Tag: kopi semarang

  • Kesalahan Fatal Seduh Medium Dark Roast! Suhu rendah? Grindsize Halus? Kasar? Mana yang Oke?

    Kadang ada disuatu waktu kita ingin untuk menyeduh roast medium-dark (sudah masuk mau fase second crack, lebih berminyak, dan cenderung lebih pahit jika diekstraksi berlebihan),

    ada dua skenario akan menarik untuk didiskusikan, karena akan memberikan rasa yang sangat berbeda

    1. Skenario 1: Suhu Rendah (85°C) + Grind Halus (~800 mikron)

    • Karakteristik Ekstraksi:
      • Grind halus (800µm) = luas permukaan besar + waktu kontak air lebih lama (karena aliran lambat).
      • Suhu rendah (85°C) = energi lebih rendah untuk melarutkan senyawa.
    • Dampak pada Rasa (Medium-Dark Roast):
      • Risiko inskonsistensi rasa: Suhu rendah sulit mengekstrak senyawa kompleks (gula karamelisasi, manis) dan acidity tersisa secara optimal dari partikel halus. Namun, partikel halus dan waktu kontak lama justru mudah menarik senyawa pahit (bitterness) dan dryness astringen dari roast yang sudah gelap ini. Hasilnya rasa akan menjadi cenderung flat (kurang manis & asam), tapi diikuti aftertaste pahit/astringen yang menonjol dan tidak seimbang.
      • Mouthfeel Potensi kasar: Grind halus meningkatkan risiko mouthfeel yang kurang halus di cup akhir.
      • Aliran Lambat & Risiko Channelling: Aliran air sangat lambat, meningkatkan risiko channelling (air mencari jalan mudah), menyebabkan ekstraksi tidak merata (sebagian under, sebagian over).

    2. Skenario 2: Suhu Tinggi (90°C) + Grind Kasar (~900 mikron)

    • Karakteristik Ekstraksi:
      • Grind kasar (900µm) = luas permukaan lebih kecil + waktu kontak lebih singkat (karena aliran cepat).
      • Suhu tinggi (90°C) = energi lebih tinggi untuk melarutkan senyawa.
    • Dampak pada Rasa (Medium-Dark Roast):
      • Ekstraksi Lebih Seimbang & Kontrol Pahit Lebih Baik: Suhu tinggi membantu mengekstrak senyawa manis dan body (yang lebih sulit larut) dari roast gelap secara lebih efektif. Grind kasar membatasi waktu kontak dan mengurangi luas permukaan, sehingga ekstraksi senyawa pahit/astringen yang mudah larut pun terkontrol lebih baik. Hasilnya cenderung lebih seimbang: body lebih penuh, manis lebih terasa, dengan tingkat kepahitan yang lebih halus (seperti dark chocolate), serta astringensi minimal.
      • Aliran Lebih Lancar & Ekstraksi Lebih Merata: Mengurangi risiko channelling, memungkinkan ekstraksi lebih merata di seluruh coffee bed.
      • Mouthfeel Lebih Bersih: minyak yang berhasil di ekstrak dapat menjadikan mouthfeel lebih terasa halus.

    Mengapa Skenario 2 (90°C + Grind Kasar) Lebih “OK” untuk Medium-Dark Roast?

    1. Prioritas: Kontrol Kepahitan & Astringensi: Roast medium-dark sudah mengandung lebih banyak senyawa pahit yang mudah larut. Grind kasar adalah “rem” alami untuk membatasi ekstraksi berlebihan senyawa ini. Suhu tinggi memastikan senyawa positif (manis, body) tetap terekstrak.
    2. Ekstraksi Senyawa Sulit Larut: Senyawa seperti gula karamelisasi dan body membutuhkan lebih banyak energi (suhu air) untuk larut. Suhu 90°C jauh lebih efektif untuk ini daripada 85°C, terutama pada partikel yang lebih besar (grind kasar).
    3. Keseimbangan (Balance): Kombinasi ini cenderung mencapai titik ekstraksi yang lebih optimal untuk profil ini, di mana manis, body, dan pahit (yang khas dark roast) bisa hadir dengan lebih harmonis, bukan pahit yang mendominasi.
    4. Konsistensi & Kemudahan: Lebih mudah mencapai aliran air yang baik dan ekstraksi merata dengan grind kasar untuk roast gelap, mengurangi variabel kesalahan.

    Simulasi Perbedaan Rasa:

    • Skenario 1 (85°C + 800µm): Rasa mungkin datar/kurang kompleks, asam hampir tidak ada, manis tersembunyi, diikuti oleh kepahitan yang cukup kuat, kering (astringen), dan mungkin gritty tekstur. Aftertaste pahit yang bertahan lama.
    • Skenario 2 (90°C + 900µm): Body lebih terasa penuh & creamy, manis (seperti gula merah atau dark chocolate) lebih jelas, kepahitan hadir sebagai dark chocolate atau rempah panggang (bukan pahit obat), asam sangat rendah/samar. Aftertaste lebih bersih dan cenderung lebih manis. Lebih “nyaman” diminum.

    Rekomendasi & Penyesuaian:

    1. Mulailah dengan Skenario 2 (90°C & ~900µm): Ini adalah titik awal yang jauh lebih aman dan umum untuk medium-dark roast.
    2. Fine-Tune Berdasarkan Rasa:
      • Masih Terlalu Pahit/Astringen? Perbesar sedikit grind size (misal ke 950µm) untuk mempercepat aliran lebih jauh. Atau turunkan suhu sedikit (misal ke 88°C) jika grind lebih kasar tidak membantu.
      • Terlalu Tipis/Kurang Body & Manis? Perkecil sedikit grind size (misal ke 850µm) untuk memperlambat aliran dan meningkatkan ekstraksi. Atau naikkan suhu sedikit (misal 92°C) jika masih memungkinkan tanpa menimbulkan pahit baru.
    3. Rasio 1:15: Rasio ini umumnya cocok. Jika kopi terasa terlalu kuat/pekat/pahit, bisa dicoba encerkan ke rasio 1:16. Jika terasa terlalu encer/kurang body, bisa coba 1:14.
    4. Pembandingan Langsung: Cara terbaik mengetahui perbedaannya adalah dengan brewing side-by-side! Siapkan kedua parameter tersebut dan cicipi berurutan.

    Kesimpulan:

    Untuk roast medium-dark, kombinasi suhu brew lebih tinggi (90°C) dengan grind size lebih kasar (~900 mikron) akan cenderung menghasilkan secangkir kopi yang lebih seimbang, manis lebih terasa, body lebih penuh, dan kepahitan lebih terkendali dibandingkan dengan suhu rendah dan grind halus. Strategi ini memprioritaskan pengendalian ekstraksi senyawa pahit yang mudah larut sambil tetap memastikan senyawa manis dan body yang diinginkan dari roast gelap bisa terekstrak dengan baik.

    Selamat bereksperimen! Parameter terbaik selalu bergantung pada biji kopi spesifik dan selera Anda.

  • Sidra: Kopi Misterius Penghancur Podium Kompetisi Dunia

    Apa Itu Kopi Sidra?

    Sidra bukan sekadar varietas kopi — ia adalah revolusi genetik yang lahir di ketinggian 2.100 mdpl Ekuador. Dikembangkan di Hacienda La Papaya dan tersebar dibanyak negara termasuk Colombia, Sidra adalah hibrida unik dari:

    • Bourbon (fruity intensity),
    • Typica (clean sweetness),
    • Ethiopian Landrace (floral mystery) — membuatnya seperti “Geisha yang lebih wild and explosive”.

    3 Fakta Gila yang Membuat Sidra Spesial

    1. Juara Kompetisi Global
    • Carlos Pola (El Salvador) memenangi World Brewers Cup 2019 dengan Sidra anaerobik Ekuador.
    • Di World Brewers Cup 2023, Joo Yeon (Korea) masuk 3 besar pakai Sidra Kolombia.
    • Skor SCA: Konsisten 88-92
    1. Profil Rasa yang Membuat Juri Terdiam

    “Ini bukan kopi — ini anggur markisa beraroma melati!”
    – Ulasan juri WBrC 2023

    • Floral: Melati + bunga jeruk.
    • Fruity: Markisa, blood orange, lychee.
    • Complexity: stonefruits + gula tebu.
    1. Teknik Fermentasi “Gila”
      Petani top menggunakan:
    • Fermentasi Anaerobik 120 jam (picu rasa buah eksotis).
    • Carbonic Maceration (adopsi dari teknik fermentasi anggur di Bordoux Perancis).
    • Double Fermentation (menghadirkan layering rasa jeruk + leci).

    Sidra vs Geisha: Pertarungan Raja vs Underdog

    ParameterSidraGeisha Panama
    Harga$100-$300/kg$500-$2000/kg
    “Wow Factor”Eksplosif! (markisa+lychee)Elegant (jasmine+peach)
    ROI Kompetisi12x juara WBrC (2019-2024)28x juara WBC
    KesulitanButuh presisi fermentasi & brewButuh budget besar

    Kenapa Sidra Menang di Hati Juri?

    “Geisha itu seperti Mozart — indah tapi bisa ditebak. Sidra seperti Jazz: liar, mengejutkan, dan tak terlupakan.”
    – Michał Kisło, Juara Poland Brewers Cup 2024


    Fun Facts yang Akan Membuat Anda Tercengang

    • 🧬 Misteri Genetik: 30% DNA Sidra masih belum teridentifikasi — diduga dari varietas Ethiopia langka!
    • 🏆 Sidra vs Geisha di Lelang: Sidra Finca Nuguo (Panama) terjual $300/kg — sementara Geisha termahal $30,000/kg.
    • Cold Brew Rahasia Juara: Sidra anaerobik + air kelapa muda = minuman juara WBrC Korea 2023!
    • 📉 Hanya 0.1% Produksi Global: Sidra langka sama dengan Geisha Panama!

    Cara Menikmati Sidra ala Juara Dunia

    1. Grind Size: Medium-fine (seperti garam laut).
    2. Water Temp: 92-93°C (jangan air mendidih!).
    3. Metode: V60 m (ekstrak nuansa floral tanpa bunuh acidity).
    4. Rasio: 1:16 (15g kopi : 240ml air) 4x tuang dibagi rata
    5. Pairing: Dark chocolate 70% atau croissant almond.

    ⚠️ Peringatan: Sidra untuk penyuka kopi “jelajah rasa” — ini kopi untuk petualang rasa!

    “Sidra mengingatkan kita bahwa kopi bukan sekadar minuman — ia adalah kanvas rasa tempat petani, ilmuwan, dan barista berkolaborasi menciptakan keajaiban.”


  • Kenapa Kamu Merasa Ada Vanila, Tapi Temanmu Tidak? JANGAN Salahkan Label Pada Kopi

    Bayangkan ini:

    Kamu dan seorang teman sedang mengikuti sesi cupping di roastery. Di depan kalian ada kopi natural Ethiopia yang harum sekali. Kamu menyeruput dan langsung menangkap aroma vanilla yang lembut di tengah rasa fruity. Temanmu? Dia mengernyit dan berkata,

    “Vanilla? Aku nggak cium itu. Yang aku rasakan malah kayak herbal.”

    Apakah dia “kurang peka”? Atau lidahnya belum terlatih?

    Ternyata, jawabannya bisa jadi jauh lebih menarik — dan ada hubungannya dengan gen di tubuh kita.

    Bau yang Sama, Otak yang Berbeda

    Setiap aroma kopi berasal dari molekul kimia spesifik — misalnya guaiacol yang memberi kesan vanilla-spicy, atau linalool yang memberikan aroma lavender-bergamot. Molekul ini masuk ke hidung kita dan menempel pada reseptor penciuman di dalam rongga hidung.

    Masalahnya, tidak semua reseptor diciptakan sama.

    Penelitian oleh Trimmer et al. (2019) menemukan bahwa varian gen yang berbeda pada reseptor ini dapat membuat seseorang sangat sensitif terhadap suatu aroma, sementara orang lain hampir tidak merasakannya.

    Gen yang Mengubah Rasa

    Contohnya, reseptor bernama OR10G9 bereaksi kuat terhadap guaiacol — molekul yang sering muncul di kopi hasil proses fermentasi tertentu. Kalau kamu memiliki varian OR10G9 yang “tajam”, vanilla akan terasa jelas. Tapi kalau varianmu kurang responsif? Vanilla itu mungkin hilang di antara aroma lainnya, dan kamu justru fokus ke rasa lain.

    Hal yang sama berlaku untuk linalool (lavender, bergamot), caproic acid (cheesy, waxy), atau fenchone (minty, fennel). Perbedaan genetik ini menciptakan peta rasa pribadi yang unik untuk setiap orang.

    Apa Artinya untuk Pecinta Kopi?

    1. Perbedaan bukan kesalahan.
      Kalau dua orang memberi deskripsi rasa yang berbeda, itu bukan berarti salah satunya salah. Mereka mungkin memang mencium dunia dengan cara yang berbeda.
    2. Flavor wheel itu panduan, bukan kebenaran mutlak.
      Roda rasa membantu kita berbicara bahasa yang sama, tapi kenyataannya lidah dan hidung kita tidak identik.
    3. Marketing kopi bisa lebih inklusif.
      Saat menulis tasting notes, deskripsi ganda (“vanilla / sweet spice”) memberi ruang bagi perbedaan persepsi.

    Jembatan Antara Sains dan Cangkir Kopi

    Pengetahuan ini membuat sesi cupping lebih seru. Alih-alih berdebat soal siapa yang benar, kita bisa mulai bertanya:

    “Aroma apa yang paling menonjol buat kamu?”

    dan belajar dari perbedaan itu.

    Kopi bukan hanya soal rasa di lidah, tapi juga tentang cerita di balik setiap molekul, setiap reseptor, dan setiap orang yang merasakannya.

    Kesimpulannya:

    Kalau temanmu tidak mencium vanilla yang kamu rasakan, itu bukan masalah latihan — itu adalah sains. Dan mungkin, justru di situlah keindahan kopi: satu biji, sejuta rasa, dan tak ada dua hidung yang benar-benar sama.

  • Manisnya Kopi Manual Brew Menggunakan Burger Brew Method

    Manisnya Kopi Manual Brew Menggunakan Burger Brew Method

    Ulasan Resep “Burger Brew”: Inovasi Seduh Berlapis untuk Cita Rasa Kompleks & Bersih

    (Dosis: 16g | Air: 250ml | Suhu: 90°C | Waktu: 2:30 menit)

    Konsep “Burger Brew”
    Terinspirasi struktur burger—dua lapisan grind size berbeda (halus + medium)—resep ini memanfaatkan dinamika layer ekstraksi. Lapisan bawah (13g medium) berperan sebagai “patty” penjaga kejelasan rasa, sementara lapisan atas (3g halus) menjadi “bun” yang mempercepat laju ekstraksi dan menambah kompleksitas. Tujuannya: rasa bersih, manis alami, aftertaste panjang, dan body penuh meski rasio air tinggi (1:16) tanpa terasa watery.


    Latar Belakang Ilmiah & Edukasi

    1. Mekanisme Dua Lapisan Grind Size

    • Lapisan Halus (3g):
      Luas permukaan besar → ekstraksi cepat di awal (fase “bloom” diperpanjang secara alami). Mengeluarkan acidity dan sweetness lebih awal, membentuk kualitas aroma lebih baik.
    • Lapisan Medium (13g):
      Ekstraksi bertahap → mencegah over-extraction pahit. Menjaga clarity dan menstabilkan aliran air, menghasilkan aftertaste bersih.

    2. Pouring Bertahap & Efek “Tiris”

    • Tiga Pulse Pouring:
    • Pertama (50ml): Membasahi lapisan halus → memicu degassing CO₂.
    • Kedua (100ml tambahan): Ekstraksi inti → gula karamel dan senyawa manis (dari lapisan medium) terdorong keluar.
    • Ketiga (100ml akhir): “balancing” (bypass extraction) → menyempurnakan keseimbangan mengurangi bitterness.
    • Menunggu Tiris:
      Mencegah channeling, memaksimalkan ekstraksi merata, dan mempertahankan suhu optimal di slurry.

    3. Rasio Panjang Tanpa Rasa Watery?

    • Dominasi Grind Medium: 81% biji medium → partikel lebih seragam mengurangi risiko over-extraction.
    • Suhu 90°C: Ekstraksi efisien sweetness (optimal pada 90–94°C).
    • Waktu 2:30: Ideal untuk rasio air tinggi → lapisan halus mempercepat ekstraksi awal, lapisan medium menahan pahit di akhir.

    Profil Rasa yang Diharapkan

    • Aroma: Floral/fruity (dari lapisan halus).
    • Body: Sedang, creamy (dari minyak biji medium).
    • Aftertaste: Panjang, bersih, dengan sweetness mirip gula tebu atau madu.
    • Kompleksitas: Asam cerah (lapisan halus) + karamel/nutty (lapisan medium).

    Mengapa “Burger Brew” Berbeda?

    • Kontrol Ekstraksi Berlapis: Fine grind “mencuri start” ekstraksi, medium grind jadi “penahan” di fase akhir.
    • Efisiensi Seduh: Rasio 1:16 biasanya berisiko watery, tapi lapisan ganda memertahankan body.
    • Kompatibel dengan Berbagai Biji: Cocok untuk single-origin asam tinggi (lapisan halus mengangkat acidity) atau biji fruity (lapisan medium menjaga sweetness).

    Catatan Penting:

    • Grind Consistency Krusial! Gunakan grinder presisi (mis: Baratza Encore) agar lapisan tidak tercampur.
    • Alternatif: Jika tanpa grinder, beli kopi dengan dua grind size terpisah.

    Step-by-Step Visual Brewing Guide

    1. Siapkan V60/Filter:  
       - Lapisan 1: 13g kopi medium (seperti pasir pantai).  
       - Lapisan 2: 3g kopi halus (seperti garam) di atasnya.  
    
    2. 1st Pour (50ml):  
       - Basahi merata lapisan halus. Tunggu TIRIS (≈30 detik).  
    
    3. 2nd Pour (ke 150ml):  
       - Aliran spiral pelan. Tunggu TIRIS (≈1 menit).  
    
    4. 3rd Pour (ke 250ml):  
       - Tuang melingkar dari dalam ke luar. Stop di 2:30!  
    
    5. Nikmati: Rasakan perpaduan "crisp" acidity + "lembut" manis!  

    Kesimpulan

    “Burger Brew” adalah eksperimen brilian yang memadukan sains ekstraksi dan seni penyajian. Dengan memanipulasi grind size secara bertahap, Anda mendapatkan kompleksitas gilingan halus seperti mokapot (dari fine grind) dan kejernihan filter coffee (dari medium grind) dalam satu cangkir. Challenge untuk Pemula: Jika aftertaste terlalu asam, kurangi fine grind jadi 2g. Jika kurang kompleks, naikkan ke 4g. Selamat mengeksplorasi “dunia baru” di gelas seduhan Anda!

    “Inovasi lahir dari keberanian mengacak template—seperti menyusupkan lapisan halus di antara butiran medium, lalu menertawakan hukum seduh konvensional.” ☕🔥


    Credits: Resep terinspirasi oleh teknik layered grinding pada kompetisi Brewers Cup (mis: peraih juara 2023, Carlos Medina), dimodifikasi untuk rumahan.

  • Luwak Liar? Dimana Posisinya Sekarang Ini?Kenapa Luwak Asli Unik?

    Kopi Luwak Arabika: Antara Mitologi, Mikroba, dan Masa Depan Fermentasi Kopi

    Pendahuluan: Ketika Kopi Lewat Perut Luwak

    Kopi luwak telah lama menjadi legenda dalam dunia kopi. Pernah dikenal sebagai salah satu kopi termahal, proses uniknya—di mana biji kopi dimakan, dicerna sebagian, lalu dikeluarkan bersama feses luwak—telah menarik perhatian pecinta kopi, peneliti, hingga pemerhati lingkungan.

    Namun, seiring meningkatnya kesadaran konsumen dan ilmu fermentasi mikroba, muncul pertanyaan penting:

    Apakah rasa kopi luwak memang luar biasa? Atau nilai jualnya hanya bersandar pada cerita eksotis?

    1. Asal Usul dan Karakter Kopi Luwak Arabika

    Apa Itu Kopi Luwak?

    Kopi luwak berasal dari buah kopi yang dimakan oleh luwak (Paradoxurus hermaphroditus), sejenis musang pemakan buah yang hidup di Asia Tenggara. Biji kopi tidak dicerna, namun mengalami fermentasi ringan selama berada di saluran pencernaan, lalu keluar bersama feses.

    Jenis: Arabika yang paling disukai

    Jenis arabika sering dipilih karena memberikan potensi rasa yang lebih kompleks dan elegan dibanding robusta.

    Karakter Rasa (Jika Diproses dengan Baik)

    • Body: Halus dan ringan
    • Acidity: Rendah hingga sedang
    • Flavor: Caramel, malt, aromatic wood, kadang ada floral dan cocoa
    • Aftertaste: Bersih, kadang floral atau woody

    Catatan penting: Rasa earthy yang sering diasosiasikan dengan kopi luwak sebetulnya bukan ciri khas—melainkan indikasi cacat pasca panen.

    2. Mikrobiologi: Peran Kluyveromyces dalam Fermentasi Luwak

    Fermentasi Mikroba, Bukan Sekadar Pencernaan

    Selama transit di usus luwak, biji kopi mengalami fermentasi mikroba alami. Salah satu mikroorganisme dominan yang teridentifikasi adalah Kluyveromyces marxianus — sejenis ragi yang mampu memfermentasi berbagai gula kompleks dan menghasilkan profil rasa bersih dan manis.

    Temuan Ilmiah:

    • Sumastuti et al. (2012): Mengidentifikasi dominasi Kluyveromyces dalam feses luwak liar
    • Masarudin et al. (2016): Menemukan peran K. marxianus dalam memecah senyawa kompleks mucilage
    • Tamang et al. (2016): Menyebut Kluyveromyces sebagai agen penting dalam fermentasi buah tropis

    Ragi ini menghasilkan enzim seperti pektinase, protease, dan lipase yang membantu pembentukan rasa sebelum proses roasting.

    3. Earthy dan Mouldy Bukanlah Karakteristik Ideal

    Rasa earthy atau tanah sering kali muncul karena:

    • Feses luwak dibiarkan terlalu lama di tanah
    • Kelembapan tinggi dan kontaminasi jamur
    • Pengeringan lambat atau pencucian tidak optimal

    Jika feses dipungut segar, dibersihkan dengan baik, dan dikeringkan secara higienis, kopi luwak justru bisa menunjukkan rasa yang bersih, manis, bahkan floral. Luwak disangrai gelap itu hanya untuk menutupi rasa Off / Defect , jika memang diproses benar rasa luwak sangatlah menarik.

    4. Masalah Etika: Antara Eksotisme dan Eksploitasi

    Praktik Penangkaran

    Tingginya permintaan mendorong produksi kopi luwak secara massal dengan cara menangkarkan luwak, yang:

    • Dipaksa makan kopi secara eksklusif
    • Dikurung dalam kandang kecil
    • Mengalami stres dan gangguan perilaku

    Reaksi Internasional

    Organisasi seperti PETA dan World Animal Protection telah menyuarakan kekhawatiran, dan media seperti BBC serta National Geographic mengungkap kondisi penangkaran yang buruk.

    Akibatnya, banyak produk “kopi luwak” di pasaran tidak dapat diverifikasi keasliannya, apalagi etikanya.

    5. Fermentasi Inovasi Tanpa Luwak

    Dengan memahami peran mikroba seperti Kluyveromyces, produsen kopi kini mulai:

    • Mengisolasi mikroba dari feses luwak liar
    • Melakukan fermentasi terkontrol untuk meniru efek “luwak”
    • Menghasilkan kopi dengan profil rasa serupa, tanpa melibatkan hewan

    Pendekatan ini lebih etis, ramah lingkungan, dan memungkinkan kontrol kualitas yang lebih konsisten.

    6. Apakah Bisa Dikenali Lewat Rasa?

    Pertanyaan yang sering muncul adalah:

    “Bisakah kopi luwak dikenali hanya dari rasa?”

    Jawabannya: tidak secara pasti.

    Ciri seperti body halus, keasaman rendah, dan rasa caramel juga dapat muncul dari proses natural, honey, atau fermentasi menggunakan ragi terpilih.

    Dalam blind cupping, kopi luwak tidak selalu menonjol dibanding kopi spesialti yang diproses secara presisi.

    Kesimpulan

    Kopi luwak arabika adalah fenomena kompleks — tidak hanya karena proses biologisnya, tapi juga karena tantangan etika dan peluang inovasi fermentasi.

    Ketika mikroba seperti Kluyveromyces diberi peran utama, kita bisa menciptakan kopi luar biasa tanpa eksploitasi hewan.

    Referensi

    1. Sumastuti D., et al. (2012). Identification of Microorganisms in Civet Feces from Wild Kopi Luwak. Jurnal Mikrobiologi Indonesia
    2. Masarudin M.J., et al. (2016). Microbiological Profile of Luwak Coffee Fermentation. Asian Food Journal
    3. Tamang J.P., et al. (2016). Fermented Foods and Beverages of the World
    4. World Animal Protection Report. The Cruelty Behind Your Kopi Luwak Cup
    5. PETA. The Bitter Truth Behind Civet Coffee
  • Kopi Fermentasi Dengan Ragi Soju? Bagaimana Rasanya? dan Kenapa?

    Tidak banyak yang tau, bahwa kopi merupakan produk fermentasi. Kita bisa memanfaatkan ragi yang ada di market untuk diaplikasikan pada fermentasi buah kopi, lantas apa itu Kopi Fermentasi Soju?

    Proses fermentasi yang terkontrol dan menggunakan ragi Noruk (Nuruk)—ragi yang biasa digunakan dalam pembuatan soju, makgeolli, atau fermentasi tradisional Korea—paska panen modern yang bisa memberikan hasil rasa yang sangat menarik, meski kompleks.

    ada yang sudah pernah coba?

    Noruk adalah starter culture tradisional Korea yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme:
    • Ragi (yeast) seperti Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces bayanus.
    • Lactobacillus dan lactic acid bacteria.
    • Aspergillus oryzae dan enzim pemecah pati.
    • Actinomycetes dan jamur/jamur mikroba lain.

    Jadi, ini bukan ragi murni, tapi lebih seperti komunitas mikroba kompleks

    Apa efeknya ke fermentasi Buah Kopi?

    Potensi:

    Rasa fruity yang complex
    Bisa menghasilkan kemungkinan karakter rasa baru: sake-like mungkin kalau di Indo rasanya mendekati Brem, tropical fruits, fermented fruity/ winey, atau sedikit umami.

    Body? untuk noruk yeast dia menghasilkan asam amino dan gula yang complex yang mana dapat menambahkan weight di body dan mouthfeel .

    Aromatik? tentu dengan bantuan noruk , kopi akan mengarah ke fruity aromatik, muncul sedikit wangi fermented miso umami yang dikombinasikan dengan fermented fruits.

    Bagaimana mengeluarkan potensi rasanya/ cara menyeduhnya?

    1. kendalikan agitasi
    2. ⁠menurunkan resiko kemungkinan over ekstrak ( grindsetting)
    3. ⁠coba optimalkan sweetness dan clarity

    jika kalian suka menggunkan cone dripper bisa gunakan resep 1 bloom, 2 pour

    supaya memberikan kompleksitas pada rasa dan menghindari rasa kopi terlalu rigid

    ratio : 1:17
    grindisize : k ultra 8
    temp: 88-89c

    kalian bisa bagi kopi menjadi 3 bagian pour
    1/3:1/3:1/3

    total brew time 2:30

    Enjoy nikmatnya kopi process soju!

  • Flow Rate! Tuang Cepat vs Tuang Lambat?

    The Science of Flow Rate: How Pour Speed Transforms Your Coffee

    Flow rate (kecepatan aliran air) adalah faktor kritis dalam seduhan pour-over, salah satu parameter yang rumit sama dengan grind size, distribusi air, dan waktu ekstraksi. Berikut analisis mendalam berdasarkan prinsip fisika dan kimia ekstraksi kopi:


    1. Flow Rate Rendah (Slow Pour): Precision & Clarity

    • Target: Clarity, Bright Acidity, Light Body.
    • Mekanisme:
    • Ekstraksi Lebih Merata: Aliran lambat memberi waktu air “kontak” lebih intim dengan partikel kopi, proses ini melarutkan senyawa (gula, asam organik) secara bertahap. Riset Specialty Coffee Association (SCA) menunjukkan ekstraksi rendah-agitasi rendah cenderung minimisasi channeling.
    • Agitasi Terkendali: Turbulensi minimal mengurangi ekstraksi senyawa pahit (alkaloid) dari migrasi partikel halus (fines). Studi Barista Hustle membuktikan agitasi rendah menghasilkan profil rasa lebih “bersih”.
    • Minim Clogging: Pada grind size sedang-halus, aliran lambat mencegah fines menyumbat filter (efek bed compaction).
    • Risiko: Under-extraction jika grind terlalu kasar atau waktu seduh pendek → rasa sour, kurang kompleks.

    2. Flow Rate Tinggi (Fast Pour): Intensity & Sweetness

    • Target: Sweetness, Body Bold, Rasa Intens.
    • Mekanisme:
    • Agitasi Tinggi → Ekstraksi Efisien: Aliran deras menciptakan turbulensi tinggi, memaksa air menembus sel kopi lebih dalam. Penelitian UC Davis Coffee Center membuktikan agitasi optimal meningkatkan yield gula karamel & fruity notes.
    • Body Lebih Penuh: Partikel tersuspensi lebih lama (TDS lebih tinggi). Teori Michael Symes (The Coffee Brewing Handbook) menyatakan aliran cepat di fase-fase awal bisa meningkatkan ekstraksi lipid (membentuk body) untuk mouthfeel creamy.
    • Push Sweetness: Dengan grind tepat, ekstraksi cepat “extract” gula sebelum senyawa pahit terekstrak berlebihi (prinsip selective extraction).
    • Risiko:
    • Channeling: Air cari jalan pintas → ekstraksi tidak merata (uneven extraction). Hasil: sebagian under (asam), sebagian over (pahit).
    • Muddy/Rasa “Kotor”: Jika fines teraduk berlebihan, senyawa polifenol pahit terekstrak berlebihan (dokumen Socratic Coffee).

    3. Interaksi Flow Rate dengan Variabel Lain (Riset Terkini)

    VariabelPengaruh pada Flow RateDampak Seduhan
    Grind SizeHalus + flow tinggi = risiko channeling ↑Pahit, astringen
    Kasar + flow rendah = under-extraction ↑Asam, flat
    Distribusi AirGooseneck → kontrol presisi aliranEkstraksi merata
    TemperaturSuhu tinggi + flow rendah Rasa “balance”

    Teori Penting:

    • Prinsip Rao Spin (Scott Rao): Aliran lambat di awal (bloom) + agitasi tinggi di tengah = optimasi ekstraksi gula & asam.
    • Hukum Darcy’s Law (Hidrodinamika): Flow rate berbanding lurus dengan tekanan & luas permukaan kopi. Artinya: grind halus butuh flow lebih lambat untuk hindari clogging.

    4. Strategi Multi-Speed Pour (Berdasar Teori)

    Contoh: Resep multispeed

    (45ml slow → 85ml fast → 80ml slow):


    Brew Recipe

    ParameterValueRasional Sains
    Dosis12g bijisingle dose untuk dripper kapasitas 01
    Yield210mlRasio tinggi (1:17.5) → amplifikasi complexity
    Suhu Air90°CEkstraksi sweetness fruity tanpa over bitterness
    Grind SizeMavo phantox 7.5Medium
    Brew Time2:20-2:30Rentang ideal hindari under/over
    Alat KrusialGooseneck KettleKontrol flow rate presisi (±0.5g/detik)

    II. PROSEDUR SEDUHAN (3-PHASE POUR)

    Total Tahap : 3 pours
    Agitasi : Low → High → Low

    PhaseVolumeFlow RateWaktuTeknik PouringTujuan Sains
    1. Bloom45mlSlow (3g/dtk)0:00-1:00Gerakan melingkar halus◉ Degassing CO₂ sempurna (cegah channeling)
    ◉ Basahi merata (even bed)
    2. Agitasi+85mlAggressive (8g/dtk)1:00-1:30Pusatkan aliran, tinggi 15 cm◉ Turbulensi tinggi → ekstraksi sweetness& acidity
    3. Refine+80mlSlow (4g/dtk)1:30-2:20Gerakan luar→dalam◉ Minimalkan agitasi → hindari ekstraksi pahit
    ◉ Stabilkan body

    Catatan Timing:

    • Bloom 60 detik → wajib tunggu full bed collapse (tak ada gelembung).
    • Phase 2 hanya 30 detik → tuang cepat tapi presisi (jangan banjiri filter!).

    Tips Eksperimen Flow Rate dari Sains:

    1. Alat Wajib: Gooseneck kettle (kontrol flow 3-6g/detik). Ukur flow dengan timbangan, timbangan modern sekarang sudah dibekali atribut yang menunjukan kecepatan brewing,seperti merek timbangan difluid.
    2. Grind Size Adjustment:
    • Flow terlalu cepat & rasa asam? → Haluskan grind.
    • Flow lambat & rasa pahit? → Kasarankan grind.
    1. Sequencing Pour:
    • Sweetness Focus: Fast flow di fase tengah (seperti resep diatas).
    • Clarity Focus: Slow flow konsisten + gooseneck presisi.
    1. Metric Kunci: Total Brew Time (2:00-3:00 untuk 12-15g) + TDS (target 1.15-1.45%).

    Kesimpulan Riset: Flow rate bukan cuma “cepat/lambat”, tapi strategi manipulasi energi kinetik air untuk kontrol ekstraksi. Kombinasi multi-speed (seperti resep diatas)

  • Semua Tentang Agitasi! Stir,Swirl,Control Flow,Pouring Technic!

    Agitasi dalam Seduhan Pour-Over: Seni Mengontrol Ekstraksi dengan Stir, Swirl, dan Teknik Tuang

    Mungkin resep bisa sama tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian, agitasi adalah konsep kritis yang jarang dibahas. Agitasi bukan sekadar “mengaduk,” melainkan seni menggerakkan air dan bubuk kopi secara terkontrol untuk mencapai ekstraksi yang optimal. Stir, swirl, tinggi-rendahnya tuangan, dan kecepatan aliran ketel—semuanya adalah alat agitasi. Mari kupas tuntas hubungannya!


    Apa Itu Agitasi & Mengapa Ia Penting?

    Agitasi adalah segala bentuk gerakan yang mendistribusikan air, menyentuh partikel kopi, dan memfasilitasi pelarutan senyawa (gula, asam, minyak, kafein) dari bubuk kopi ke dalam air.

    Efek Utama Agitasi:

    1. Meningkatkan Kontak Air-Kopi: Memastikan semua partikel terbasahi merata, mengurangi “channeling” (aliran air hanya lewat celah tertentu).
    2. Mempercepat/Mengatur Ekstraksi: Gerakan mempercepat transfer massa senyawa larut.
    3. Mengontrol Suhu Seduhan: Mengaduk membantu menjaga air dapat terdistribusi secara merata di seluruh slurry (campuran air-kopi).
    4. Mengatur Konsistensi Sedimen: Mempengaruhi bagaimana perpindahan bubuk kopi halus / fines mengendap di dasar filter.

    Dilema Utama: Agitasi Berlebihan vs. Kurang Agitasi

    • Terlalu Banyak Agitasi: Risiko over-extraction (rasa pahit, kering, astringent), gangguan pada “bed” kopi (membuat lubang/channel), atau bahkan penyumbatan filter / clogging oleh partikel halus.
    • Terlalu Sedikit Agitasi: Risiko under-extraction (rasa asam tajam, kurang body, flat tidak ada layer taste), ekstraksi tidak merata, munculnya “dry spots” (area bubuk kering).

    Alat & Teknik Agitasi: Konsep dan Relasinya

    Setiap metode agitasi bekerja dengan mekanisme berbeda dan cocok untuk tujuan berbeda.

    1. Stir (Mengaduk dengan Sendok/Stirrer)

    • Konsep Agitasi: Agitasi mekanis langsung, intens, dan terfokus. Menciptakan turbulensi tinggi secara lokal.
    • Cara Kerja: Menggunakan sendok atau stirrer kayu/logam tipis untuk mengaduk slurry secara manual.
    • Kapan Digunakan?
      • Bloom Phase: Memastikan semua bubuk kopi terbasahi sempurna, terutama pada kopi giling halus (semakin halus semakin lama perataan air ke seluruh bagian kopi) atau kopi “degassy” (baru sangrai).
      • Memecah Crust: Proses ini sering dilakukan saat metode seduh imersi. Setelah tuangan awal, kopi membentuk kerak (“crust”); mengaduk membantu bubuk kasar kopi tenggelam kebawah.
      • Mengatasi Sedimen Statis: sering sekali terlihat bubuk kopi yang halus menjadi menggumpal, dengan menggunakan sendok dapat memecah efek statis dari bubuk kopi.
    • Keuntungan: Sangat efektif untuk ekstraksi cepat, memastikan semua partikel tersentuh air.
    • Risiko: Mudah menyebabkan over-agitasi jika dilakukan kasar/berlebihan. Dapat merusak struktur bed kopi dan meningkatkan risiko fines bermigrasi ke bawah dan menyumbat filter.

    2. Swirl (Memutar Gelas/Chemex/V60)

    • Konsep Agitasi: Agitasi lembut, menyeluruh, dan berbasis gravitasi. Menciptakan turbulensi ringan yang mengangkat partikel secara merata.
    • Cara Kerja: Memegang alat seduh (V60, Kalita) dan memutarnya secara horisontal dengan gerakan melingkar lembut.
    • Kapan Digunakan?
      • Setelah Bloom/Tuangan: Untuk meratakan bed kopi, membasahi bubuk yang belum tersentuh, dan membantu drainase.
      • Menjaga Temperatur: Membantu distribusi panas merata.
      • Alternatif Stirring: Untuk agitasi yang lebih terkontrol dan rendah risiko.
    • Keuntungan: Lebih lembut pada bed kopi, mengurangi risiko channeling dan penyumbatan. Efektif meratakan bed.
    • Risiko: Kurang efektif untuk kopi yang sangat sulit terbasahi (misal, kopi bubuk yang sangat halus). Swirling yang terlalu kuat bisa mirip efek stirring kasar.
    • Relasi ke Agitasi: Agitasi merata dan moderat. Mengandalkan gaya sentrifugal untuk distribusi tanpa kontak fisik langsung.

    3. Tinggi-Rendahnya Tuangan (Pour Height)

    • Konsep Agitasi: Mengontrol energi kinetik air saat menyentuh bed kopi.
    • Mekanisme:
      • Tuangan Tinggi (High Pour):
        • Air memiliki energi kinetik tinggi saat jatuh.
        • Menciptakan turbulensi tinggi saat menghantam bed kopi.
        • Efek Agitasi: Sangat kuat, menembus bed kopi dalam-dalam, mengangkat partikel. Cocok untuk fase awal atau saat butuh ekstraksi kuat. Risiko: Mudah menyebabkan channeling dan mengganggu struktur bed.
      • Tuangan Rendah (Low Pour):
        • Air memiliki energi kinetik rendah.
        • Menyentuh bed kopi dengan lembut.
        • Efek Agitasi: Minimal, lebih untuk “mengisi” slurry tanpa banyak mengganggu bed. Cocok untuk fase akhir atau kopi giling halus/roast gelap yang mudah over-extract. Risiko: Under-ekstraksi jika digunakan di fase utama.
    • Relasi ke Agitasi: Mengontrol intensitas dampak awal air terhadap bed kopi. Tuang tinggi = agitasi besar; tuang rendah = agitasi rendah.

    4. Kecepatan Aliran Ketel (Flow Rate)

    • Konsep Agitasi: Mengontrol volume dan tekanan air yang kontinu pada bed kopi.
    • Mekanisme:
      • Aliran Cepat (Fast Flow):
        • Volume air besar dalam waktu singkat.
        • Menciptakan tekanan hidrostatik lebih tinggi di atas bed kopi.
        • Efek Agitasi: Mendorong air lebih kuat melalui bed, meningkatkan turbulensi, berpotensi “menggali” lubang jika tidak hati-hati. Cocok untuk kopi giling kasar atau fase awal yang butuh pembasahan cepat.
      • Aliran Lambat (Slow Flow):
        • Volume air terkontrol dan stabil.
        • Menciptakan tekanan lebih rendah, memungkinkan air meresap lebih merata.
        • Efek Agitasi: Lebih terkontrol, mengurangi turbulensi, meminimalkan gangguan pada bed. Cocok untuk kopi giling halus, roast ringan, fase akhir, atau untuk presisi ekstraksi.
    • Relasi ke Agitasi: Mengatur tekanan dan volume kontinu yang mempertahankan/mengubah kondisi slurry. Aliran cepat = agitasi tinggi; aliran lambat = agitasi rendah.

    Strategi Menggabungkan Teknik Agitasi untuk Seduhan Sempurna

    Tidak ada satu teknik yang selalu benar. Kombinasi adalah kunci. Berikut contoh alur berdasarkan tujuan:

    Skema untuk Roast Ringan & Asam Lebih Fokus:

    1. Bloom: Tuang rendah, aliran lambat, lalu stir ringan untuk basah merata.
    2. Tuangan Utama (Pulse): Tuang tinggi + aliran sedang-cepat (agitasi kuat) untuk ekstraksi pembentukan awal acidity and sweetness. Swirl lembut setelah setiap pulse.
    3. Tuangan Akhir: Tuang rendah + aliran lambat (agitasi minimal) untuk menghindari ekstraksi pahit berlebihan.

    Skema untuk Roast Gelap & Full Bodied:

    1. Bloom: Tuang rendah, aliran lambat, lalu swirl saja (hindari stir berlebihan).
    2. Tuangan Utama: Tuang sedang + aliran lambat-sedang (agitasi moderat). Swirl setelah tuangan utama.
    3. Hindari tuang tinggi/cepat yang berisiko ekstrak pahit berlebihan.

    Skema untuk Konsistensi Maksimal (Competition Style):

    1. Bloom: Tuang tinggi + aliran cepat untuk basah eksplosif, lalu stir presisi 3-5 putaran.
    2. Tuangan Utama (Single Pour): Tuang tinggi + aliran sangat terkontrol (gooseneck ketel). Pertahankan ketinggian & aliran konstan.
    3. Finishing: Swirl kuat saat slurry hampir habis untuk meratakan bed dan memastikan drainase bersih.

    Tips Praktis & Diagnosa Masalah Melalui Agitasi

    • Rasa Terlalu Pahit/Kering? Kurangi agitasi!
      • Ganti stir dengan swirl.
      • Turunkan ketinggian tuang.
      • Perlambat aliran ketel.
      • Hindari stirring fase akhir.
    • Rasa Terlalu Asam/Kurang Kompleks? Tingkatkan agitasi!
      • Tambah stir ringan saat bloom.
      • Naikkan ketinggian tuang fase utama.
      • Coba aliran sedikit lebih cepat.
      • Pastikan basah merata di awal.
    • Waktu Seduhan Terlalu Cepat? Tingkatkan resistensi bed!
      • Giling sedikit lebih halus (hati-hati!).
      • Swirl lebih sering untuk meratakan bed & menghindari channeling.
      • Tuang lebih rendah & lambat untuk mempertahankan slurry lebih lama.
    • Waktu Seduhan Terlalu Lama/Penyumbatan? Kurangi turbulensi & fines!
      • Hindari stir berlebihan (terutama di akhir).
      • Gunakan swirl lembut.
      • Tuang lebih tinggi (tapi aliran lambat) untuk mengurangi tekanan.
      • Pertimbangkan grinder yang menghasilkan lebih sedikit fines.

    Kesimpulan: Agitasi adalah Bahasa Tubuh dalam Seduhan

    Memahami stir, swirl, tinggi-rendah tuang, dan aliran air bukanlah sekadar teknik, melainkan cara Anda “berbicara” dengan bubuk kopi. Setiap gerakan adalah perintah: “Ekstrak lebih!” atau “Berhenti sejenak!”. Bak kita mengendalikan mobil ada saatnya akselerasi, kontrol dan rem!

    Kunci suksesnya adalah eksperimen:

    1. Amati slurry dan aliran air.
    2. Rasakan hasilnya di cangkir.
    3. Sesuaikan teknik agitasi berdasarkan rasa dan proses.

    Dengan menguasai bahasan agitasi ini, Anda tak hanya membuat kopi yang lebih enak, Selamat bereksperimen! ☕️

  • Susu Kenal Manis dan Susu Evaporasi, Kenapa Banyak Dipakai di Resep Kopi Susu Asia?Rahasianya?

    Bagi para pecinta kopi susu, dua kaleng kecil ini pasti sering menghiasi dapur: Krimer Kental Manis (KKM) / susu kental manis SKM dan Susu Evaporasi. Sekilas mirip, tapi sejatinya mereka berbeda jauh! Bingung membedakan dan penggunaannya? Mari kita bahas, lengkap dengan sejarah, budaya!

    Dua Bahan, Dua Karakter: Mengenal Perbedaan Mendasar

    1. Susu Evaporasi:
      • Apa Itu? Ini adalah susu sapi segar yang sekitar 60% kadar airnya diuapkan melalui proses pemanasan. Tidak ada penambahan gula.
      • Tekstur & Warna: Lebih kental dari susu segar tapi lebih encer dari KKM. Warnanya krem pucat, mirip susu tapi sedikit lebih pekat.
      • Rasa: Gurih, creamy, dengan rasa susu sapi yang lebih terkonsentrasi. Tidak manis secara alami (kecuali varian “sweetened” yang jarang).
      • Kandungan: Protein susu, lemak susu, kalsium, vitamin. Lebih dekat ke profil nutrisi susu asli, hanya lebih pekat.
      • Kegunaan Utama: Memberikan rasa gurih (umami) dan creamy yang kaya pada masakan dan minuman. Membuat tekstur lebih lembut tanpa mendominasi rasa manis. Biasa digunakan dalam kari, saus (seperti saus carbonara), dessert (puding, pie), dan tentu saja, kopi/kopi susu untuk menambah body dan creamyness alami.
    2. Krimer Kental Manis (KKM – seperti Frisian Flag, Bendera, dll):
      • Apa Itu? Ini bukan susu murni. Terbuat dari gula (sekitar 40-50%!), minyak nabati (seperti kelapa sawit), dan bahan padat susu (biasanya susu skim bubuk) yang diemulsikan.
      • Tekstur & Warna: Sangat kental, lengket, dan pekat. Warnanya putih pucat atau krem.
      • Rasa: Sangat manis! Rasa susunya lebih ringan atau bahkan tertutup manisnya. Memiliki karakter rasa yang unik.
      • Kandungan: Gula sangat tinggi, lemak nabati, sedikit protein/kalsium. Lebih mirip “creamer” manis.
      • Kegunaan Utama: Memberikan manis yang intens dan tekstur kental serta creamy pada minuman dan makanan. Sangat populer di kopi/kopi susu, teh tarik, dessert (es campur, kue), dan isian roti untuk rasa manis yang khas.

    Kenapa Sering Dicampur? Rahasia di Balik Kenikmatan Kopi Susu

    Inilah triknya! Pencampuran KKM dan Susu Evaporasi dalam kopi susu (terutama di warung kopi tradisional atau gaya Vietnam) bukanlah kebetulan, melainkan strategi untuk mendapatkan “best of both worlds”:

    1. Manis Optimal: KKM menyediakan dasar manis yang kuat dan kental.
    2. Creamy & Gurih Seimbang: Susu Evaporasi menambahkan rasa gurih (umami) dan creamy alami susu yang melengkapi, melembutkan, dan menyeimbangkan rasa manis KKM yang kadang bisa “tajam”.
    3. Tekstur Sempurna: Kombinasi menghasilkan tekstur yang sangat kaya, lembut, dan menyelimuti lidah – lebih pekat dari susu biasa, lebih kompleks dari hanya KKM.
    4. Kestabilan: Keduanya awet disimpan dalam kemasan kaleng, praktis untuk penggunaan harian di kedai kopi.
    5. Rasa Khas: Campuran ini menciptakan profil rasa yang unik dan sangat disukai – manis tapi tidak sekedar gula, creamy dengan depth rasa susu. Ini menjadi ciri khas kopi susu Indonesia dan Vietnam.

    Melacak Jejak: Sejarah Singkat & Budaya

    • Susu Evaporasi: Lahir dari Kebutuhan Praktis
      • Ditemukan oleh Gail Borden Jr. di AS pada pertengahan abad ke-19. Tujuannya: mengawetkan susu sebelum era kulkas dan pasteurisasi modern.
      • Proses penguapan air dan sterilisasi dalam kaleng membuatnya tahan lama berbulan-bulan, sangat vital untuk pasokan susu pelaut, tentara, dan daerah terpencil.
      • Masuk ke Asia (termasuk Indonesia) melalui kolonialisme dan perdagangan, menjadi bahan populer terutama saat susu segar sulit atau mahal.
    • Krimer Kental Manis: Inovasi Industri & Adaptasi Lokal
      • Berkembang lebih belakangan, sekitar awal hingga pertengahan abad ke-20, seiring kemajuan teknologi pangan dan emulsifikasi.
      • Awalnya mungkin sebagai alternatif susu kental manis (SKM) yang lebih ekonomis (karena menggunakan minyak nabati dan bukan lemak susu penuh).
      • Menjadi sangat populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Filipina, Thailand, dan terutama Vietnam. Di Vietnam, kombinasi KKM + Susu Evaporasi menjadi jantung dari “Cà Phê Sữa Đá” (Kopi Susu Vietnam Es) yang legendaris, berkembang pesat terutama setelah perang ketika susu segar langka.
      • Di Indonesia, KKM menjadi bahan wajib di warung kopi “tradisional” dan gerobak kaki lima untuk membuat kopi susu yang manis, kental, dan terjangkau. Rasa manisnya yang kuat sangat sesuai dengan selera lokal.

    Tips Nikmat Ngopi dengan KKM & Susu Evaporasi

    1. Rasio Emas: Mulai dengan rasio 1:1 KKM dan Susu Evaporasi. Sesuaikan selanjutnya: lebih banyak KKM untuk lebih manis, lebih banyak Susu Evaporasi untuk lebih gurih/creamy. Untuk 1 gelas, coba 1-2 sdm KKM + 1-2 sdm Susu Evaporasi.
    2. Aduk Dahulu! Tuang KKM dan Susu Evaporasi ke dalam gelas sebelum menuang kopi panas. Ini membantu mereka meleleh dan tercampur sempurna. Untuk kopi es, bisa langsung diaduk dengan es.
    3. Kocok Kaleng: Pastikan mengocok kaleng KKM/Susu Evaporasi sebelum dibuka, terutama jika disimpan lama, untuk mencampurkan bagian yang mungkin terpisah.
    4. Simpan Sisa dengan Benar: Pindahkan sisa KKM/Susu Evaporasi ke wadah kedap udara kaca/plastik, simpan di kulkas. Gunakan dalam 3-5 hari. Susu Evaporasi bisa dibekukan dalam ice cube tray untuk penggunaan kopi es!
    5. Eksperimen Rasa: Campurkan dengan gula aren/gula jawa cair untuk dimensi karamel yang dalam. Taburkan bubuk kayu manis atau vanilla extract sedikit di atasnya.
    6. Pilihan “Lebih Sehat”: Gunakan lebih banyak Susu Evaporasi dan kurangi KKM, tambahkan sedikit gula aren jika perlu. Susu Evaporasi memberikan creamyness dan gurih dengan gula lebih sedikit dibanding KKM.
    7. Peringatan Penting: Ingatlah bahwa KKM sangat tinggi gula dan lemak (terutama lemak jenuh dari minyak nabati). Nikmati secukupnya sebagai treat, bukan minuman sehari-hari jika memperhatikan asupan gula/kalori. Susu Evaporasi lebih rendah gula (tanpa tambahan) tapi masih mengandung lemak susu alami.

    Kesimpulan: Duet Legendaris Pencipta Kenikmatan

    Krimer Kental Manis dan Susu Evaporasi adalah duo unik yang sejarahnya terikat dengan kebutuhan praktis dan inovasi pangan. Meski berbeda jauh – yang satu pemberi manis dan tubuh, yang satu pemberi gurih dan creamy – justru kolaborasi merekalah yang menciptakan sensasi kopi susu yang begitu dicintai, terutama di Asia Tenggara. Mereka mewakili budaya ngopi yang praktis, terjangkau, dan penuh rasa.

    Jadi, lain kali Anda menikmati segelas kopi susu kental nan manis, ingatlah perjalanan panjang kedua bahan kecil dalam kaleng itu – dari penemuan untuk mengawetkan susu, adaptasi di tengah keterbatasan, hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual ngopi kita yang hangat (atau dingin) dan memuaskan. Selamat menikmati, dan jangan ragu bereksperimen dengan rasio favorit Anda!

  • Kopi Kompetisi Las Flores Lavender and Grape

    Kopi Spesialti LAS FLORES CHIROSO – Asal Huila, Kolombia (Panen 2023) | Single Origin | Floral & Fruity

    Las Flores Chiroso adalah biji kopi langka yang saya purchased taun 2023 disaat taun ini banyak sekali kompetitor barista dan brewers banyak berlomba menggunakan kopi dari farm las flores, saya vacuum sealed di freezer greenbean dan baru saya fresh roast di 2025 ini.

    kopinya dari dataran tinggi Huila, Kolombia, hasil panen tahun 2023. Ditanam di ketinggian 1.700–1.900 mdpl, varietas Chiroso ini diproses secara natural thermal shocked . kopi ini memukau dengan aroma floral yang elegan dan kompleksitas rasa buah tropis yang mengingatkanku akan bublegum,grape candy,floral, hints lychee.

    Limited Edition!

    Bagaiamana cara saya seduh?

    Berikut adalah brew recipe untuk kopi Lavender & Grape menggunakan Hario Switch dengan pendekatan yang menonjolkan karakter floral dan candy-like secara maksimal:

    Brew Recipe – Lavender & Grape Las Flores Chiroso

    Metode: Hario Switch

    Dose: 12.5g

    Air: 215ml

    Tds : 0-50 ppm

    Suhu Air: 88°C

    Grind Size: ZP6 No. 5 (medium)

    Total Brew Time: 3:00 – 3:15

    Langkah Penyeduhan

    1st Pour metode imersi

    • Waktu: 0:00
    • Volume: 45ml
    • Teknik: Tuang ke tengah, lalu swirl ringan
    • Valve: Biarkan tertutup selama 1 menit, lalu buka

    Membantu bloom dan ekstraksi awal rasa floral & candy-like, swirling membantu meratakan proses degassing agar the next extraction process dapat berjalan secara optimal.

    2nd Pour metode perkolasi

    • Waktu: 1:10 mulai tuang kopi dengan pelan
    • Sampai: 125ml total
    • Teknik: Tuang melingkar (circular pour)
    • Valve: Tetap terbuka

    Mengangkat profil acidity pada kopi, mempertajam grape like acidity, aromatik lavender dan body silky-nya

    3rd Pour metode imersi

    • Waktu: 2:00 mulai tuang secara perlahan
    • Sampai: 185ml total
    • Teknik: Tuang di tengah (centre pour)

    Tahap ini fokus pada agitasi yang pelan untuk control lajunya ekstraksi sehingga tidak terjadi Over Extract, dimana yang nantinya pembentukan kualitas grape candy sweetness dan tekstur yang lembut dapat terjaga kualitasnya.

    Last Pour

    • Waktu: 2:40 mulai tuang
    • Sampai: 215ml total
    • Teknik: Tuang di tengah

    Menutup dengan low agitasi untuk menciptakan rasa yang balance.

    Notes :

    • Disarankan diminum setelah 3–5 menit untuk rasa lebih jelas.
    • Cocok untuk disajikan dalam cangkir keramik agar aromanya terkonsentrasi, gelas kaca tipis untuk dapat extra crips pada acidity.
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop