsisten serta mudah dikontrol—bahkan untuk pemula.

    Apa Itu Drip Assist?

    Drip Assist adalah alat bantu seduh yang biasanya memiliki dua zona lubang berbeda:

    • Zona tengah: lubang kecil dan padat untuk fokus ekstraksi pada area pusat bubuk kopi.
    • Zona luar: lubang lebih jarang yang mendistribusikan air ke sisi luar bubuk kopi.

    Dengan dua zona ini, air panas dapat terdistribusi lebih merata, tanpa mengandalkan teknik tuang tangan yang presisi.

    Drip Assist vs. Tanpa Drip Assist: Apakah Rasanya Berbeda?

    Ya, perbedaannya cukup terasa, terutama pada konsistensi dan kejernihan rasa. Tanpa drip assist aliran air yang tidak konsisten pada kettle,tinggi rendah menuang akan menjadikan rasa kopi yang berbeda

    Dengan Drip Assist

    • Distribusi air lebih merata dan terkontrol.
    • Cocok untuk pemula yang belum stabil dalam menuang air.
    • Body lebih ringan dan rasa lebih jelas, karena ekstraksi cenderung stabil.
    • Brewers tinggal memikirkan settingan grindsize yang tepat, berapa kali pulse, dan suhu air.
    • Mengurangi risiko channeling (jalur air yang membuat ekstraksi tidak merata).

    Tanpa Drip Assist

    • Lebih fleksibel dalam eksplorasi teknik tuang.
    • Potensi mendapatkan karakter rasa yang unik lebih besar, jika teknik pouring dikuasai.
    • Namun, risiko over atau under-extraction lebih tinggi jika teknik belum matang.

    Dua Zonasi Pouring di Dripper Assist: Tengah vs. Pinggir, Apa Pengaruhnya?

    Zona tengah:

    • Memfokuskan air di tengah bubuk kopi untuk mengekstraksi bagian yang paling padat.
    • Cocok saat ingin menonjolkan body dan sweetness.
    • Tuang di zona tengah dapat dilakukan pada awal menyeduh.

    Zona pinggir (spiral ke luar):

    • Membantu mengekstraksi seluruh permukaan, menghindari bagian bubuk kopi yang tidak terseduh.
    • Zona luar juga membantu untuk meratakan hasil seduh secara menyeluruh ( even extraction) bertujuan membantu hasil seduh lebih ke balance, karena seluruh bubuk terbasahi.

    Kombinasi keduanya umumnya direkomendasikan: mulai dari tengah untuk blooming, lalu step kedua ke luar, lalu step terkahir kembali ke tengah.

    Perlu Diperhetikan Harus Menunggu Air Tiris Sebelum Tuang Lagi ,Kenapa?

    Ini tergantung pada gaya penyeduhan dan hasil yang diinginkan.

    • Menunggu air tiris (pulse pouring):
      • Memberi waktu untuk ekstraksi lebih merata.
      • Cocok untuk menghasilkan rasa yang lebih manis ,round body dan kompleks.
      • Meningkatkan kontrol terhadap waktu kontak air dan kopi.
      • Ketika tiris impact jatuhnya air dari drip assist langsung mengenai bubuk kopi, impact ini juga memberikan hasil ekstraksi yang lebih tinggi.

    Referensi dan Sumber Pendukung

    • James Hoffmann – YouTube: Pour Over Techniques & Tools
    • Tetsu Kasuya – 4:6 Method and Drip Assist Use
    • Rao, Scott – Everything But Espresso (2010)
    • Matt Perger – Barista Hustle Blog

    Kesimpulan

    Drip Assist bukan sekadar gimmick—ia adalah alat bantu praktis yang membantu siapa pun menghasilkan seduhan kopi yang konsisten, bersih, dan nikmat. Dengan teknik pouring yang tepat, zona tengah dan pinggir bisa digunakan untuk mengatur rasa kopi sesuai preferensi. Bagi pemula, Drip Assist adalah shortcut menuju hasil seduhan profesional. Bagi yang berpengalaman, ini bisa jadi alat eksperimental untuk eksplorasi rasa baru.

  • Salami Shot! Membedah Rasa Dari Espresso

    🥖 Apa Itu Salami Shot?

    Salami shot adalah teknik di mana satu shot espresso dibagi menjadi beberapa cangkir kecil selama proses ekstraksi. Tujuannya adalah untuk memahami berbagai rasa yang muncul pada setiap tahap ekstraksi dan menentukan rasio output terbaik.

    ⚙️ Alat dan Bahan yang Diperlukan

    • Mesin espresso
    • Biji Panna Coffee Espresso Profile
    • Timbangan digital
    • Timer
    • 7 cangkir espresso kecil 

    ☕ Langkah-Langkah Melakukan Salami Shot

    1. Persiapan: Siapkan mesin espresso dan pastikan semua peralatan bersih.
    2. Penggilingan: Giling kopi sesuai dengan kebutuhan mesin espresso Anda.
    3. Distribusi dan Tamping: Distribusikan kopi secara merata di portafilter dan lakukan tamping dengan tekanan yang konsisten.
    4. Ekstraksi:
      • Mulai ekstraksi seperti biasa.
      • Setelah tetesan pertama muncul, mulai timer.
      • Setiap 5 detik, ganti cangkir di bawah portafilter, sehingga Anda memiliki 7 cangkir yang masing-masing berisi bagian berbeda dari ekstraksi.
    5. Pencicipan: Setelah semua cangkir terisi, cicipi setiap cangkir secara berurutan untuk memahami perubahan rasa pada setiap tahap ekstraksi. 

    🔍 Analisis Rasa pada Setiap Tahap

    • Cangkir 1-2 (0-10 detik): Rasa cenderung asam dan tajam karena senyawa yang mudah larut diekstraksi terlebih dahulu.
    • Cangkir 3-5 (10-25 detik): Rasa mulai seimbang dengan munculnya manis dan kompleksitas rasa.
    • Cangkir 6-7 (25-35 detik): Rasa cenderung pahit karena senyawa yang sulit larut mulai terekstraksi. ( carilah bagian rasa paling tidak nyaman)

    📚 Kegunaan Salami Shot Pada Resep Ekstraksi Espresso

    Ekstraksi espresso adalah proses di mana air panas bertekanan tinggi dipaksa melalui kopi bubuk halus untuk menghasilkan minuman yang kaya dan kompleks. Proses ini biasanya berlangsung antara 25 hingga 30 detik untuk menghasilkan double shot. Pada awal ekstraksi, air melarutkan senyawa yang mudah larut seperti acidity dan sweetness, menghasilkan rasa yang cerah dan manis. Seiring waktu, senyawa yang lebih pahit mulai terekstraksi, sehingga penting untuk menghentikan ekstraksi pada waktu yang tepat untuk menghindari rasa pahit yang berlebihan. 

    Melalui proses Salami Shot, identifikasi pembagian dari rasa espresso, kita akan tau dititik mana rasa espresso sudah menghasilkan rasa yang paling pahit, disitulah bagian yang akan kita cut dan kita tidak gunakan.

    Teknik Salami memberi anda kerangka acuan yang sederhana untuk memecahkan masalah pada espresso dan membuat perubahan kecil guna meningkatkan keseimbangan rasa.

  • Konsep Seduh Juara 3 WBC Buang Kopi Seduhan Pertama

    Berikut artikel singkat dan menarik tentang konsep seduh Carlos Escobar di WBC 2025, berdasarkan resep dan pendekatan uniknya:

    🔍 

    Konsep Seduh Carlos Escobar di WBC 2025

    Di tengah gelombang resep seduh yang semakin kompleks, Carlos Escobar tampil dengan pendekatan yang justru sederhana namun sangat terstruktur. Resep yang ia gunakan pada WBC 2025 menarik perhatian bukan karena kerumitan tekniknya, tetapi karena pemilihan elemen-elemen penting yang saling mendukung secara harmonis, termasuk membuang sedikit hasil seduh.

    Resep Seduh Carlos Escobar

    • Brew Method: Switch 1:14
    • Total air: 200g
    • Total kopi : 14.5g
    • Brew Temperature : 90c
    • Water : 114ppm
    • Step 1 – Immersion:
      • 100g air
      • 1:00 menit imersi
    • Step 2 – Percolation:
      • 100g air
      • lama menuang air selama 0:20 detik secara perkolasi

    Sebuah resep dua langkah yang terlihat sederhana, namun menyimpan keseimbangan ekstraksi dan karakter cup yang sangat presisi.

    Menarik juga adalah membuang sedikit hasil seduhan yang mana mengurangi rasa asin pada hasil seduh

    Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Resep Ini?

    1.  Simplicity ≠ Basic

    Dengan hanya dua langkah — imersi dan perkolasi — Escobar menunjukkan bahwa struktur yang jelas bisa menggantikan kompleksitas teknik. Ini resep yang mudah ditiru oleh siapa pun, namun tetap menghadirkan cup yang complex.

    2. Minim Agitasi = Minim Risiko

    Dengan dua kali penuangan dan tanpa agitasi berlebih, risiko over-extraction hampir tidak ada. Namun, ini juga membuat resep ini rentan under-extraction jika brew ratio tidak dijaga.

    3. Brew Ratio sebagai Stabilizer

    Escobar memilih rasio 1:14, yang:

    • Menjaga agar rasa tidak watery meskipun metode seduh cenderung ringan
    • Memberi intensitas dan kejelasan di cup
    • Menyeimbangkan efek dari minimnya agitasi

    4.  Air: Mineral untuk Tekstur

    Yang paling menarik — air yang ia gunakan cukup heavy yang mana diperkaya mineral, khususnya tipe silica.

    Air ini:

    • Meningkatkan sweetness
    • Memberikan mouthfeel yang lebih tebal
    • Menambah heaviness tanpa mengorbankan clarity

    Air dengan tipe seperti ini sangat menunjang metode seduh dua langkah milik Escobar, karena mengisi kekosongan dari sisi body dan tekstur yang biasanya berkurang saat ekstraksi ringan.

    Kesimpulan

    Carlos Escobar mengajarkan bahwa:

    • Konsistensi dan kontrol bisa datang dari kesederhanaan
    • Resep tidak perlu rumit jika setiap elemen saling melengkapi
    • Air adalah senjata tersembunyi yang mampu mengubah arah hasil akhir seduhan

    Ada kopi rilisan terbaru kita yang menarik untuk dicoba 😁

  • Bahaya Seduh Kopi Pakai Suhu 100c? Apa Peranan Brewing Temperature?

    Pengaruh Suhu dalam Menyeduh Kopi: Apakah Air Mendidih Membuat Kopi Gosong?

    Kopi adalah minuman yang kompleks, dan suhu penyeduhan memainkan peran kritis dalam menentukan cita rasanya. Banyak orang bertanya: apakah menyeduh kopi dengan air mendidih (100°C) membuatnya gosong? Bagaimana suhu memengaruhi hasil seduhan? Bisakah kopi diseduh dengan air dingin? Mari kita bahas satu persatu.


    1. Apakah Menyeduh Kopi dengan Air 100°C Membuatnya Gosong?

    Istilah “gosong” sering diasosiasikan dengan pembakaran, tetapi dalam konteks kopi, air mendidih (100°C) tidak secara langsung membakar biji kopi. Namun, perlu diperhatikan bahwa suhu yang tinggi ini dapat mempercepat ekstraksi.

    Menurut Specialty Coffee Association (SCA), suhu optimal untuk menyeduh kopi adalah 90–96°C. Suhu ini memungkinkan ekstraksi optimal tanpa mengambil terlalu banyak senyawa pahit. Jika menggunakan air mendidih, risiko over-ekstraksi meningkat.

    Tips buat kalian jika ingin menyeduh kopi dengan suhu tinggi, kalian dapat adjust grind setting kesedikit lebih kasar dari biasanya.


    2. Peran Suhu dalam Menyeduh Kopi

    Suhu air memengaruhi kecepatan ekstraksi dan efisiensi ekstraksi senyawa kimia dalam kopi:

    • Suhu Tinggi (85–96°C):
    • Mengekstrak asam, gula, dan kafein lebih cepat.
    • Menghasilkan rasa lebih kompleks dan aroma yang kuat.
    • Cocok untuk metode seduh cepat seperti espresso atau pour-over.
    • Suhu Rendah (di bawah 85°C):
    • Ekstraksi lebih lambat, menghasilkan rasa lebih ringan dan asam.
    • Risiko under-ekstraksi (rasa datar atau asam berlebihan).

    Keseimbangan suhu sangat penting. Jika terlalu panas, kopi menjadi lebih pahit; jika terlalu dingin, rasa tidak maksimal karena didominasi asam.


    3. Bisakah Kopi Diseduh dengan Suhu Dingin? Bagaimana Rasanya?

    Kopi bisa diseduh dengan air dingin melalui metode cold brew. Berbeda dengan es kopi biasa, cold brew menggunakan air bersuhu ruang atau dingin (5–25°C) dengan waktu seduhan lama (12–24 jam). Proses ini menghasilkan:

    • Rasa yang Lebih Lembut: Ekstraksi lambat mengurangi asam dan senyawa pahit.
    • Aroma Ringan dan Manis Alami: Gula dalam kopi terekstrak tanpa keasaman tinggi.
    • Kadar Kafein Tinggi (jika dikonsentrasikan): Meski prosesnya lambat, rasio bubuk kopi-air yang tinggi membuat cold brew bisa lebih “kuat”.

    Menurut studi dari Universitas Thomas Jefferson (2017), cold brew memiliki tingkat pH lebih tinggi dibanding kopi panas, cocok untuk buat kalian yang tidak terlalu suka asam.


    4. Tips Menyeduh Kopi Berdasarkan Suhu

    1. Kopi Panas:
    • Gunakan suhu 90–96°C untuk metode V60, French Press, atau AeroPress.
    • Untuk kopi sangrai gelap (dark roast), kurangi suhu hingga 85°C agar tidak terlalu pahit.
    1. Cold Brew:
    • Campur 1:5 rasio kopi-air, simpan di kulkas 12–24 jam.
    • Saring halus untuk menghindari ampas.

    Kesimpulan

    Suhu air adalah faktor kunci dalam menyeduh kopi. Meski air mendidih (100°C) tidak membuat kopi benar-benar gosong, kopi dengan kualitas yang bagus, kepadatan biji yang rapat, suhu tersebut tidak berisiko merusak keseimbangan rasa. Sementara itu, cold brew membuktikan bahwa kopi bisa dinikmati dengan suhu dingin, menghasilkan profil rasa unik yang segar. Pilihlah metode dan suhu sesuai selera—apakah Anda menginginkan kekuatan kopi panas atau kelembutan cold brew.


    Referensi:

    1. Specialty Coffee Association (SCA). (2016). Water for Brewing.
    2. Rao, S. (2014). The Coffee Roaster’s Companion.
    3. Fuller, M., & Rao, N. Z. (2017). The Effect of Time, Grinding, and Brewing on Cold Brew Coffee. Universitas Thomas Jefferson.
    4. National Coffee Association (NCA). Cold Brew Coffee Guide.
    5. Coffee Chemistry. (2020). Extraction and Temperature.
  • Jurus Lomba Kopi, Seduh Dengan Dua Kombinasi Suhu

    Dua Suhu untuk Satu Seduhan: Metode Brewing Kopi yang Digunakan Barista Kompetisi

    Dalam dunia specialty coffee, teknik penyeduhan kopi terus berkembang untuk mengekstrak rasa lebih complex, layering, minim bitterness dari biji kopi. Salah satu metode yang semakin populer dan sering digunakan di kalangan barista saat kompetisi, adalah menggunakan dua suhu berbeda dalam satu seduhan. Teknik ini menggabungkan suhu rendah di awal untuk soaking (membasahi kopi) dan suhu tinggi di tahap berikutnya untuk ekstraksi optimal.

    Mengapa Menggunakan Dua Suhu?

    1. Suhu Rendah Awal untuk “Membuka Pori-Pori” Kopi

    Suhu air yang lebih rendah (sekitar 60-70C) pada tahap awal membantu membuka pori-pori bubuk kopi, melepas co2, mengurangi bitterness dan menjaga volatile aromatic compound tidak lepas secara masif.

    2. Suhu Tinggi untuk Ekstraksi Optimal

    Setelah tahap soaking, kita akan masuk ke real extraction yang mana suhu dinaikkan (90–96°C) untuk:

    • Meningkatkan ekstraksi senyawa kompleks seperti gula, asam, dan mouthfeel yang lebih penuh.
    • Menyeimbangkan rasa dengan mengurangi risiko under-extraction di tahap akhir.

    Dukungan dari Penelitian

    1. Pengaruh Suhu terhadap Ekstraksi

    Studi oleh Sunghee Lee et al. (2020) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa:

    Suhu yang lebih rendah di awal penyeduhan dapat mengurangi ekstraksi senyawa pahit seperti kafein dan trigonelline, sementara suhu tinggi berikutnya membantu mengekstrak lebih banyak senyawa manis dan asam.

    2. Efek pada Aroma

    Penelitian Jonathan Gagne dalam The Physics of Filter Coffee menjelaskan bahwa:

    Senyawa aromatik lebih stabil pada suhu rendah, sehingga penggunaan air yang tidak terlalu panas di awal dapat mempertahankan kompleksitas aroma.

    3. Optimasi Rasa di Kompetisi Barista

    Barista seperti James Hoffmann dan Matt Perger telah bereksperimen dengan teknik ini dalam kompetisi. Mereka menemukan bahwa:

    • Kontrol ekstraksi lebih baik, mengurangi risiko over ekstrak.
    • Rasa lebih bersih dengan bitterness yang lebih terkendali.

    Cara Menerapkan Teknik Dua Suhu Resep Super Simple:

    1. Giling kopi medium-fine (seperti untuk V60 atau Aeropress).
    2. Basahi kopi dengan air 60-70°C (rasio 1:2, misalnya 15g kopi dengan 30g air).
    3. Diamkan 30–45 detik untuk blooming.
    4. Lanjutkan penyeduhan dengan air 90–96°C hingga mencapai rasio akhir (1:15 atau 1:17).
    5. Aduk perlahan untuk memastikan ekstraksi merata.

    Kesimpulan

    Teknik dua suhu dalam penyeduhan kopi bukan hanya tren di kalangan barista kompetisi, tetapi juga didukung oleh sains. Dengan memanfaatkan suhu rendah di awal dan tinggi di tahap berikutnya, kita bisa mendapatkan cangkir kopi dengan aroma lebih kompleks, rasa lebih seimbang, dan aftertaste yang lebih bersih.

    Referensi:

    • Lee, S. et al. (2020). Impact of Water Temperature on Coffee Extraction. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
    • Gagne, J. (2021). The Physics of Filter Coffee.
    • World Brewers Cup Championship Techniques (2021-2023).
  • Perhatikan Beda Dose Beda Rasa?

    Beda Dose, Beda Rasa: Pengaruh Besaran Dosis Kopi terhadap Ekstraksi

    Salah satu prinsip utama dalam menyeduh kopi spesialti adalah konsistensi. Namun, meskipun kita menggunakan grind size, suhu air, brew ratio, dan pola penyeduhan yang sama, perubahan dosis kopi dapat menghasilkan cangkir yang sangat berbeda. Misalnya, ketika menyeduh dengan V60 01 menggunakan 10 gram kopi versus 15 gram, meskipun semua variabel lain dipertahankan, rasa kopi akan berubah—biasanya menjadi lebih pekat dan kompleks. Mengapa hal ini terjadi? Mari kita telusuri faktor-faktor yang memengaruhi ekstraksi ketika dosis kopi berubah.

    1. Perubahan Total Brew Time dan Water Travel

    Ketika dosis kopi ditambah (misalnya dari 10g ke 15g), tumpukan bubuk kopi menjadi lebih tinggi. Air harus melewati lapisan kopi yang lebih tebal, sehingga water travel time (waktu perjalanan air) menjadi lebih lama. Hal ini memperpanjang contact time antara air dan kopi, yang berdampak pada:

    • Ekstraksi yang lebih tinggi: Senyawa rasa (baik yang diinginkan maupun tidak) akan terekstrak lebih banyak.
    • Rasa yang lebih intens: Kopi akan terasa lebih pekat, terkadang dengan peningkatan bitterness atau body yang lebih berat.

    Sebaliknya, jika dosis dikurangi, air mengalir lebih cepat, menghasilkan ekstraksi yang lebih rendah dan rasa yang lebih ringan.

    2. Hukum Permeabilitas: Aliran Air dalam Bed Kopi

    Permeabilitas mengacu pada seberapa mudah air mengalir melalui coffee bed. Menurut penelitian oleh Colonna-Dashwood & Hendon (2015) dalam “The Coffee Dictionary”, semakin padat dan tinggi coffee bed, semakin rendah permeabilitasnya. Artinya:

    • Dosis lebih besar → Coffee bed lebih tebal → Aliran air lebih lambat → Ekstraksi lebih tinggi.
    • Dosis lebih kecil → Coffee bed lebih tipis → Aliran air lebih cepat → Ekstraksi lebih rendah.

    Ini menjelaskan mengapa brew time cenderung meningkat ketika dosis kopi ditambah, meskipun grind size sama.

    3. Suspensi dan Agitasi: Peran Gerakan Partikel Kopi

    Saat menyeduh, partikel kopi tersuspensi dalam air, dan agitation (gerakan) membantu ekstraksi. Namun, dengan dosis yang berbeda:

    • Dosis lebih besar: Partikel kopi lebih banyak, sehingga agitation alami (seperti saat pouring) cenderung kurang efektif karena tumpukan kopi lebih padat. Hal ini dapat menyebabkan ekstraksi tidak merata jika tidak diimbangi dengan teknik stirring atau swirling yang tepat.
    • Dosis lebih kecil: Partikel lebih mudah bergerak, sehingga ekstraksi bisa lebih merata, tetapi risiko under-extraction lebih tinggi jika brew time terlalu singkat.

    Studi oleh Rao (2018) dalam “The Coffee Brewer’s Handbook” menunjukkan bahwa agitation yang berlebihan pada dosis besar dapat menyebabkan channeling, sementara dosis kecil lebih rentan terhadap ekstraksi tidak konsisten.

    Kesimpulan: Dosis Kopi adalah Variabel Kritis

    Perubahan dosis kopi—meskipun semua parameter lain tetap—akan memengaruhi:
    Total brew time (lebih banyak kopi = waktu lebih lama)
    Tingkat ekstraksi (kontak lebih lama = ekstraksi lebih tinggi)
    Keseimbangan rasa (lebih pekat vs. lebih ringan)

    Jika ingin eksperimen dengan dosis berbeda, pertimbangkan untuk menyesuaikan grind size atau pola pouring agar ekstraksi tetap optimal.

    Referensi:

    1. Colonna-Dashwood, M., & Hendon, C. H. (2015). The Coffee Dictionary.
    2. Rao, S. (2018). The Coffee Brewer’s Handbook.
    3. Hoffmann, J. (2017). The World Atlas of Coffee.

    Dengan memahami hubungan antara dosis, waktu, dan ekstraksi, kita bisa lebih mengontrol hasil seduhan untuk cangkir kopi yang lebih konsisten dan nikmat. Selamat bereksperimen! ☕

  • Bagaimana Caranya Buat Kopimu Lebih Aromatik?

    Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik? Perkara Susah? Atau Gampang?

    Kopi yang aromatik tidak hanya bergantung pada jenis biji kopi, tetapi juga pada teknik penyeduhan, termasuk suhu air yang digunakan. Apakah kopi akan lebih aromatik jika diseduh dengan suhu lebih panas? Mari kita bahas berdasarkan penelitian.

    Pengaruh Suhu Air terhadap Aroma Kopi

    Aroma kopi berasal dari senyawa volatil (mudah menguap) yang terlepas selama penyeduhan. Suhu air memengaruhi ekstraksi senyawa-senyawa ini:

    1. Suhu Tinggi (90–96°C)
    • Ekstraksi lebih cepat dan intens, menghasilkan lebih banyak senyawa aromatik.
    • Namun, suhu terlalu tinggi (di atas 96°C) dapat menguapkan senyawa aromatik terlalu cepat dan mengekstrak senyawa pahit.
    1. Suhu Sedang (85–90°C)
    • Dianggap optimal oleh Specialty Coffee Association (SCA) untuk kebanyakan metode seduh.
    • Menghasilkan keseimbangan antara keasaman, manis, dan aroma.
    1. Suhu Rendah (di bawah 85°C)
    • Ekstraksi kurang optimal, menghasilkan kopi yang datar dan kurang aromatik.

    Studi Ilmiah tentang Suhu dan Aroma Kopi

    • Penelitian oleh Petracco (2005) dalam “Espresso Coffee: The Science of Quality” menyatakan bahwa suhu antara 90–96°C optimal untuk ekstraksi senyawa aromatik tanpa merusak rasa.
    • Studi oleh Wang & Lim (2021) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa suhu 92°C menghasilkan tingkat senyawa volatil (seperti furans dan pyrazines) yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada aroma kopi.
    • SCA (Specialty Coffee Association) merekomendasikan suhu 90–96°C untuk metode pour-over dan 93°C untuk espresso untuk hasil terbaik.

    Tips Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik

    1. Gunakan Biji Kopi Segar dan Berkualitas

    • Pilih biji kopi single origin atau specialty grade dengan catatan rasa fruity atau floral.
    • Giling biji kopi segera sebelum diseduh untuk mempertahankan aroma.

    2. Gilingan yang Tepat

    • Untuk metode seduh seperti V60 atau Chemex, gunakan gilingan medium sampai medium fine.
    • Untuk French Press, gunakan gilingan kasar agar ekstraksi lebih bersih.

    3. Optimalkan Suhu Air

    • Gunakan termometer untuk memastikan suhu air 90–93°C.
    • Jika tidak ada termometer, diamkan air mendidih selama 30 detik sebelum menyeduh.

    4. Rasio Air dan Kopi yang Tepat

    • Gunakan rasio 1:15–1:17 (kopi:air) untuk metode manual brew.
    • Contoh: 15g kopi untuk 250ml air.

    5. Teknik Penyeduhan yang Konsisten

    • Bloom (Pre-infusion): Tuang air secukupnya (2x -3x berat kopi) dan biarkan 30 detik – 1 menit untuk melepaskan CO₂ dan memaksimalkan ekstraksi.
    • Pouring Bertahap: Tuang air secara perlahan dan merata untuk ekstraksi optimal.

    6. Gunakan Alat Seduh yang Tepat

    • Cone Dripper : Cocok untuk kopi dengan keasaman dan aroma tinggi.
    • Aeropress: Menghasilkan ekstraksi bersih dan aromatik.
    • Espresso Machine: Tekanan tinggi membantu ekstraksi senyawa aromatik lebih intens.

    Kesimpulan

    Kopi memang lebih aromatik jika diseduh dengan suhu yang lebih panas (90–96°C), tetapi tidak boleh terlalu panas agar tidak menghilangkan senyawa volatil penting. Dengan memilih biji berkualitas, menggiling segar, dan mengontrol suhu serta teknik penyeduhan, Anda bisa menikmati secangkir kopi dengan aroma yang jauh lebih kaya.

    Referensi

    1. Petracco, M. (2005). Espresso Coffee: The Science of Quality.
    2. Wang, X., & Lim, L. (2021). Impact of Brewing Temperature on Coffee Volatile Compounds. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
    3. Specialty Coffee Association (SCA). Water for Brewing Standards.

    Dengan menerapkan tips di atas, Anda bisa meningkatkan kualitas seduhan kopi dan menikmati aroma yang lebih memukau. Selamat mencoba! ☕

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop