Category: Tips dan Trik

  • Kita Bisa Membuat Kopi Lebih Manis – Manipulasi Blooming Time

    Blooming Kopi: Pengaruh Waktu terhadap Rasa dan Peran Pelepasan CO₂

    1. Apa Itu Blooming pada Kopi?

    Blooming adalah proses membasahi bubuk kopi dengan sedikit air panas sebelum menyeduh sepenuhnya, blooming lazim dilakukan pada seduhan pourover, immersion dan bisa juga untuk espresso brew. Tujuannya adalah melepaskan CO₂ yang terperangkap—hasil sampingan dari proses roasting. Jika blooming tidak dilakukan, CO₂ dapat menghalangi kontak air dengan kopi, menyebabkan ekstraksi tidak merata dan rasa yang kurang optimal.

    2. Perbedaan Sensori: Blooming 30 Detik vs. 1 Menit

    Eksperimen Anda sejalan dengan temuan umum:

    • BLOOMING 30 DETIK
    • Body lebih ringan, acidity lebih terasa (CO₂ yang tersisa menghambat ekstraksi).
    • Intensitas rasa lebih rendah (air kurang optimal melarutkan senyawa kopi).
    • BLOOMING 1 MENIT
    • Body lebih bulat (rounder), acidity lebih halus, manis lebih terasa (lebih banyak CO₂ terlepas, ekstraksi lebih baik).
    • Intensitas rasa meningkat (waktu lebih lama memungkinkan pelarutan senyawa yang lebih baik).

    Hal ini didukung oleh Rao (2018), yang menyatakan bahwa blooming lebih lama (45–60 detik) meningkatkan konsistensi ekstraksi, terutama pada kopi yang baru dipanggang (roasted).

    3. Mengapa Pelepasan CO₂ Penting?

    • CO₂ yang Terperangkap = Ekstraksi Buruk:
      CO₂ menolak air, menyebabkan channeling (aliran air tidak merata). Penelitian (Spiro et al., 1990) menunjukkan gelembung CO₂ dapat menyumbat pori-pori bubuk kopi, mengurangi ekstraksi.
    • Dampak Negatif pada Rasa:
      Degassing tidak sempurna menyebabkan rasa sepat (astringency) atau kopi terasa “kosong”. Studi di Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016) menemukan bahwa CO₂ berlebih menghambat air dalam melarutkan gula dan asam, menghasilkan rasa yang kurang berkembang.

    4. Waktu Blooming Terbaik?

    • Kopi fresh (≤7 14hari setelah roasting): 45–60 detik (kandungan CO₂ masih tinggi).
    • Kopi lebih tua (> 8 minggu): 30 – 40 detik mungkin cukup (CO₂ sudah banyak berkurang).

    5. Tips Praktis

    • Aduk atau swirl saat blooming: Membantu semua bubuk kopi terbasahi secara merata, mempercepat pelepasan CO₂ (Barista Hustle, 2020).
    • Suhu air: Air lebih panas (92–96°C) mempercepat pelepasan CO₂

    Kesimpulan

    Eksperimen Anda membuktikan bahwa blooming lebih lama (1 menit) menghasilkan rasa yang lebih seimbang: body lebih bulat, acidity lebih halus, dan manis lebih terasa. CO₂ yang terperangkap memang dapat merusak ekstraksi, sehingga waktu blooming yang cukup sangat penting.


    Referensi

    • Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.
    • Spiro, M., et al. (1990). Journal of the Science of Food and Agriculture.
    • Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016). “Pelepasan CO₂ dalam Penyeduhan Kopi.”
  • Guide Cara Seduh Specialty Coffee Aeropress

    Panduan Lengkap Menggunakan AeroPress: Teknik Seduh yang Fleksibel

    AeroPress adalah alat seduh kopi super fleksibel dalam hal explorasi, kita bisa gunakan bubuk kopi dalam grindsizing apa aja. Alat ini sering juga dilombakan karena kesederhanaan, portabilitas, dan fleksibilitasnya. Meskipun prinsip dasarnya hampir mirip dengan french Press (metode immersi), AeroPress memungkinkan kita mengontrol lebih banyak variabel untuk mendapatkan hasil seduhan yang lebih playable.

    Prinsip Dasar AeroPress

    AeroPress bekerja dengan menggabungkan metode immersi (perendaman) dan pressure (tekanan), sehingga jika kita menggunakan kopi bubuk halus, seduhan kopi tetap dapat passing through dikarekanan pressure. Kita bisa memainkan tiga faktor utama:

    1. Grind Size (Ukuran Gilingan) – Semakin halus gilingan, semakin cepat waktu ekstraksi yang diperlikan.
    2. Brewing Time (Waktu Seduh) – Semakin kasar gilingan, semakin lama waktu yang dibutuhkan, jika ukuran medium total brew time disarankan lebih dari 3 menit, jika ukurannya fine total brew time tidak disarankan lebih dari 2 menit.
    3. Dilution (Pengenceran) – Bisa disesuaikan untuk mendapatkan kopi yang lebih balance, pengenceran ini berguna jika kita menyeduh dengan ratio pendek. Kepekatan kopi dapat dengan mudah kita adjust.

    Dengan kombinasi ketiga faktor ini, kita bisa menghasilkan berbagai profil rasa, dari yang ringan dan beraroma hingga kuat dan pekat.

    Aeropress kita dapat gunakan grindsize sampai dengan settingan yang sangat halus seperti gambar dibawah:


    Metode Seduh AeroPress yang Populer

    1. Metode Standar (Original AeroPress Recipe)

    • Grind Size: Medium
    • Air: 200ml (suhu 85-90°C)
    • Waktu Seduh: 3 menit
    • Teknik:
    1. Masukkan kopi (15-17g) ke dalam AeroPress.
    2. Tuang air, aduk sebentar.
    3. Pasang filter, tekan perlahan.
    4. Bisa diencerkan dengan air panas jika terlalu pekat.

    2. Metode Inverted (Terbalik)

    Metode ini mengurangi risiko kopi tumpah sebelum diseduh.

    • Grind Size: Medium- medium fine
    • Air: 200ml (suhu 90°C)
    • Waktu Seduh: 3 menit
    • Teknik:
    1. Pasang AeroPress dalam posisi terbalik (plunger di bawah).
    2. Masukkan kopi (15g), tuang air, aduk.
    3. Pasang filter cap, balikkan di atas cangkir, lalu tekan.

    3. Metode James Hoffmann (Kontrol Ekstraksi Tinggi)

    Dikembangkan oleh juara dunia kopi, James Hoffmann, metode ini fokus pada ekstraksi yang merata.

    • Grind Size: Medium fine (sedikit lebih kasar dari espresso)
    • Air: 200ml (suhu 93°C)
    • Waktu Seduh: 2 menit + 30 detik setelah pengadukan
    • Teknik:
    1. Masukkan kopi (11-12g), tuang air hingga penuh.
    2. Aduk selama 10 detik, diamkan hingga 2 menit.
    3. Aduk ringan lagi, diamkan 30 detik.
    4. Tekan perlahan selama 20-30 detik.

    Tips & Trik Mengoptimalkan AeroPress

    1. Eksperimen dengan Rasio Air & Kopi
    • Rasio standar: 1:15 (1g kopi : 15ml air).
    • Untuk kopi lebih kuat: 1:12 , untuk lebih ringan: 1:17.
    1. Gunakan Air dengan Suhu Tepat
    • Light roast: 90-96°C (ekstraksi lebih tinggi).
    • Dark roast: 85-90°C (hindari rasa pahit berlebihan).
    1. Mainkan Waktu Seduh
    • Gilingan halus → waktu lebih singkat (1-1,5 menit).
    • Gilingan kasar → waktu lebih lama (3-4 menit).
    1. Coba Teknik Stirring (Pengadukan)
    • Aduk 10-15 detik untuk ekstraksi lebih merata.
    1. Gunakan double filter untuk extra clarity
    • Filter kertas: rasa lebih bersih.
    • Filter logam: body lebih berat, seperti French Press.

    Kesimpulan

    AeroPress adalah alat yang sangat serbaguna, memungkinkan kita bereksperimen dengan berbagai teknik seduh. Dengan mengontrol grind size, waktu seduh, dan pengenceran, kita bisa menyesuaikan rasa sesuai preferensi. Cobalah berbagai metode di atas dan temukan profil rasa favorit Anda!

    Referensi:

  • Kenapa Harus HARIO SWITCH? Cara Menggunakanya?

    Hario Switch: Alat Seduh Kopi Serbaguna untuk Eksplorasi Rasa

    Brewers wajib punya alat satu ini, buat yang gemar bereksperimen dengan berbagai metode seduh, Hario Switch adalah salah satu alat paling menarik di pasaran. Dengan desain hybrid-nya, alat ini menggabungkan kelebihan metode imersi (rendaman) dan perkolasi (alir), memungkinkan Anda mengekstrak kopi dengan cara yang lebih fleksibel.

    Artikel ini akan membahas:
    Apa itu Hario Switch dan keunggulannya
    Kapan menggunakan imersi vs. perkolasi
    Tips penyeduhan optimal berdasarkan sains dan pengalaman barista
    Perbandingan dengan alat seduh lainnya


    1. Mengenal Hario Switch: V60 dengan Fitur On/ Off

    Hario Switch adalah varian dari dripper V60 klasik, tetapi dilengkapi dengan katup kontrol di bagian bawah yang memungkinkan Anda mengatur kapan air mengalir. Ini berarti Anda bisa:

    • Mode Imersi: Tutup katup, biarkan kopi terendam air sepenuhnya/ fully immerse (seperti French Press/Aeropress).
    • Mode Percolasi: Buka katup, biarkan air mengalir melalui bubuk kopi (seperti V60 biasa).
    • Kombinasi Hybrid: Gabungkan keduanya untuk ekstraksi yang lebih kompleks.

    Keunggulan Hario Switch:
    Kontrol ekstraksi lebih presisi – Kurangi risiko under/over-extraction.
    Fleksibilitas metode – Bisa dipakai untuk kopi single-origin, tipe seduhan tubruk saring atau even cold brew.
    Mudah digunakan & dibersihkan – Desain simpel sekarang ada dengan berbagai material kaca, plastik dan ceramic tahan panas.


    2. Kapan Harus Pakai Imersi vs. Perkolasi?

    Berdasarkan riset dan pengalaman barista, berikut rekomendasinya:

    A. Metode Imersi (Rendaman) – Untuk Ekstraksi Lebih Merata

    Kapan metode imersi digunakan?
    Pada Awal step penyeduhan – Saya menyarankan bisa melakukan imersi pada awal proses saja,ini membantu bubuk kopi terbasahi sempurna dan melepaskan CO₂ (degassing).
    Kopi dark/medium roast – Full imersi tanpa perkolasi dapat digunakan untuk kopi profil dark/medium, dimana mengurangi resiko over ekstrak.
    Grind size lebih kasar – Lakukan proses imersi dengan waktu lebih lama jika grindsize yang kalian pilih lebih kasar, pemilihan lebih kasar cocok untuk kalian yang hasil seduhan sering over-extraction.

    Studi dari Barista Hustle menunjukkan bahwa:

    “Imersi memungkinkan ekstraksi yang lebih konsisten karena semua partikel kopi terkena air secara merata.”

    B. Metode Perkolasi (Alir) – Untuk Push Ekstraksi.

    Kapan digunakan?
    Dapat dilakukan setelah imersi – Saya menyarankan dengan cylce 1/3 part immersi dan 2/3 part perkolasi untuk hasil ekstraksi lebih optimal.
    Kopi light roast – semakin light semakin harus push ekstraksi untuk menonjolkan karakter fruity/floral.
    Grind size medium-fine – Seperti setting V60 biasa.

    Menurut Scott Rao (ahli teknik seduh kopi):

    “Perkolasi menghasilkan ekstraksi lebih cepat karena air selalu ‘baru’ yang mengalir melalui kopi.”


    3. Teknik Hybrid: Cara Terbaik Memanfaatkan Hario Switch

    Contoh pemanfaatan metode : “Hybrid Immersion-Percolation”, yang menggabungkan kelebihan kedua metode:

    Contoh Resep:

    • 15g kopi (grind size medium)
    • Air 92-94°C
    1. Tahap Imersi (1:30 menit):
    • Tutup katup, tuang 60ml air, aduk perlahan.
    • Biarkan kopi terdegassing dan terendam penuh.
    1. Tahap Percolasi :
    • Buka katup, tuang air sampai 150 ml air secara melingkar, tunggu dry bed
    • lanjut tuang air sampai 230 ml air secara melingkar tunggu dry bed
    • Total waktu seduh: ~2:30 menit – 3:30 menit.

    Hasilnya?

    • Body lebih penuh dari imersi + kompleksitas dapat dan aftertaste lebih bersih dari perkolasi.

    4. Perbandingan dengan Alat Seduh Lain

    AlatKelebihanKekurangan
    Hario SwitchBisa imersi & perkolasi, fleksibelButuh latihan untuk timing
    V60Rasa cerah, clarity tinggiRentan channeling
    AeropressPraktis, cocok untuk travelKapasitas kecil, susah konsisten
    French PressBody berat, ekstraksi penuhSedimen kopi lebih banyak, minim clarity

    5. Kesimpulan: Kenapa Harus Punya Hario Switch?

    • Untuk Pemula: Memudahkan belajar ekstraksi tanpa takut gagal.
    • Untuk Advanced Brewer: Bisa bereksperimen dengan berbagai teknik.
    • Untuk Pecinta Kopi Rumahan: Hemat tempat (ganti French Press + V60).

    “Hario Switch bukan sekadar alat seduh, tapi pintu gerbang eksplorasi rasa kopi tanpa batas.”

    🔥 Tips Terakhir:

    • Coba variasikan rasio air, grind size, dan waktu imersi untuk temukan profil rasa favorit Anda!

    📚 Referensi:

  • All About Grindsize Kaitanya Dengan Parameter Lainya, Total Brew Time, Brew Ratio dan Tipe Alat Seduh

    Hubungan Grind Size dengan Parameter Ekstraksi Kopi
    Grind size (ukuran gilingan) merupakan faktor kritis dalam ekstraksi kopi, memengaruhi rasa, keseimbangan, dan kualitas seduhan. Berikut penjelasan lengkapnya:


    1. Grind Size vs. Tipe Alat Ekstraksi

    Setiap metode penyeduhan memerlukan ukuran gilingan spesifik untuk mengoptimalkan ekstraksi, cara pola pikirnya adalah semakin cepat ekstraksi yang akan kita lakukan semakin halus grindsizenya , vice versa:

    • Espresso: Setting size halus,kata kuncinya Halus=Cepat, size halus dibutuhkan untuk mendapatkan rasa kopi yang optimal di mesin espresso dan ekstraksi terjadi sangat cepat (20–30 detik) di bawah tekanan tinggi.
    • Pour-Over/Drip (V60, Switch, Flatbottom): Setting size medium (seperti gula pasir), Tipe seduhan yang hanya mengandalkan flow air turun dari atas kebawah, agar air mengalir perlahan, ekstraksi seimbang (2–4 menit), some cases sampai 5-6 menit masih enak.
    • French Press(full imersion): Setting size slightly lebih kasar dibandingkan Pourover untuk menghindari sedimen/fines dan over-ekstraksi , rata-rata total brew time immersion berkisar selama 4-6 menit.
    • AeroPress: Alat yang Super Fleksibel, dari halus ke kasar, tergantung waktu dan teknik (1–5 menit).
    • Cold Brew: Gilingan sama dengan frenchpress untuk ekstraksi lambat (12–24 jam).

    2. Grind Size vs. Roast Profile

    • Dark Roast: Semakin lama proses roasting kopi semakin mudah terekstrak. Lebih rapuh dan porous, mudah terekstrak. Gunakan gilingan sedikit lebih kasar untuk menghindari rasa terlalu pahit.
    • Light Roast: Lebih padat, memerlukan gilingan lebih halus atau waktu seduh lebih panjang untuk mengekstrak sweetness, acidity, body dan kompleksitas.

    3. Grind Size vs. Brew Ratio

    • Gilingan Halus: Ekstraksi lebih efisien, memungkinkan rasio air lebih tinggi (1:17–1:18) tanpa rasa encer. Contoh: Pour-over dengan rasio 1:17 untuk meningkatkan clarity.
    • Gilingan Kasar: Rasio lebih rendah (1:15–1:16) untuk menjaga kekuatan rasa, terutama ratio ini baik digunakan pada metode immersion (French Press).

    4. Grind Size vs. Total Brew Time

    • Gilingan Halus: Semakin halus semakin banyak surface area yang dapat kita ekstrak. Impactnya juga akan memperlambat aliran air, meningkatkan waktu kontak. Pada metode pour-over, haluskan gilingan untuk memperpanjang waktu ekstraksi, tetapi awasi agar tidak over-ekstrak.
    • Gilingan Kasar: Cocok untuk metode dengan waktu kontak lama (French Press) atau aliran cepat (Cold Brew).

    Tips Penyesuaian

    1. Mulai dari Rekomendasi: Gunakan panduan grind size sesuai alat, lalu sesuaikan berdasarkan rasa.
    • Contoh: Jika espresso terasa pahit, giling lebih kasar atau kurangi waktu ekstraksi.
    1. Eksperimen dengan Rasio: Untuk gilingan halus, coba rasio 1:17–1:18; untuk gilingan kasar, 1:15–1:16.
    2. Kontrol Waktu: Pada pour-over, jika seduhan terlalu lama (>4 menit) dan rasa pahit, giling lebih kasar.

    Sumber Rekomendasi

    • Counter Culture Coffee: Menekankan keseimbangan grind size, rasio, dan waktu untuk ekstraksi optimal.
    • James Hoffmann (YouTube): Teknik penyesuaian grind size berdasarkan metode dan preferensi rasa.
    • Scott Rao (Buku “The Coffee Brewer’s Handbook”): Prinsip konsistensi gilingan dan kontrol ekstraksi.

    Dengan memahami interaksi grind size, alat, roast profile, rasio, dan waktu, Anda bisa menciptakan cangkir kopi yang seimbang sesuai selera. Selalu uji coba dan catat perubahan untuk menemukan kombinasi terbaik! ☕

  • Magic Water Untuk Rasa Kopi yang Ajaib

    Air untuk Kopi: Mengapa Tidak Semua Air Itu Sama?

    Air adalah komponen terpenting dalam menyeduh kopi, karena lebih dari 98% secangkir kopi terdiri dari air. Namun, tidak semua air cocok untuk menyeduh kopi yang baik. Kualitas air memengaruhi ekstraksi, rasa, aroma, dan tekstur kopi. Melalui artikel ini saya akan membahas bagaimana karakteristik air (seperti hardness, kandungan mineral, dan pH) memengaruhi hasil seduhan, serta rekomendasi air terbaik untuk kopi berdasarkan berbagai sumber, termasuk Apax Coffee Lab.


    1. Kandungan Mineral dan Hardness Air

    Air dengan kandungan mineral tinggi (high TDS/Total Dissolved Solids) dan hardness (kekerasan) yang tinggi dapat mudah menyebabkan over-ekstraksi. Hal ini terjadi karena mineral seperti kalsium dan magnesium mempercepat ekstraksi senyawa kopi, termasuk senyawa pahit dan astringen.

    Menurut Scott Rao :

    “Air dengan hardness tinggi dapat membuat kopi terasa lebih pahit dan kering (dryness), terutama jika teknik penyeduhan tidak tepat.”

    Sementara itu, Apax Coffee Lab menjelaskan:

    “Semakin tinggi hardness dan kandungan mineral, semakin mudah terjadi over-ekstraksi. Jika air memiliki pH tinggi dan mineral berlebih, seduhan yang salah bisa menghasilkan dryness dan excessive bitterness.”

    Dampak Air High Mineral pada Kopi:

    • Over-ekstraksi → Rasa pahit berlebihan, dryness, less complex.
    • Dryness (kekeringan di lidah) → Sensasi astringen seperti teh sepet yang terlalu kuat dan tenggorokan kering.
    • Menyamarkan nuance rasa → Rasa buah atau floral samar, kopi cenderung undertone/ rasa tidak jelas.

    2. Air Low Mineral: Clarity Tinggi, Tapi Tekstur Ringan

    Air dengan mineral rendah (low TDS, 0-50 ppm) cenderung menghasilkan:
    Clarity (kejernihan rasa) → Nuansa asam, buah, dan floral lebih terasa
    Tekstur sangat ringan → Body kopi kurang terasa, very light tekstur terkadang short lenght aftertaste.

    Kami di Roastery nyaman menggunakan air low mineral untuk cupping atau Quality Control (QC) di roastery karena konsistensinya. Seperti yang sering ditanyakan customer saya, pakai air apa?

    “Di Panna Roastery, saya selalu menyeduh menggunakan low mineral. Untuk QC di roastery, saya menggunakan air demineral dengan sistim filtrasi RO reverse osmosis yang rata-rata air 0-2 ppm mineral ,supaya kualitas airnya selalu konsisten.”

    Alasannya?

    • Air dengan mineral sangat rendah (hampir seperti air destilasi) memastikan tidak ada pengaruh mineral terhadap ekstraksi, sehingga cacat atau kelebihan roast bisa terdeteksi lebih jelas.

    Namun, untuk penyajian sehari-hari, air dengan mineral seimbang (50-150 ppm) lebih direkomendasikan agar mendapatkan keseimbangan antara clarity dan body.


    3. Rekomendasi Komposisi Air Ideal untuk Kopi

    Berdasarkan Specialty Coffee Association (SCA), standar air terbaik untuk kopi adalah:

    • TDS: 75–150 ppm
    • Hardness (kalsium/magnesium): 50–100 ppm
    • pH: 6.5–7.5 (netral)
    • Alkalinitas: 40–70 ppm

    Sumber Air Terbaik untuk Kopi:

    1. Air Reverse Osmosis (RO) + Remineralisasi
    • Air RO disaring hingga hampir murni, lalu ditambahkan mineral seperti magnesium atau kalsium dalam jumlah terkontrol.
    • Contoh: Apax Coffee Lab,Third Wave Water, Aquacode.
    1. Contioh Sample Air Kemasan dengan Mineral
    • VIT , Aqua (TDS ~60-90 ppm) → Masih cocok digunakan untuk filter
    • Le Minerale (TDS ~130 ppm) → Sedikit lebih berat, baik untuk espresso.
    • Sebagai tambah catatan air kemasa bermineral memiliki kandungan mineral yang tidak stabil dari batch ke batch sehingga harus rajin cek menggunakan TDS meter.
    1. Air RO atau distilasi untuk QC di Roastery
    • Digunakan untuk mengevaluasi roast profile tanpa gangguan mineral.

    4. Kesimpulan: Pilih Air Sesuai Kebutuhan

    • Untuk Clarity & Nuansa Rasa: Gunakan air low mineral (0-50 ppm).
    • Untuk Balance & Body: Air dengan TDS 50-100 ppm lebih ideal.
    • Untuk QC & Evaluasi Roast: Air 0-2 ppm (destilasi/RO murni).

    Jika kopi terasa terlalu pahit atau kering, cek hardness air Anda. Sebaliknya, jika kopi terasa datar, mungkin air terlalu rendah mineralnya.

    Dengan memahami peran air dalam ekstraksi, kita bisa lebih menghargai betapa pentingnya memilih air yang tepat untuk secangkir kopi yang sempurna.

    Referensi:

    • Scott Rao, Demystifying Water for Coffee
    • Apax Coffee Lab
    • SCA Water Quality Handbook
  • Punya Cone? Punya Flat Bottom? Bagaimana Cara Optimalisasinya?

    Flat vs. Cone Basket: Bentuk Keranjang Sama Pentingnya dengan Ukuran Gilingan dalam Kopi Seduh

    Saat menyeduh kopi dengan metode drip, pemilihan keranjang (basket)—baik yang berbentuk flat bottom maupun cone—memiliki pengaruh signifikan terhadap ekstraksi dan waktu drawdown. Menurut salah satu artikel oleh SCA (Specialty Coffee Association), perbedaan bentuk keranjang ini memengaruhi aliran air, ekstraksi, dan bahkan strategi penyajian.

    Perbedaan Dasar: Cone vs. Flat Bottom

    1. Cone Basket
    • Drawdown lebih cepat karena bentuk kerucut yang memusatkan aliran air.
    • Rentan terhadap channeling jika gilingan tidak konsisten.
    • Cocok untuk teknik pulse pour yang lebih intens karena air mengalir lebih efisien.
    1. Flat Bottom Basket
    • Drawdown lebih lambat karena distribusi air yang merata di dasar datar.
    • Memberikan ekstraksi lebih stabil dan mengurangi risiko channeling.
    • Membutuhkan penyesuaian teknik penyeduhan, seperti mengurangi frekuensi pulse pour dibandingkan cone.

    Tips Penyesuaian untuk Flat Bottom

    • Grind Size: Karena drawdown lebih lambat, mungkin perlu menggiling sedikit lebih kasar (tergantung resep) untuk menghindari over-extraction.
    • Pulse Pour: Kurangi frekuensi banyaknya pouring dibandingkan dengan cone , maintain air jangan terlalu penuh agar tidak membanjiri bed kopi. Aliran tuang air yang lebih lambat membantu kontrol yang lebih presisi.
    • Agitasi: Pengadukan (swirl) bisa membantu distribusi ekstraksi, terutama jika menggunakan flat bottom.
    • Sebagai catatan sekarang ada banyak opsi flat bottom yang menawarkan fast flow seperti B75 dari Timemore.

    Kesimpulan

    Bentuk keranjang bukan sekadar preferensi visual—ia memengaruhi dinamika penyeduhan. Eksperimen dengan grind size, teknik pouring, dan rasio air-kopi akan membantu mencapai ekstraksi optimal, baik menggunakan cone yang cepat atau flat bottom yang lebih stabil.

  • All About Degassing dan Preinfusion

    Degassing, Pre-Infusion/ Blooming: Optimalisasi Pelepasan CO₂ untuk Ekstraksi Kopi yang Lebih Baik

    Mengapa CO₂ Harus Dilepaskan?

    Ketika biji kopi baru disangrai(roasted) banyak co2 trap di dalam biji kopi yang mana kita melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO₂) dalam proses yang disebut degassing. Gas ini terperangkap dalam struktur sel kopi dan perlahan keluar seiring waktu (resting time). Jika kopi digiling dan diseduh terlalu cepat setelah roasting, CO₂ yang masih tersisa akan menghambat ekstraksi dengan cara:

    1. Menghalangi Kontak Air dengan Kopi – Gas CO₂ yang keluar saat penyeduhan menciptakan lapisan udara di sekitar partikel kopi, mencegah air mengekstrak senyawa rasa secara optimal, hal ini juga sangat terlihat ketika menyeduh espresso dengan kopi yang sangat fresh. Flow rate air yang turun dari spout portafilter tidak lancar, sedikit terhambat.
    2. Meningkatkan Rasa Pahit (Bitterness) Channeling – Ekstraksi yang tidak merata akibat CO₂ dapat menyebabkan over-ekstraksi di beberapa area dan under-ekstraksi di area lain, menghasilkan ketidakseimbangan rasa dengan bitterness yang lebih dominan.
    3. Mengurangi Clarity dan Sweetness – CO₂ yang berlebihan membuat ekstraksi tidak konsisten, sehingga rasa kopi menjadi kurang jernih dan kurang manis alami.

    Oleh karena itu, resting time (degassing period) dan teknik pre-infusion/blooming sangat penting untuk memastikan pelepasan CO₂ sebelum ekstraksi penuh dimulai.


    Peran Pre-Infusion dalam Degassing

    Pre-infusion adalah tahap awal penyeduhan di mana sejumlah kecil air ditambahkan untuk membasahi kopi secara merata sebelum ekstraksi utama. Tahap ini sering disebut juga blooming, terutama dalam metode pour-over.

    Bagaimana Pre-Infusion Mengoptimalkan Degassing?

    1. Membasahi Seluruh Bubuk Kopi Secara Merata
    • Jika air tidak menyentuh semua bagian kopi, CO₂ akan keluar tidak merata, menyebabkan ekstraksi tidak konsisten.
    • Rule of thumb: Gunakan air 2-3x berat kopi (misal: 15g kopi → 30-45g air blooming) dan pastikan seluruh permukaan terbasahi.
    1. Durasi Pre-Infusion yang Optimal
    • 30 detik – 1 menit adalah rentang waktu umum untuk blooming.
    • Semakin lama pre-infusion, semakin banyak CO₂ yang keluar, tetapi juga meningkatkan total contact time antara kopi dan air, yang mana nanti juga membantu meningkatkan sweetness.
    • Jika terlalu lama, risiko over-ekstraksi meningkat, terutama untuk kopi yang sudah cukup lama degassing.

    Kesimpulan: Degassing + Pre-Infusion = Ekstraksi Lebih Optimal

    • Resting time (degassing) memastikan CO₂ berkurang sebelum penyeduhan.
    • Pre-infusion/blooming membantu pelepasan CO₂ sisa secara terkontrol, memastikan ekstraksi lebih merata.
    • Durasi dan rasio air blooming memengaruhi kecepatan degassing dan keseimbangan rasa. Harus kalian ingat kembali bahwa pre infusion bukanlah ekstraksi utama , sehingga dapat mudah dipahami jika kita menuangkan terlalu banyak air diawal hasil kopi akan terasa weak dan lack of sweetness karena ratio antara ekstraksi awal dan ekstraksi utama tidak seimbang.

    Dengan mengoptimalkan kedua faktor ini, kita bisa mendapatkan cangkir kopi dengan clarity lebih baik, sweetness lebih terasa, dan bitterness yang terkendali.

    Tips Praktis:

    • Untuk kopi fresh roast (14-20 hari), gunakan pre-infusion lebih lama (45-60 detik).
    • Gunakan air untuk preinfusion minimal 2x berat kopi sampai dengan 3x berat kopi untuk hasil lebih optimal dan seluruh kopi terbasahi secara sempurna.
    • Untuk kopi yang sudah lebih dari 4 minggu, pre-infusion bisa lebih singkat (30-45 detik).
    • Eksperimen dengan rasio air blooming (2x vs 3x) untuk menemukan keseimbangan rasa terbaik.

    Dengan memahami hubungan antara degassing, pre-infusion, dan blooming, kita bisa menyeduh kopi dengan presisi dan konsistensi yang lebih tinggi.

    BELI KOPI SESUAI KEBUTUHAN DAN JANGAN LUPA RESTING

  • Stir or Not to Stir! Peran Agitasi dalam Ekstraksi Kopi

    Kopi terdiri dari senyawa padat yang dapat larut dalam air, dan proses ekstraksinya dipengaruhi oleh berbagai parameter, termasuk suhu, waktu, ukuran grind, dan agitasi. Agitasi—gerakan yang sengaja diciptakan selama penyeduhan—berperan penting dalam meningkatkan ekstraksi dengan mempercepat pelarutan partikel kopi. Namun, penggunaan agitasi juga memiliki risiko, seperti memperlambat drawdown atau menyebabkan ekstraksi tidak merata. Lalu, kapan kita harus mengaduk dan kapan tidak?

    Apa Itu Agitasi dalam Brewing Kopi Filter?

    Agitasi adalah segala bentuk gerakan yang mendorong interaksi antara air dan bubuk kopi. Beberapa bentuk agitasi alami dan buatan meliputi:

    1. Gerakan Air dari Ketel – Tinggi-rendah dan kecepatan pouring memengaruhi turbulensi.
    2. Pengadukan Manual – Menggunakan sendok untuk mencampur kopi dan air.
    3. Swirling – Memutar brewer untuk meratakan ekstraksi.

    Teknik agitasi menjadi populer seiring dengan maraknya Nordic-style roasting ( Light roast coffee), di mana biji kopi yang lebih muda pada profil sangrai dan rasa yang ringan membutuhkan ekstraksi optimal untuk mengekstrak sweetness dan complexity.

    Efek Agitasi pada Ekstraksi

    1. Meningkatkan Ekstraksi & Rasa

    Agitasi membantu:

    • Mengurangi channeling (aliran air yang tidak merata).
    • Saturasi air yang sangat cepat, yang mana teknik ini dibutuhkan membasahi bubuk kopi dengan rata supaya proses degassing optimal ( tahap awal ekstraksi/ pre infusion)
    • Meningkatkan kontak air dan kopi, sehingga mengekstrak lebih banyak senyawa seperti gula, asam, dan aroma.
    • Memperkaya body, sweetness, dan clarity dalam secangkir kopi.

    2. Risiko Agitasi Berlebihan

    • Drawdown Lambat – Pengadukan berlebihan dapat membuat bubuk kopi memadat di dasar filter, menyumbat pori-pori kertas, dan memperpanjang waktu ekstraksi.
    • Over-Extraction – Jika terlalu banyak gerakan, partikel halus dapat terekstrak berlebihan, menghasilkan rasa pahit dan astringent.

    Bagaimana Menggunakan Agitasi dengan Bijak?

    1. Pouring Technique – Pouring spiral / gerakan memutar dan kontrol aliran air stabil menciptakan agitasi alami tanpa risiko over-stirring.
    2. Stirring Ringan (1-2 Putaran) – Cukup untuk meratakan bloom atau menggabungkan kopi dan air tanpa mengganggu aliran.
    3. Swirling vs Stirring – Swirling lebih lembut dan mengurangi risiko fines migration ke dasar filter.

    Menurut Scott Rao, ahli brewing, “Agitasi yang terkontrol dapat meningkatkan ekstraksi secara signifikan, tetapi konsistensi adalah kunci.” (Perfect Daily Grind, 2022).

    Kesimpulan: Stir or Not to Stir?

    • Stir jika: Seduhan Anda sering sekali terasa under-extracted, menggunakan roast sangat ringan, atau ingin meningkatkan sweetness dan body.
    • Jangan stir jika: Grind sudah sangat halus, drawdown cenderung lambat, atau Anda ingin menghindari risiko over-extraction.

    Eksperimen dengan tingkat agitasi berbeda akan membantu menemukan keseimbangan terbaik untuk profil rasa yang diinginkan.

    Referensi:

    • Perfect Daily Grind (2022). How Does Agitation Affect Filter Coffee Brewing?
    • Rao, S. The Coffee Brewer’s Handbook.
    • Hoffmann, J. (2017). The World Atlas of Coffee.
  • Giling Kopi Dua Kali? Lebih Bagus? Bagaimana Teorinya?

    Double grind dan Slow Feed: Solusi untuk Mengurangi Fines pada Penggilingan Kopi?

    Pendahuluan

    Salah satu tantangan dalam menggiling kopi adalah munculnya fines (partikel sangat halus) yang dapat menyebabkan masalah seperti:

    • Clogging (penyumbatan) pada penyeduhan (brew)
    • Ekstraksi tidak merata karena fines mengekstrak lebih cepat
    • Statis listrik yang membuat fines menempel pada partikel lain
    • Total brew time lebih lama karena aliran air terhambat

    Beberapa solusi yang sering dibahas adalah:

    1. Double grind / Regrinding (menggiling dua kali) dari partikel besar ke halus
    2. Slow feed (memasukan biji kopi secara perlahan ke grinder dan diputar secara perlahan)

    Apakah metode ini efektif? Mari kita bahas lebih dalam.


    1. Double Grind/ Regrinding: Efektifkah Mengurangi Fines?

    Regrinding adalah proses menggiling kopi dua kali: pertama ke ukuran kasar, lalu digiling lagi ke ukuran halus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan distribusi partikel yang lebih seragam dan mengurangi fines.

    Keuntungan Regrinding

    • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa regrinding dapat mengurangi jumlah fines karena partikel yang sudah dipecah sebelumnya memiliki struktur yang lebih konsisten saat digiling kedua kali (Barista Hustle, 2018).
    • Cocok untuk grinder berkualitas rendah yang cenderung menghasilkan banyak fines karena ketidakkonsistenan mekanisme pemotongan.
    • Mengurangi tingkat panas pada bubuk kopi, yang mana panas dapat memicu pelepasan volatile aromatic compound yang mengurangi sedikit kualitas aromatik pada seduhan.

    Kekurangan Regrinding

    • Oksidasi karena biji kopi melewati pisau dua kali, kopi terekspose dengan udara lebih lama, gesekan berulang-ulang juga berisiko memengaruhi rasa (Oxidation & thermal degradation).
    • Waktu lebih lama dan berisiko meningkatkan keausan pisau grinder.

    Kesimpulan

    Regrinding dapat membantu mengurangi fines pada grinder rendah kualitas, tetapi perlu diperhatikan risiko oksidasi dan keausan.


    2. Slow Feed: Perlukah Memberi Biji Kopi Secara Perlahan?

    Slow feed adalah teknik memasukkan biji kopi sedikit demi sedikit ke dalam grinder, bukan sekaligus. Tujuannya adalah agar setiap biji digiling secara optimal tanpa “terlalu banyak tekanan” pada mekanisme grinder.

    Keuntungan Slow Feed

    • Distribusi partikel lebih seragam karena biji tidak saling menghalangi saat dipotong (M Petracco, 2005).
    • Mengurangi panas berlebih karena grinder tidak bekerja terlalu keras sekaligus.
    • Mengurangi statis listrik karena gesekan lebih terkendali.

    Kekurangan Slow Feed

    • Proses lebih lambat dan kurang praktis untuk penggunaan sehari-hari.

    Kesimpulan

    Slow feed dapat membantu mengurangi fines, terutama pada grinder blade atau grinder rendah kualitas.


    Solusi Lain untuk Mengurangi Fines

    Selain regrinding dan slow feed, beberapa cara lain untuk mengurangi fines adalah:

    1. Menggunakan grinder berkualitas tinggi (burr grinder) dengan mekanisme pemotongan lebih presisi.
    2. RDT (Ross Droplet Technique) – menambahkan sedikit air sebelum menggiling untuk mengurangi statis.
    3. Sifting (penyaringan) dengan ayakan kopi seperti Kruve untuk memisahkan fines.

    Kesimpulan

    • Regrinding dapat membantu mengurangi fines pada grinder rendah kualitas, tetapi berisiko meningkatkan panas dan keausan.
    • Slow feed juga efektif untuk distribusi partikel lebih merata, tetapi kurang praktis.
    • Solusi terbaik adalah menggunakan grinder berkualitas tinggi dan teknik tambahan seperti RDT atau sifting.

    Referensi

    1. Barista Hustle. (2018). Particle Size Distribution in Coffee Grinding.
    2. Petracco, M. (2005). Grinding for Espresso.
    3. Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.

  • Mastering Flat Bottom Dripper dan Sejarahnya

    Sejarah Flat Bottom Dripper: Dari Inovasi Ibu Rumah Tangga Hingga Modernisasi

    Kopi seduh (pour-over) telah mengalami banyak evolusi, salah satunya berkat penemuan flat bottom dripper. Awalnya, teknik ini dimulai di Jerman pada tahun 1908 oleh Melitta Bentz, seorang ibu rumah tangga yang ingin menyeduh kopi dengan lebih mudah dan bersih. Ia menciptakan filter kertas berbentuk trapesium yang ditempatkan dalam wadah berlubang, sehingga menghasilkan seduhan yang lebih bersih tanpa ampas.

    Filter buatan Melitta ini menjadi cikal bakal semi-immersion dripper, di mana kopi tidak sepenuhnya terendam seperti French Press, tetapi juga tidak sepenuhnya mengalir cepat seperti cone dripper. Metode ini sangat simpel, hanya membutuhkan blooming (pengembangan awal) dan satu kali tuang, sehingga cocok untuk pemula dan ibu rumah tangga.

    Perkembangan Flat Bottom Modern: Kehadiran Wave Filter

    Jika Melitta menggunakan filter datar biasa, perkembangan terbaru datang dengan wave flat bottom filter seperti Kalita Wave. Filter ini memiliki alur bergelombang yang membantu:

    • Draw down relatif lebih cepat – Air mengalir lebih merata tanpa hambatan.
    • Kontrol air lebih baik – Distribusi ekstraksi lebih konsisten dibanding cone dripper, karena air tidak langsung cepat turun melewati nozzle tapi tertahan di bagian bawah yang datar.
    • Repeatable (mudah diulang) – Cocok untuk pemula karena minim variasi.

    Karena bentuknya yang datar, flat bottom dripper memastikan extraksi lebih merata karena air menyentuh seluruh permukaan kopi secara seimbang.

    Resep Flat Bottom Dripper: 3-Step Equal Pour (Contoh Kalita Wave 155)

    Salah satu resep favorit saya untuk flat bottom adalah 3-step equal pour, yang memberikan keseimbangan antara kejelasan (clarity) dan body.

    Alat & Bahan:

    • Dripper: Kalita Wave 155
    • Kopi: 10 gram (medium grind, 700-900 mikron size)
    • Air: 150 ml (suhu 92-96°C)
    • Waktu Seduh: ~2:00 – 2:30 menit

    Langkah-langkah:

    1. Bloom (0:00 – 0:30) – Tuang 50 ml air, pastikan semua kopi basah. Biarkan CO₂ keluar.
    2. First Pour (0:30 – 1:00) – Tambah 50 ml dengan gerakan spiral.
    3. Second Pour (1:00 – 1:30) – Tuang 50 ml terakhir, pastikan air tidak menggenang.
    4. Draw Down (1:30 – 2:30) – Biarkan air turun hingga dasar.

    Total Rasio: 1:15 (10g kopi : 150ml air), sedikit tips jika rasa kopi terasa lebih pekat dapat diadjust kepekatan dengan sistim bypass air atau topping up dengan fresh hot water.

    Tips Tambahan untuk Flat Bottom Dripper

    • Kurangi Step (Less Pulse = Lebih Balance) – Terlalu banyak tuangan kecil bisa menyebabkan over-extraction. Lebih baik gunakan 2-3 step besar untuk hasil yang lebih bersih.
    • Grind Size Adjustable – Jika draw down terlalu cepat, giling lebih halus. Jika terlalu lambat, giling lebih kasar, check total brew time baiknya berkisar antara 2:00-3:00 menit.
    • Gunakan Air Berkualitas – Air dengan TDS 10-70 ppm ideal untuk ekstraksi optimal.

    Kesimpulan

    Flat bottom dripper adalah pilihan terbaik untuk pemula dan profesional karena konsistensi, kontrol ekstraksi, dan kemudahan pengulangan. Dari Melitta hingga Kalita Wave, inovasi terus berkembang, tetapi prinsipnya tetap sama: seduhan yang seimbang dan mudah.

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop