Tag: belajar kopi

  • Kopi Wine? Kopi Anaerob? Gimana Cara Seduhnya?

    Kopi Wine? Kopi Anaerob? Gimana Cara Seduhnya?

    Gambar secangkir kopi dengan tampilan wine-like dan biji kopi fermentasi

    Fermentasi pada Kopi: Proses Paska Panen yang Memberikan Nuansa Rasa Fruity Pada Kopi

    Sebelum menyelami dunia kopi natural anaerob, penting untuk memahami bahwa semua proses kopi sebenarnya melibatkan fermentasi. Penelitian oleh Elhalis et al. (2020) dalam Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety menunjukkan bahwa bahkan kopi natural paling dasar mengalami fermentasi spontan oleh mikroorganisme indigenous selama pengeringan.

    Namun, yang membedakan kopi natural anaerob adalah kontrol ketat terhadap parameter fermentasi dalam lingkungan tanpa oksigen. Studi oleh Zhang et al. (2019) mengungkap bahwa kondisi anaerobik mengubah metabolisme mikrobial secara fundamental, menghasilkan profil flavor yang berbeda secara kualitatif.

    Sains di Balik Kopi Wine: Mikrobiologi Fermentasi Anaerob

    Kopi wine atau anaerobic coffee merupakan hasil dari fermentasi terkontrol tanpa oksigen yang dipelajari secara ilmiah. Penelitian Pereira et al. (2020) dalam Food Research International mengidentifikasi bahwa lingkungan anaerobik mendorong dominasi bakteri asam laktat (LAB) dan ragi non-Saccharomyces.

    Proses biokimia selama fermentasi anaerobik yang prolongated menghasilkan:

    • Asam organik volatil (asetat, laktat, suksinat) yang memberikan complexity rasa
    • Ester dan fenol yang menciptakan aroma wine-like (Evangelista et al., 2014)
    • Prekursor flavor yang hanya terbentuk dalam kondisi rendah oksigen

    Bukti Ilmiah: Karakteristik Unik Kopi Natural Anaerob

    1. Perubahan Komposisi Kimia

    Analisis kimia oleh Bressani et al. (2021) menunjukkan peningkatan signifikan pada:

    • Asam laktat/ lactic acid (hingga 3.2x lebih tinggi daripada proses natural biasa) dimana biasanya rasa kopi natural wine/ anaerob lebih asam dibandingkan natural biasa
    • Gliserol yang berkontribusi pada body yang lebih berat, dimana pada umumnya kopi natural anaerob berbodi lebih tinggi dibandingkan wash classic or natural classic
    • Polifenol kompleks yang menghasilkan sensasi tannin, rasa sepet atau dry seringkali kita temukan pada kopi natural anaerob, dengan jumlah yang sedikit rasa sepet bisa menyerupai sepet di blacktea atau di minuman wine.

    2. Modifikasi Struktur Sel Biji

    Studi mikroskopis elektron oleh Velasquez et al. (2019) mengkonfirmasi bahwa prolonged fermentation menyebabkan degradasi dinding sel dan meningkatkan porositas biji. Perubahan struktural ini menjelaskan mengapa:

    • Roasting menjadi lebih cepat (konduktivitas termal meningkat 15-20%), kopi natural anaerob lebih cepat matang daripada kopi wash.
    • Ekstraksi selama brewing lebih efisien, tingkat solubility yang cenderung tinggi sehingga untuk kopi natural anaerob harus diadjust dibeberapa brew parameter.
    • Produksi crema lebih melimpah karena solubility tinggi.

    Dampak pada Roasting: Perspektif Ilmiah

    Penelitian Schenker et al. (2020) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menunjukkan bahwa perubahan komposisi kimia pra-roast mempengaruhi reaksi Maillard dan perkembangan flavor selama roasting.

    Kandungan gula yang lebih tinggi pada kopi anaerob menyebabkan:

    • Akselerasi reaksi karamelisasi
    • Pembentukan senyawa flavor yang lebih kompleks
    • Penampakan oily surface yang lebih awal karena migrasi lipid

    Rekomendasi Penyeduhan Berbasis Bukti Ilmiah

    Berdasarkan penelitian ekstraksi oleh Gloess et al. (2018) dan percobaan kontrol oleh Cordoba et al. (2021), berikut rekomendasi berbasis sains:

    1. Brew Ratio Panjang (1:17 hingga 1:18)

    Alasan ilmiah: Studi kimia ekstraksi menunjukkan bahwa rasio lebih tinggi mengurangi ekstraksi selektif terhadap polyphenol yang menyebabkan astringency, sambil mempertahankan ekstraksi asam organik yang diinginkan (López-Galilea et al., 2020).

    2. Suhu Rendah (84°C – 88°C)

    Bukti penelitian: Penelitian Angeloni et al. (2019) menemukan bahwa suhu di bawah 90°C secara signifikan mengurangi ekstraksi tannin dan senyawa pahit sambil mempertahankan volatil aroma yang diinginkan.

    3. Agitasi Minimal

    Dasar ilmiah: Studi CFD (Computational Fluid Dynamics) oleh Moroney et al. (2019) menunjukkan bahwa agitation berlebihan meningkatkan ekstraksi diferensial, khususnya senyawa yang tidak diinginkan dari bagian luar biji.

    4. Waktu Ekstraksi yang Dimodifikasi

    Rekomendasi penelitian: Data dari Peterson et al. (2020) menyarankan waktu kontak 10-15% lebih pendek dibandingkan kopi natural konvensional untuk menghindari over-extraction senyawa polyphenol.

    Kesimpulan Ilmiah: Optimasi Berbasis Sains

    Kopi natural anaerob memerlukan pendekatan brewing yang berbeda karena perubahan fundamental dalam komposisi kimia dan struktur fisiknya. Bukti ilmiah terkini mendukung pendekatan brewing dengan:

    • Parameter yang meminimalkan ekstraksi senyawa astringent
    • Optimasi ekstraksi senyawa flavor yang diinginkan
    • Penyesuaian berdasarkan modifikasi struktural biji

    Dengan memahami dasar ilmiah di balik karakteristik unik kopi natural anaerob, kita dapat mengembangkan metode brewing yang secara ilmiah terbukti menghasilkan cup profile yang optimal.


    Referensi Ilmiah

    1. Elhalis, H., et al. (2020). Coffee fermentation: Expedition from traditional to controlled process. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety.
    2. Zhang, S. J., et al. (2019). Impact of different microbial communities on the chemical and sensory properties of coffee. Food Research International.
    3. Pereira, L. L., et al. (2020). The microbial community in coffee fermentation and its impact on coffee quality. Food Research International.
    4. Evangelista, S. R., et al. (2014). Microbiological diversity during fermentation of coffee. International Journal of Food Microbiology.
    5. Velasquez, S., et al. (2019). Structural changes in coffee beans during anaerobic fermentation. Journal of Food Science.
    6. Gloess, A. N., et al. (2018). Comparison of nine common coffee extraction methods. European Food Research and Technology.
    7. Cordoba, N., et al. (2021). Chemical and sensory evaluation of cold brew coffees. Foods.
  • Kenapa Kamu Merasa Ada Vanila, Tapi Temanmu Tidak? JANGAN Salahkan Label Pada Kopi

    Bayangkan ini:

    Kamu dan seorang teman sedang mengikuti sesi cupping di roastery. Di depan kalian ada kopi natural Ethiopia yang harum sekali. Kamu menyeruput dan langsung menangkap aroma vanilla yang lembut di tengah rasa fruity. Temanmu? Dia mengernyit dan berkata,

    “Vanilla? Aku nggak cium itu. Yang aku rasakan malah kayak herbal.”

    Apakah dia “kurang peka”? Atau lidahnya belum terlatih?

    Ternyata, jawabannya bisa jadi jauh lebih menarik — dan ada hubungannya dengan gen di tubuh kita.

    Bau yang Sama, Otak yang Berbeda

    Setiap aroma kopi berasal dari molekul kimia spesifik — misalnya guaiacol yang memberi kesan vanilla-spicy, atau linalool yang memberikan aroma lavender-bergamot. Molekul ini masuk ke hidung kita dan menempel pada reseptor penciuman di dalam rongga hidung.

    Masalahnya, tidak semua reseptor diciptakan sama.

    Penelitian oleh Trimmer et al. (2019) menemukan bahwa varian gen yang berbeda pada reseptor ini dapat membuat seseorang sangat sensitif terhadap suatu aroma, sementara orang lain hampir tidak merasakannya.

    Gen yang Mengubah Rasa

    Contohnya, reseptor bernama OR10G9 bereaksi kuat terhadap guaiacol — molekul yang sering muncul di kopi hasil proses fermentasi tertentu. Kalau kamu memiliki varian OR10G9 yang “tajam”, vanilla akan terasa jelas. Tapi kalau varianmu kurang responsif? Vanilla itu mungkin hilang di antara aroma lainnya, dan kamu justru fokus ke rasa lain.

    Hal yang sama berlaku untuk linalool (lavender, bergamot), caproic acid (cheesy, waxy), atau fenchone (minty, fennel). Perbedaan genetik ini menciptakan peta rasa pribadi yang unik untuk setiap orang.

    Apa Artinya untuk Pecinta Kopi?

    1. Perbedaan bukan kesalahan.
      Kalau dua orang memberi deskripsi rasa yang berbeda, itu bukan berarti salah satunya salah. Mereka mungkin memang mencium dunia dengan cara yang berbeda.
    2. Flavor wheel itu panduan, bukan kebenaran mutlak.
      Roda rasa membantu kita berbicara bahasa yang sama, tapi kenyataannya lidah dan hidung kita tidak identik.
    3. Marketing kopi bisa lebih inklusif.
      Saat menulis tasting notes, deskripsi ganda (“vanilla / sweet spice”) memberi ruang bagi perbedaan persepsi.

    Jembatan Antara Sains dan Cangkir Kopi

    Pengetahuan ini membuat sesi cupping lebih seru. Alih-alih berdebat soal siapa yang benar, kita bisa mulai bertanya:

    “Aroma apa yang paling menonjol buat kamu?”

    dan belajar dari perbedaan itu.

    Kopi bukan hanya soal rasa di lidah, tapi juga tentang cerita di balik setiap molekul, setiap reseptor, dan setiap orang yang merasakannya.

    Kesimpulannya:

    Kalau temanmu tidak mencium vanilla yang kamu rasakan, itu bukan masalah latihan — itu adalah sains. Dan mungkin, justru di situlah keindahan kopi: satu biji, sejuta rasa, dan tak ada dua hidung yang benar-benar sama.

  • Bagaimana Cara Menyeduh Kopi Wine? Mengeluarkan Rasa Manisnya.

    Bagaimana Cara Menyiasatinya Saat Seduh

    “Wine coffee” dan “anaerobic coffee” sebetulnya dua nama untuk satu hal: kopi yang difermentasi dalam ruang tertutup tanpa oksigen. Tapi kenapa rasa asamnya bisa terasa ‘lebih nendang’ dibanding kopi klasik seperti washed atau natural biasa?


    Wine Coffee = Anaerobic Process

    Istilah wine coffee memang populer karena asosiasi rasa dengan winey—fruity, fermentasi, kadang tajam. Tapi secara teknis, proses yang dimaksud adalah fermentasi anaerob, yaitu fermentasi tanpa oksigen di dalam wadah tertutup. Kenapa rasa winey/ fermented terasa sangat kuat?

    Karena fermentasi ini biasanya berlangsung lebih lama, antara 72–120 jam, jauh lebih panjang dari proses natural atau washed konvensional.


    Apa yang Terjadi Selama Fermentasi Anaerobik?

    Dalam kondisi tertutup, mikroorganisme seperti yeast (Saccharomyces cerevisiae) dan Lactic Acid Bacteria(LAB) berkembang dan menghasilkan berbagai asam organik, antara lain:

    • Lactic acid → asam lembut seperti yogurt
    • Acetic acid → mirip rasa cuka/ vinegar
    • Citric & malic acid → asam lembut seperti yang terdapat pada buah buah an

    Studi oleh De Bruyn et al. (2017) menunjukkan bahwa fermentasi kopi melibatkan mikrobiota kompleks yang memengaruhi kadar asam, senyawa volatil, dan flavor precursors dalam biji kopi hijau.


    ⚠️ Hasilnya? Asam Lebih Tajam, Kadang Ekstrem

    • pH lebih rendah → terasa lebih nendang di lidah
    • Warna biji kopi kurang seragam, jika diroasting dihasilkan ada yang lebih gelap dan ada yang lebih terang. Berbeda dengan kopi olahan classic yang warna biji mentah dan biji sangrai lebih seragam.
    • Rasa sour yang kadang vinegary, atau bahkan mengarah ke umami funky seperti tauco
    • Rasa yang jarang clean, terutama bila diproses ekstrem.

    Untuk penyeduh atau peminum yang sensitif terhadap Bright acidity, rasa ini bisa terasa terlalu intens atau tidak menyenangkan.


    🛠️ Tips Menyeduh Kopi Wine/Anaerob agar Lebih Seimbang

    FaktorPenyesuaianTujuan
    Suhu air90–91°CNaikkan sweetness, kurangi harshness
    Grind sizeSedikit lebih kasarTingkatkan clarity, kurangi rasa kering
    Bloom timeTambahkan durasi bloom (30–60 detik)Membantu degas aroma fermentasi kuat
    Kualitas airGunakan air dengan TDS 70–100 ppmRasa lebih seimbang daripada RO water

    💡 Rujukan: SCAA Water Standard menyarankan TDS air di kisaran 75–150 ppm untuk kopi kompleks agar karakter rasa lebih seimbang.


    Kesimpulan

    Rasa asam dalam kopi bukan musuh, tapi butuh pendekatan.
    Kopi wine atau anaerobik memang kaya akan sensasi fermentasi dan asam organik, tapi dengan seduhan yang tepat, rasa tersebut bisa menjadi menyenangkan, menggugah, bahkan memorable.

    Rasa asam yang menyenangkan = hasil dari fermentasi yang terkontrol dan penyeduhan yang benar.


    📚 Referensi Tambahan:

    1. De Bruyn, F., Zhang, S. J., Pothakos, V., Torres, J., Lambot, C., Moroni, A. V., … & De Vuyst, L. (2017). Exploring the impacts of postharvest processing on the microbiota and metabolite profiles during green coffee bean production. Applied and Environmental Microbiology.
    2. Specialty Coffee Association (SCA) Water Quality Handbook.
    3. Batali, M. et al. (2020). Influence of controlled fermentation on flavor development in specialty coffee. Journal of Food Microbiology.
  • Emang Kopi Dark Roast Tidak Bisa Untuk Seduh Manual Brew? Gimana Cara Seduhnya?

    Emang Kopi Dark Roast Tidak Bisa Untuk Seduh Manual Brew? Gimana Cara Seduhnya?

    Terkadang kita masuk kedalam satu periode jenuh akan kopi light roast, kita sebetulnya bisa seduh berbagai macam profil sangrai dengan metode pourover, namun harus menemukan cara eksekusi yang enak! kopi dark roast agar enak dan tidak terlalu pahit, perlu penyesuaian parameter seduh yang tepat. Prinsip utamanya adalah mengurangi ekstraksi berlebihan karena biji dark roast lebih rapuh, mudah terekstrak, dan cenderung mengeluarkan rasa pahit jika over-extracted.

    Parameter Brewing yang Direkomendasikan:

    1. Grind Size (Ukuran Gilingan)
    • Gunakan gilingan lebih kasar (medium coarse).
    • Alasan: Dark roast lebih porous (berpori) sehingga air mengalir lebih cepat. Gilingan kasar memperlambat ekstraksi dan mengurangi risiko rasa pahit.
    1. Water Temperature (Suhu Air)
    • Rendah! Gunakan suhu 85–88°C (baiknya hindari suhu yang lebih dari 90°C+).
    • Alasan: Suhu tinggi mempercepat ekstraksi senyawa pahit pada dark roast.
    1. Brew Ratio (Rasio Seduh)
    • Pilih ratio pendek (1:12 hingga 1:14).
    • Kenapa tidak pakai ratio panjang (1:17)?
      Ratio panjang (misal 1:17) membutuhkan waktu seduh lebih lama, sehingga ekstraksi berlebihan → rasa pahit & asap. Ratio pendek menghasilkan kopi lebih “bold” tanpa meningkatkan pahit.
    1. Brew Time (Waktu Seduh)
    • Lebih singkat!
      • Pour Over/V60: Target 2:00 menit (total).
      • French Press: 3 menit (disarankan jangan lebih).
      • Espresso: 20–25 detik (dengan yield rendah, misal 1:1.5 atau 1:2).
    1. Teknik Pouring (Untuk Pour Over)
    • Gunakan aliran air pelan dan putaran stabil, gunakan juga teknik continous pouring.
    • Hindari aggressive pouring yang mengaduk bubuk kopi berlebihan (memicu over-extraction).

    Tips Tambahan:

    • Air Berkualitas: Gunakan air dengan mineral seimbang (max TDS 100 ppm). Air terlalu keras memperkuat rasa pahit.
    • Metode yang Cocok:
    • French Press: Cocok untuk dark roast karena ekstraksi merata tanpa tekanan tinggi.
    • AeroPress (suhu rendah + waktu pendek): Fleksibel untuk kontrol ekstraksi.
    • Moka Pot: Hasilkan crema tebal dengan rasa bold, tapi batasi waktu kontak.
    • Biji Segar: Dark roast lebih cepat stale. Gunakan dalam 4 minggu setelah roasting.

    ⚖️ Perbandingan vs. Medium Roast:

    ParameterDark RoastMedium Roast
    Suhu Air85–88°C90–94°C
    Grind SizeCoarse-Medium CoarseMedium
    Brew Ratio1:12–1:141:15–1:17
    Brew TimeLebih pendek (~20% )Standar

    💡 Kesimpulan:

    Gunakan pendekatan “less is more”:

    • Ratio pendek + suhu rendah (85–88°C) + waktu seduh singkat.
    • Hindari ekstraksi berlebihan dengan mengontrol aliran air dan gilingan kasar.
    • Dark roast yang diseduh tepat akan menghasilkan rasa bold, chocolatey, creamy, dengan pahit yang halus (minim rasa smoki atau gosong).

    Contoh resep praktis:
    V60 untuk Dark Roast

    • 15g kopi (giling coarse).
    • 225ml air @87°C.
    • Total waktu: 2:15 menit.
    • Teknik: Bloom 30 detik, lalu tuang perlahan dengan putaran melingkar stabil (continous pouring )

    Kalau masih terlalu pahit, turunkan lagi suhu air atau perkasar gilingannya!

  • Giling Kopi Dua Kali? Lebih Bagus? Bagaimana Teorinya?

    Double grind dan Slow Feed: Solusi untuk Mengurangi Fines pada Penggilingan Kopi?

    Pendahuluan

    Salah satu tantangan dalam menggiling kopi adalah munculnya fines (partikel sangat halus) yang dapat menyebabkan masalah seperti:

    • Clogging (penyumbatan) pada penyeduhan (brew)
    • Ekstraksi tidak merata karena fines mengekstrak lebih cepat
    • Statis listrik yang membuat fines menempel pada partikel lain
    • Total brew time lebih lama karena aliran air terhambat

    Beberapa solusi yang sering dibahas adalah:

    1. Double grind / Regrinding (menggiling dua kali) dari partikel besar ke halus
    2. Slow feed (memasukan biji kopi secara perlahan ke grinder dan diputar secara perlahan)

    Apakah metode ini efektif? Mari kita bahas lebih dalam.


    1. Double Grind/ Regrinding: Efektifkah Mengurangi Fines?

    Regrinding adalah proses menggiling kopi dua kali: pertama ke ukuran kasar, lalu digiling lagi ke ukuran halus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan distribusi partikel yang lebih seragam dan mengurangi fines.

    Keuntungan Regrinding

    • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa regrinding dapat mengurangi jumlah fines karena partikel yang sudah dipecah sebelumnya memiliki struktur yang lebih konsisten saat digiling kedua kali (Barista Hustle, 2018).
    • Cocok untuk grinder berkualitas rendah yang cenderung menghasilkan banyak fines karena ketidakkonsistenan mekanisme pemotongan.
    • Mengurangi tingkat panas pada bubuk kopi, yang mana panas dapat memicu pelepasan volatile aromatic compound yang mengurangi sedikit kualitas aromatik pada seduhan.

    Kekurangan Regrinding

    • Oksidasi karena biji kopi melewati pisau dua kali, kopi terekspose dengan udara lebih lama, gesekan berulang-ulang juga berisiko memengaruhi rasa (Oxidation & thermal degradation).
    • Waktu lebih lama dan berisiko meningkatkan keausan pisau grinder.

    Kesimpulan

    Regrinding dapat membantu mengurangi fines pada grinder rendah kualitas, tetapi perlu diperhatikan risiko oksidasi dan keausan.


    2. Slow Feed: Perlukah Memberi Biji Kopi Secara Perlahan?

    Slow feed adalah teknik memasukkan biji kopi sedikit demi sedikit ke dalam grinder, bukan sekaligus. Tujuannya adalah agar setiap biji digiling secara optimal tanpa “terlalu banyak tekanan” pada mekanisme grinder.

    Keuntungan Slow Feed

    • Distribusi partikel lebih seragam karena biji tidak saling menghalangi saat dipotong (M Petracco, 2005).
    • Mengurangi panas berlebih karena grinder tidak bekerja terlalu keras sekaligus.
    • Mengurangi statis listrik karena gesekan lebih terkendali.

    Kekurangan Slow Feed

    • Proses lebih lambat dan kurang praktis untuk penggunaan sehari-hari.

    Kesimpulan

    Slow feed dapat membantu mengurangi fines, terutama pada grinder blade atau grinder rendah kualitas.


    Solusi Lain untuk Mengurangi Fines

    Selain regrinding dan slow feed, beberapa cara lain untuk mengurangi fines adalah:

    1. Menggunakan grinder berkualitas tinggi (burr grinder) dengan mekanisme pemotongan lebih presisi.
    2. RDT (Ross Droplet Technique) – menambahkan sedikit air sebelum menggiling untuk mengurangi statis.
    3. Sifting (penyaringan) dengan ayakan kopi seperti Kruve untuk memisahkan fines.

    Kesimpulan

    • Regrinding dapat membantu mengurangi fines pada grinder rendah kualitas, tetapi berisiko meningkatkan panas dan keausan.
    • Slow feed juga efektif untuk distribusi partikel lebih merata, tetapi kurang praktis.
    • Solusi terbaik adalah menggunakan grinder berkualitas tinggi dan teknik tambahan seperti RDT atau sifting.

    Referensi

    1. Barista Hustle. (2018). Particle Size Distribution in Coffee Grinding.
    2. Petracco, M. (2005). Grinding for Espresso.
    3. Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.

  • Kita Tidak Bisa Menggunakan Dosis Kopi yang Sama dan Tidak Banyak Aware Tentang Puck Preperation!

    Puck Preparation: Fondasi Espresso Berkualitas

    Dalam dunia espresso, puck preparation (persiapan bubuk kopi di portafilter) adalah langkah paling kritis yang sering diabaikan. Puck yang baik harus:

    • Firm dan padat seperti brownies yang baru dikeluarkan dari loyang
    • Permukaan kering setelah ekstraksi
    • Tidak ada tanda-tanda cracking atau kerusakan struktur

    Sebaliknya, puck yang soupy (berair) sering mengindikasikan:

    • Underdose (terlalu sedikit bubuk kopi)
    • Grind size terlalu kasar
    • Tamping yang tidak merata

    Mengapa Kita Tidak Bisa Selalu Menggunakan Dosis Kopi Sama untuk Semua Biji?

    1. Densitas Kopi yang Berbeda-Beda

    Filter basket diisi berdasarkan volume, bukan berat. Namun faktanya:

    • Kopi Ethiopia: Lebih padat, membutuhkan lebih banyak gram untuk memenuhi volume yang sama
    • Kopi Jawa: Kurang padat, membutuhkan lebih sedikit gram untuk volume yang sama
    • Light Roast: Lebih padat daripada dark roast karena lebih sedikit kehilangan massa selama roasting
    • Dark Roast: Lebih ringan karena kehilangan lebih banyak massa dan air selama proses roasting

    2. Variasi Filter Basket

    Setiap produsen memiliki standar berbeda:

    • VST: Presisi tinggi, toleransi ketat
    • IMS: Alur khusus untuk ekstraksi merata
    • Stock Basket: Variasi lebih besar antar merek mesin

    Langkah-Langkah Puck Preparation Ideal

    1. Dosing (Penimbangan)

    • Gunakan timbangan presisi (±0.1g)
    • Mulai dengan 18g untuk double shot espresso.
    • Sesuaikan berdasarkan karakteristik kopi:
    • Light roast: +0.5-1.5g
    • Dark roast: -0.5-1g
    • Kopi high density: +0.5g-1g

    2. Distribusi

    • Gunakan WDT tool (Wire Distribution Tool) untuk:
    • Menghilangkan clumping
    • Mendistribusikan kopi secara merata, puck screen juga salah satu tool yang membantu air tersaturasi secara evenly keseluruh bagian kopi.

    3. Tamping

    • Ada baiknya tap tap portafilter menggunakan tangan untuk menghilangkan air pocket
    • Tamping ! Dengan Tekanan 15-20kg (30lb)
    • Pastikan permukaan benar-benar rata
    • Tamping sekali saja (no double tamping)

    Troubleshooting Berdasarkan Kondisi Puck

    Masalah PuckPenyebab PotensialSolusi
    Soupy/wetUnderdose, grind terlalu kasarTambah dosis, perhalus grind
    CrackedOverdose, distribusi burukKurangi dosis, perbaiki distribusi
    ChannelingTamping tidak rata, clumpingGunakan WDT, perbaiki teknik tamping
    Kering tapi pucatOverdose, grind terlalu halusKurangi dosis, kasar sedikit grind

    Kesimpulan: Espresso adalah Ilmu Presisi

    Membuat espresso konsisten membutuhkan pemahaman mendalam tentang:

    • Karakteristik fisik biji kopi
    • Hubungan antara volume dan massa
    • Teknik puck preparation yang tepat

    “Puck yang sempurna adalah kanvas dimana ekstraksi ideal akan tercipta. Pelajarilah bahasanya, dan espresso akan berbicara dengan jelas melalui cangkir.” – Fritz, Panna Coffee

    Tips Ahli:

    1. Selalu dokumentasikan parameter (dosis, yield, waktu) untuk setiap biji kopi baru
    2. Lakukan test shot dengan variasi dosis ±0.5g-1g untuk menemukan sweet spot
    3. Bersihkan basket secara teratur untuk mencegah coffee buildup

    Dengan menguasai seni puck preparation, Anda akan melangkah dari sekadar membuat espresso menjadi menciptakan pengalaman kopi yang sesungguhnya.

  • Cara Buat Konstentrat ColdBrew

    Cara Membuat Cold Brew Coffee yang Sempurna di Rumah

    Cold brew coffee telah menjadi minuman populer, banyak yang memulai usaha dari coffee coldbrew, kopi ini menjadi favorit sebagian orang karena rasa yang halus dan rendah asam. Berbeda dengan kopi panas yang diseduh dengan air panas, cold brew dibuat dengan merendam biji kopi dalam air dingin selama beberapa jam. Proses ini menghasilkan minuman yang lembut, manis, dan menyegarkan. Jika Anda ingin mencoba membuat cold brew coffee di rumah, berikut adalah panduan lengkapnya.


    Bahan yang Dibutuhkan

    1. Biji Kopi: Pilih biji kopi berkualitas tinggi. Kopi dengan rasa cokelat atau kacang-kacangan cocok untuk cold brew untuk pencampuran dengan sirup atau susu, jika untuk Just ColdBrew kalian bisa cari rasa kopi dengan profil rasa fruity.
    2. Air: Gunakan air bersih dan dingin, sebaiknya air mineral atau air yang telah disaring.
    3. Alat Penggiling Kopi: Untuk menggiling biji kopi menjadi medium grindsize.
    4. Wadah Kedap Udara: Seperti toples kaca atau wadah stainless steel.
    5. Saringan atau Kain Katun: Untuk menyaring ampas kopi setelah proses perendaman.

    Langkah-Langkah Membuat Cold Brew Coffee

    1. Giling Biji Kopi

    Giling biji kopi hingga mencapai tekstur medium. Jika terlalu halus, kopi akan menjadi keruh dan terlalu pahit. Jika tidak memiliki penggiling kopi, Anda bisa membeli biji kopi yang sudah digiling medium.

    2. Campur Kopi dan Air

    • Rasio yang disarankan adalah 1:8 (1 bagian kopi untuk 8 bagian air). Misalnya, untuk 100 gram kopi, gunakan 800 ml air.
    • Masukkan kopi yang sudah digiling ke dalam wadah, lalu tuangkan air dingin secara perlahan. Pastikan semua kopi terendam.

    3. Rendam Selama 12-24 Jam

    Tutup wadah dengan rapat dan simpan di dalam kulkas atau suhu ruangan. Waktu perendaman memengaruhi kekuatan rasa:

    • 12 jam: Rasa lebih ringan dan segar.
    • 18-24 jam: Rasa lebih kuat dan pekat.

    4. Saring Campuran

    Setelah waktu perendaman selesai, kalian harus segera saring campuran menggunakan saringan halus atau kain katun. Pastikan tidak ada ampas kopi yang tersisa.

    5. Simpan Cold Brew Concentrate

    Hasil saringan adalah cold brew concentrate yang bisa disimpan di kulkas hingga 2 minggu. Untuk menyajikannya, encerkan dengan air atau susu sesuai selera. Rasio yang umum adalah 1:1 (1 bagian concentrate untuk 1 bagian air/susu).


    Tips untuk Hasil Terbaik

    • Eksperimen dengan Rasio: Sesuaikan rasio kopi dan air sesuai selera Anda. Jika suka rasa yang lebih kuat, tambahkan lebih banyak kopi.
    • Gunakan Biji Kopi Segar: Biji kopi yang baru digiling akan memberikan rasa yang lebih baik.
    • Tambahkan Es Batu: Untuk menikmati cold brew yang lebih menyegarkan, sajikan dengan es batu.

    Manfaat Cold Brew Coffee

    1. Rendah Asam: Cocok untuk mereka yang sensitif terhadap asam.
    2. Menyegarkan: Sempurna untuk cuaca panas.
    3. Versatile: Bisa dinikmati langsung, dicampur susu, atau digunakan sebagai bahan dasar minuman kopi lainnya.

    Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda bisa menikmati cold brew coffee buatan sendiri yang tidak kalah enak dengan yang dijual di kafe. Selamat mencoba!

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop