Tag: kopi semarang

  • Konsep Seduh Juara 3 WBC Buang Kopi Seduhan Pertama

    Berikut artikel singkat dan menarik tentang konsep seduh Carlos Escobar di WBC 2025, berdasarkan resep dan pendekatan uniknya:

    🔍 

    Konsep Seduh Carlos Escobar di WBC 2025

    Di tengah gelombang resep seduh yang semakin kompleks, Carlos Escobar tampil dengan pendekatan yang justru sederhana namun sangat terstruktur. Resep yang ia gunakan pada WBC 2025 menarik perhatian bukan karena kerumitan tekniknya, tetapi karena pemilihan elemen-elemen penting yang saling mendukung secara harmonis, termasuk membuang sedikit hasil seduh.

    Resep Seduh Carlos Escobar

    • Brew Method: Switch 1:14
    • Total air: 200g
    • Total kopi : 14.5g
    • Brew Temperature : 90c
    • Water : 114ppm
    • Step 1 – Immersion:
      • 100g air
      • 1:00 menit imersi
    • Step 2 – Percolation:
      • 100g air
      • lama menuang air selama 0:20 detik secara perkolasi

    Sebuah resep dua langkah yang terlihat sederhana, namun menyimpan keseimbangan ekstraksi dan karakter cup yang sangat presisi.

    Menarik juga adalah membuang sedikit hasil seduhan yang mana mengurangi rasa asin pada hasil seduh

    Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Resep Ini?

    1.  Simplicity ≠ Basic

    Dengan hanya dua langkah — imersi dan perkolasi — Escobar menunjukkan bahwa struktur yang jelas bisa menggantikan kompleksitas teknik. Ini resep yang mudah ditiru oleh siapa pun, namun tetap menghadirkan cup yang complex.

    2. Minim Agitasi = Minim Risiko

    Dengan dua kali penuangan dan tanpa agitasi berlebih, risiko over-extraction hampir tidak ada. Namun, ini juga membuat resep ini rentan under-extraction jika brew ratio tidak dijaga.

    3. Brew Ratio sebagai Stabilizer

    Escobar memilih rasio 1:14, yang:

    • Menjaga agar rasa tidak watery meskipun metode seduh cenderung ringan
    • Memberi intensitas dan kejelasan di cup
    • Menyeimbangkan efek dari minimnya agitasi

    4.  Air: Mineral untuk Tekstur

    Yang paling menarik — air yang ia gunakan cukup heavy yang mana diperkaya mineral, khususnya tipe silica.

    Air ini:

    • Meningkatkan sweetness
    • Memberikan mouthfeel yang lebih tebal
    • Menambah heaviness tanpa mengorbankan clarity

    Air dengan tipe seperti ini sangat menunjang metode seduh dua langkah milik Escobar, karena mengisi kekosongan dari sisi body dan tekstur yang biasanya berkurang saat ekstraksi ringan.

    Kesimpulan

    Carlos Escobar mengajarkan bahwa:

    • Konsistensi dan kontrol bisa datang dari kesederhanaan
    • Resep tidak perlu rumit jika setiap elemen saling melengkapi
    • Air adalah senjata tersembunyi yang mampu mengubah arah hasil akhir seduhan

    Ada kopi rilisan terbaru kita yang menarik untuk dicoba 😁

  • Kopi Rasa Bolu Dari Kebun Kopi Tua di Enrekang

    SUPER WASH – Enrekang Bungin Nating (Old Tree) | Nanolot Limited

    Nanas Bolu Manis😁!

    Kopi ini berasal dari Bungin Nating, sebuah desa di dataran tinggi Enrekang, Sulawesi Selatan—wilayah yang telah lama dikenal dalam dunia kopi sebagai bagian dari Kalosi, sebuah nama legendaris yang hingga kini masih menjadi simbol kualitas dari kopi Sulawesi.

    Sejarah Singkat Kopi Enrekang & Kalosi

    Kopi pertama kali dibawa masuk ke Sulawesi Selatan pada abad ke-18 oleh penjajah Belanda. Dengan cepat, kopi menyatu dengan budaya agraris lokal, terutama di wilayah pegunungan yang memiliki tanah subur, iklim sejuk, dan ketinggian ideal untuk budidaya kopi arabika. Salah satu area paling ikonik adalah Kalosi, yang bukan hanya sebuah tempat, tapi juga sistem distribusi kopi pada masa itu. Nama “Kalosi” sendiri berasal dari stasiun distribusi kopi di Kecamatan Alla, Enrekang, yang menjadi pusat pengumpulan dan pengiriman kopi dari pegunungan sekitarnya ke pelabuhan besar.

    Karena itulah hingga kini, kopi dari Enrekang dan sekitarnya kerap dilabeli “Kalosi” sebagai jaminan mutu—menunjukkan bahwa kopi ini berasal dari daerah dengan ekosistem yang kaya dan petani yang berpengalaman secara turun-temurun.

    Tentang Enrekang SUPER WASH

    Kopi ini merupakan hasil panen nanolot terbatas dari pohon tua (old tree) yang tumbuh di ketinggian 1400–1600 mdpl. Diperlakukan secara khusus dengan metode Super Wash – double-phase fermentation, kopi ini memadukan fermentasi modern dengan bibit arabika kuno typica dan lini s 795, karakter alami biji kopi Enrekang yang kompleks dan manis dapat mudah kalian temukan disetiap sesapan.

    Saat cupping pertama kali, kopi ini langsung menonjol:

    • Aroma manis seperti bolu kukus yang baru matang
    • Acidity cerah dan bersih seperti nanas segar
    • Candy-like sweetness yang memberi kesan juicy dan menyenangkan
    • Finish lembut dan silky, menjadikan kopi ini cocok untuk diseduh dengan metode manual brew, khususnya filter.

    Profil Seduh Rekomendasi (Filter Brew):

    • Dose: 15 gram
    • Air: 235 ml
    • Suhu air: 90°C
    • Grind size: Medium

    Teknik Tuang:

    1. Tuangan pertama: 50 ml
    2. Tuangan kedua: hingga 130 ml
    3. Tuangan ketiga: hingga 200 ml
    4. Tuangan terakhir: perlahan di tengah hingga 235 ml

    Dengan teknik ini, hasil seduhan kamu akan memperlihatkan keunikan dari proses Super Wash—aroma yang intens namun bersih, rasa yang kompleks namun seimbang, dan aftertaste yang tahan lama.

    Kenapa Wajib Dicoba?

    Karena ini bukan sekadar kopi. Ini adalah cerminan dari warisan budaya, kerja keras petani lokal, serta hasil eksperimen pascapanen yang dilakukan dengan penuh presisi dan niat untuk membawa kopi Enrekang ke level yang lebih tinggi. Dalam setiap tegukan, Anda tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga cerita panjang dari pegunungan Sulawesi.

  • Alasan Kenapa Harga Kopi Semakin Mahal?

    Mengapa Harga Kopi Terus Meroket?

    Dalam beberapa tahun terakhir, harga kopi global melonjak tajam—baik Arabika maupun Robusta—menyentuh rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari level sebelum pandemi di bawah US $2–3 per kg, kini Arabika diperdagangkan pada ≈ US $8,62/kg, dan Robusta pada ≈ US $5,27/kg (Mei 2025). Lonjakan ini tidak terjadi tanpa sebab, melainkan perpaduan berbagai faktor fundamental, cuaca ekstrem, kebijakan, dan tren permintaan baru.


    1. Pasokan & Permintaan Global

    • Produksi vs. Konsumsi
      Dunia masih bergantung pada segelintir negara produsen besar—Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia—sementara permintaan terus tumbuh, terutama di pasar non-tradisional seperti China dan Asia.
    • Permintaan China
      Konsumsi “away-from-home” di China tumbuh 15 % YoY, dengan impor biji hijau melonjak tiga kali lipat dalam satu dekade, mendorong rata-rata harga Arabika ke level tinggi.

    2. Dampak Cuaca Ekstrem: Kasus Frost Brasil

    Pada akhir Juni–Juli 2021, frost hebat melanda Minas Gerais (Brazil), memusnahkan antara 5,5–9 juta karung kopi Arabika (330–540 ribu ton) dan mengurangi potensi panen 2022/23 hingga 2,7 juta karung. Kerusakan ini memicu lonjakan harga futures London & New York, mengoreksi ulang ekspektasi pasokan global.


    3. Biaya Produksi & Rantai Pasok

    • Input Pertanian: Harga pupuk dan upah tani menguat, menekan margin petani.
    • Logistik: Kenaikan tarif kontainer dan biaya bahan bakar, ditambah kemacetan pelabuhan, makin menambah beban biaya ekspor.

    4. Spekulasi & Finansialisasi Pasar

    Dana komoditas dan lembaga keuangan aktif memasuki pasar kopi—dengan futures, opsi, dan swap—memperlebar fluktuasi jangka pendek. Kurva futures untuk pengiriman 2026–2027 masih menunjukkan level USD 3,00–3,50 per lb (≈ US $6,60–7,70/kg) meski telah turun dari puncak 2024/25.


    5. Perbandingan Sebelum & Sesudah COVID-19

    Arabika (US $/kg)Robusta (US $/kg)
    Juni 2019≈ 2,33≈ 1,63
    Mei 2025≈ 8,62≈ 5,27
    Kenaikan~ 3,7×~ 3,2×

    Kenaikan 3–4 kali lipat ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan permintaan dipadu gangguan pasokan dan spekulasi.


    6. Outlook 2026

    Berdasarkan kurva futures ICE Arabika per Mei 2025, harga delivery pertengahan 2026 diperkirakan berada di kisaran 341–354 ¢/lb (US $3,00–3,50/lb), atau US $6,60–7,70/kg, menandakan sedikit pelunakan dari puncak namun masih relatif tinggi. Risiko cuaca ekstrem dan fluktuasi USD masih bisa memicu lonjakan tiba-tiba.


    Kesimpulan & Rekomendasi

    1. Diversifikasi Sumber: Roaster dan importir sebaiknya memperluas jaringan pasok.
    2. Hedging & Kontrak Jangka Panjang: Mengunci harga lewat forward contract dapat menahan volatilitas.
    3. Inovasi dan Specialty: Fokus pada direct trade dan specialty coffee, yang meski lebih mahal, menawarkan margin premium dan stabilitas pasokan.

    Dengan memahami gejolak permintaan (termasuk lonjakan di China), dampak cuaca, dan dinamika finansial, pelaku industri kopi dapat merumuskan strategi untuk menghadapi masa harga tinggi yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga pertengahan dekade.

  • Bagaimana Caranya Buat Kopimu Lebih Aromatik?

    Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik? Perkara Susah? Atau Gampang?

    Kopi yang aromatik tidak hanya bergantung pada jenis biji kopi, tetapi juga pada teknik penyeduhan, termasuk suhu air yang digunakan. Apakah kopi akan lebih aromatik jika diseduh dengan suhu lebih panas? Mari kita bahas berdasarkan penelitian.

    Pengaruh Suhu Air terhadap Aroma Kopi

    Aroma kopi berasal dari senyawa volatil (mudah menguap) yang terlepas selama penyeduhan. Suhu air memengaruhi ekstraksi senyawa-senyawa ini:

    1. Suhu Tinggi (90–96°C)
    • Ekstraksi lebih cepat dan intens, menghasilkan lebih banyak senyawa aromatik.
    • Namun, suhu terlalu tinggi (di atas 96°C) dapat menguapkan senyawa aromatik terlalu cepat dan mengekstrak senyawa pahit.
    1. Suhu Sedang (85–90°C)
    • Dianggap optimal oleh Specialty Coffee Association (SCA) untuk kebanyakan metode seduh.
    • Menghasilkan keseimbangan antara keasaman, manis, dan aroma.
    1. Suhu Rendah (di bawah 85°C)
    • Ekstraksi kurang optimal, menghasilkan kopi yang datar dan kurang aromatik.

    Studi Ilmiah tentang Suhu dan Aroma Kopi

    • Penelitian oleh Petracco (2005) dalam “Espresso Coffee: The Science of Quality” menyatakan bahwa suhu antara 90–96°C optimal untuk ekstraksi senyawa aromatik tanpa merusak rasa.
    • Studi oleh Wang & Lim (2021) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa suhu 92°C menghasilkan tingkat senyawa volatil (seperti furans dan pyrazines) yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada aroma kopi.
    • SCA (Specialty Coffee Association) merekomendasikan suhu 90–96°C untuk metode pour-over dan 93°C untuk espresso untuk hasil terbaik.

    Tips Menghasilkan Kopi yang Lebih Aromatik

    1. Gunakan Biji Kopi Segar dan Berkualitas

    • Pilih biji kopi single origin atau specialty grade dengan catatan rasa fruity atau floral.
    • Giling biji kopi segera sebelum diseduh untuk mempertahankan aroma.

    2. Gilingan yang Tepat

    • Untuk metode seduh seperti V60 atau Chemex, gunakan gilingan medium sampai medium fine.
    • Untuk French Press, gunakan gilingan kasar agar ekstraksi lebih bersih.

    3. Optimalkan Suhu Air

    • Gunakan termometer untuk memastikan suhu air 90–93°C.
    • Jika tidak ada termometer, diamkan air mendidih selama 30 detik sebelum menyeduh.

    4. Rasio Air dan Kopi yang Tepat

    • Gunakan rasio 1:15–1:17 (kopi:air) untuk metode manual brew.
    • Contoh: 15g kopi untuk 250ml air.

    5. Teknik Penyeduhan yang Konsisten

    • Bloom (Pre-infusion): Tuang air secukupnya (2x -3x berat kopi) dan biarkan 30 detik – 1 menit untuk melepaskan CO₂ dan memaksimalkan ekstraksi.
    • Pouring Bertahap: Tuang air secara perlahan dan merata untuk ekstraksi optimal.

    6. Gunakan Alat Seduh yang Tepat

    • Cone Dripper : Cocok untuk kopi dengan keasaman dan aroma tinggi.
    • Aeropress: Menghasilkan ekstraksi bersih dan aromatik.
    • Espresso Machine: Tekanan tinggi membantu ekstraksi senyawa aromatik lebih intens.

    Kesimpulan

    Kopi memang lebih aromatik jika diseduh dengan suhu yang lebih panas (90–96°C), tetapi tidak boleh terlalu panas agar tidak menghilangkan senyawa volatil penting. Dengan memilih biji berkualitas, menggiling segar, dan mengontrol suhu serta teknik penyeduhan, Anda bisa menikmati secangkir kopi dengan aroma yang jauh lebih kaya.

    Referensi

    1. Petracco, M. (2005). Espresso Coffee: The Science of Quality.
    2. Wang, X., & Lim, L. (2021). Impact of Brewing Temperature on Coffee Volatile Compounds. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
    3. Specialty Coffee Association (SCA). Water for Brewing Standards.

    Dengan menerapkan tips di atas, Anda bisa meningkatkan kualitas seduhan kopi dan menikmati aroma yang lebih memukau. Selamat mencoba! ☕

  • Beda Gelas Beda Rasa? Apakah Benar?

    Beda Gelas, Beda Rasa: Ilmu di Balik Desain Gelas Kopi

    Kopi yang sama terasa berbeda ketika disajikan dalam gelas yang berbeda? Ternyata, bukan sekadar perasaan—ilmu sensorik membuktikan bahwa desain dan material gelas dapat memengaruhi persepsi rasa kopi.

    1. Material Gelas dan Persepsi Rasa

    Material gelas memainkan peran penting dalam bagaimana kita merasakan kopi. Studi oleh Carvalho dan Spence (2018) menunjukkan bahwa bentuk dan material cangkir dapat memengaruhi aroma, rasa, dan penilaian keseluruhan terhadap kopi spesialti.

    • Gelas Kaca: Gelas kaca, terutama yang berlapis ganda, cenderung mempertahankan suhu kopi lebih lama dan tidak menyerap rasa atau aroma, sehingga memberikan pengalaman rasa yang lebih murni.
    • Keramik: Cangkir keramik dapat menahan panas dengan baik, namun ketebalan dan warna keramik dapat memengaruhi persepsi rasa. Misalnya, warna cangkir dapat memengaruhi persepsi manis atau pahitnya kopi.

    2. Bentuk dan Ketebalan Rim Gelas

    Ketebalan dan bentuk rim (bibir) gelas juga memengaruhi bagaimana kopi masuk ke mulut dan menyentuh lidah, yang pada gilirannya memengaruhi persepsi rasa.

    • Rim Tipis: Gelas dengan rim tipis memungkinkan aliran kopi yang lebih langsung ke lidah, menonjolkan keasaman dan rasa yang lebih cerah.
    • Rim Tebal: Sebaliknya, rim yang lebih tebal dapat mendistribusikan kopi secara berbeda di mulut, mungkin mengurangi intensitas rasa tertentu.

    Sebuah studi terbaru dalam Applied Food Research menemukan bahwa material dan kelembutan rim cangkir dapat memengaruhi persepsi rasa dan suhu minuman. Rim yang keras dan dingin, seperti logam atau kaca, dapat membuat minuman terasa lebih dingin dan memengaruhi persepsi rasa secara keseluruhan.

    3. Bentuk Gelas dan Aroma

    Bentuk gelas juga berperan dalam menangkap dan mengarahkan aroma kopi ke hidung kita. Gelas dengan bentuk tulip, misalnya, dapat memusatkan aroma di bagian atas gelas, meningkatkan pengalaman aromatik.

    Penelitian oleh Carvalho dan Spence menunjukkan bahwa bentuk cangkir memengaruhi persepsi aroma dan rasa kopi. Cangkir berbentuk tulip meningkatkan intensitas aroma, sementara cangkir dengan bentuk terbuka atau terbelah memengaruhi persepsi rasa manis dan keasaman.

    4. Warna Gelas dan Persepsi Rasa

    Warna cangkir juga dapat memengaruhi bagaimana kita merasakan rasa kopi. Studi oleh Piqueras-Fiszman dan Spence menemukan bahwa warna cangkir dapat memengaruhi persepsi rasa manis dan intensitas rasa minuman. Misalnya, cangkir berwarna putih dapat meningkatkan persepsi rasa manis pada minuman.


    Kesimpulan

    Desain gelas—termasuk material, bentuk, ketebalan rim, dan warna—berkontribusi signifikan terhadap pengalaman sensorik saat menikmati kopi. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu barista dan penikmat kopi dalam memilih gelas yang tepat untuk menonjolkan karakteristik tertentu dari kopi.

    Bagi Anda yang tertarik menulis artikel lebih lanjut tentang topik ini, referensi berikut dapat menjadi titik awal:

    Dengan memahami dan menerapkan pengetahuan ini, kita dapat meningkatkan pengalaman menikmati kopi, baik di rumah maupun di kedai kopi.


  • Kenapa Habis Minum Kopi Malah Ngantuk?

    Beberapa Orang Merasa Ngantuk Setelah Minum Kopi

    Fakta Ilmiah di Balik Respons Aneh Tubuh terhadap Kafein

    Kopi dikenal sebagai minuman penambah energi, namun tidak jarang orang mengeluhkan rasa kantuk justru datang setelah mengonsumsinya. Apa penyebabnya? Fenomena ini ternyata dapat dijelaskan oleh berbagai faktor biologis, metabolik, hingga kebiasaan konsumsi, sebagaimana dibuktikan dalam sejumlah studi ilmiah berikut.


    1. 🧬 Genetik: Metabolisme Kafein yang Berbeda

    Tidak semua orang memetabolisme kafein dengan kecepatan yang sama. Gen CYP1A2, yang mengatur enzim utama pemecah kafein di hati, memiliki variasi genetik yang membedakan seseorang sebagai:

    • Fast metabolizer → merasakan efek stimulan kuat
    • Slow metabolizer → kafein menetap lebih lama, memicu kelelahan saraf

    📚 Referensi:
    Cornelis, M. C., et al. (2006). “Coffee, CYP1A2 genotype, and risk of myocardial infarction.” JAMA, 295(10), 1135–1141.
    Rogers, P. J. (2007). “Caffeine, mood and performance: A selective review.” Pharmacology Biochemistry and Behavior, 89(3), 268–275.


    2. 🔄 Rebound Adenosin: Efek Balik Setelah Kafein Hilang

    Kafein bekerja dengan menghambat reseptor adenosin, yaitu zat yang memicu rasa kantuk. Saat efek kafein memudar, penumpukan adenosin yang sebelumnya tertahan bisa masuk ke reseptornya secara tiba-tiba, menyebabkan rebound sleepiness.

    📚 Referensi:
    Fredholm, B. B., et al. (1999). “Actions of caffeine in the brain with special reference to factors that contribute to its widespread use.” Pharmacological Reviews, 51(1), 83–133.


    3. ☁️ Toleransi Tubuh terhadap Kafein

    Penggunaan kafein secara terus-menerus menyebabkan tubuh beradaptasi dengan memproduksi lebih banyak reseptor adenosin. Hasilnya, efek stimulan jadi berkurang, bahkan bisa jadi sebaliknya jika konsumsi dihentikan atau tidak cukup tinggi.

    📚 Referensi:
    Juliano, L. M., & Griffiths, R. R. (2004). “A critical review of caffeine withdrawal: empirical validation of symptoms and signs, incidence, severity, and associated features.” Psychopharmacology, 176(1), 1–29.


    4. 🍬 Efek Tambahan dari Gula dan Krimer

    Minuman kopi dengan tambahan gula atau krimer tinggi lemak dapat menyebabkan lonjakan kadar glukosa darah, diikuti dengan penurunan cepat (sugar crash) yang memicu rasa lelah dan kantuk.

    📚 Referensi:
    Ludwig, D. S. (2002). “The glycemic index: physiological mechanisms relating to obesity, diabetes, and cardiovascular disease.” JAMA, 287(18), 2414–2423.


    5. 😵‍💫 Overstimulasi Saraf karena Kafein Berlebihan

    Konsumsi kafein berlebihan dapat menyebabkan stimulasi berlebih pada sistem saraf simpatik (jantung berdebar, gelisah). Setelah itu, tubuh bisa masuk ke fase “shut down” untuk mengimbangi stres, menghasilkan rasa lelah mendadak.

    📚 Referensi:
    Nehlig, A. (2016). “Interactions between caffeine and the central nervous system: current knowledge and the implications of caffeine consumption.” Handbook of Experimental Pharmacology, 239, 273–313.


    6. 🧘‍♂️ Asosiasi Psikologis: Ritual Relaksasi

    Bagi sebagian orang, ritual minum kopi—terutama di malam hari atau saat santai—bisa menciptakan asosiasi psikologis dengan relaksasi. Maka alih-alih merasa berenergi, tubuh justru merespons dengan ketenangan dan rasa kantuk.

    📚 Referensi:
    Yoon, H. S., et al. (2020). “Psychological effects of coffee consumption: a review.” International Journal of Food Sciences and Nutrition, 71(6), 678–685.


    🔍 Kesimpulan: Setiap Tubuh Merespons Kafein Secara Unik

    Munculnya kantuk setelah minum kopi bukanlah mitos—itu adalah respons nyata yang berakar pada biologi, genetika, dan kebiasaan konsumsi. Mengenali penyebabnya bisa membantu seseorang menentukan cara paling efektif menikmati kopi, tanpa efek samping yang tidak diinginkan.

  • Butuh Kafein Tinggi? Jangan Salah Pilih Menu. Filter Brew vs Espresso Brew

    Perbandingan Kopi Seduh (Filter) dan Espresso: Kandungan Kafein dan Keunikannya

    Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di dunia, pada dasarnya penyeduhan kopi dibagi menjadi dua metode yang paling umum adalah kopi seduh (filtered coffee) dan espresso. Meskipun keduanya berasal dari biji kopi, cara penyajian ini menghasilkan karakteristik rasa dan kandungan kafein yang sangat berbeda.

    Kopi Seduh Manual aka Filtered Coffee

    • Ukuran Sajian : ±200 ml
    • Kandungan Kafein: ±60–120 mg per sajian
    • Metode Seduh: Menggunakan gravitasi (misalnya pour-over, drip, atau French press)
    • Waktu Seduh: 2–5 menit
    • Karakter Rasa: Lebih ringan, kompleks, dan sering kali memperlihatkan karakteristik asal biji kopi seperti floral, buah, atau citrus.

    Espresso

    • Ukuran Sajian: ±30 ml (satu shot)
    • Kandungan Kafein: ±60–75 mg per shot
    • Metode Seduh: Air Panas dan diberikan Bar Pressure bertekanan tinggi (~9 bar)
    • Waktu Seduh: ±25–30 detik
    • Karakter Rasa: Lebih pekat, intens, body tebal, more concentrated drink.

    📊 Perbandingan Langsung (Per 30 ml)

    Jenis KopiKandungan Kafein per 30 ml
    Kopi Seduh±10–18 mg
    Espresso±60–75 mg

    🌱 Mengapa Tanaman Kopi Menghasilkan Kafein?

    Sebagai Tambahan Knowledge, kenapa tanaman kopi menghasilkan kafein? Menurut penelitian dari Science Advances dan Nature Plants, tanaman kopi (terutama Coffea arabica dan Coffea canephora) menghasilkan kafein sebagai senyawa pertahanan alami. Fungsi utama kafein bagi tanaman meliputi:

    1. Menangkal Serangga dan Hama
      Kafein bersifat toksik bagi banyak serangga yang menyerang daun dan biji kopi. Ini memberikan keuntungan evolusioner agar tanaman tetap bertahan hidup.
    2. Mencegah Persaingan Tanaman Lain (Allelopati)
      Daun dan buah kopi yang jatuh ke tanah dapat melepaskan kafein ke dalam tanah. Ini menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya sehingga kopi dapat mendominasi wilayah tersebut.
    3. Menarik Penyerbuk (Pada Beberapa Kasus)
      Studi dari Current Biology menunjukkan bahwa kafein dalam nektar bunga kopi dapat meningkatkan daya ingat lebah terhadap bunga tersebut, sehingga penyerbukan menjadi lebih konsisten.

    🧠 Kafein dan Dampaknya pada Tubuh Manusia

    Kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf pusat. Berikut beberapa manfaat dan efeknya:

    • Meningkatkan Kewaspadaan dan Konsentrasi
      Kafein menghambat adenosin (zat kimia yang memicu rasa kantuk), sehingga membuat tubuh merasa lebih segar dan terjaga.
    • Meningkatkan Performa Fisik dan Mental
      Kafein terbukti dalam banyak jurnal (misalnya Journal of Applied Physiology) dapat meningkatkan daya tahan fisik dan performa olahraga.
    • Namun, Konsumsi Berlebih Dapat Menyebabkan:
      Gangguan tidur, kecemasan, peningkatan denyut jantung, dan ketergantungan ringan.

    Kesimpulan

    Baik kopi seduh maupun espresso memiliki tempat tersendiri dalam dunia kopi. Pilihan tergantung pada preferensi rasa, kebutuhan kafein, dan konteks konsumsi. Dari sisi botani, alasan mengapa tanaman kopi menghasilkan kafein menambah kekaguman kita terhadap kompleksitas alam. Mengetahui asal-usul dan dampak kafein bukan hanya meningkatkan pengalaman minum kopi, tetapi juga menambah apresiasi kita terhadap sains di balik secangkir kopi.

  • Kenapa Rasa Kopi Berubah Seiring Berubahnya Suhu? Bisa Lebih Pahit Bisa Lebih Fruity?

    Berikut penjelasan ilmiah secara general, mengapa kopi terasa lebih pahit saat panas dan lebih fruity & acidic saat dingin, didukung oleh penelitian tentang persepsi rasa (taste perception) dan serving temperature:


    1. Pengaruh Suhu pada Persepsi Rasa

    a. Sensitivitas Lidah terhadap Rasa Berbeda pada Suhu Berbeda

    • Pahit & Manis:
    • Suhu tinggi (60–70°C) meningkatkan sensitivitas terhadap rasa pahit (karena aktivasi reseptor TRPM5 yang peka terhadap panas).
    • Manis juga lebih terasa saat panas, tetapi sering “tertutup” oleh pahit yang dominan (Talavera et al., 2005).
    • Asam (Acidity) & Fruity:
    • Suhu rendah (di bawah 30°C) membuat reseptor asam (seperti PKD2L1) lebih aktif, sehingga acidity lebih jelas (Riera et al., 2007).
    • Aroma fruity/beri (dari senyawa volatil seperti ester dan aldehida) lebih mudah menguap saat dingin, karena panas justru menguapkan senyawa ringan lebih cepat (Poisson et al., 2017).

    b. Studi Khusus tentang Kopi

    • Penelitian oleh Sunarharum et al. (2014) di Food Chemistry:
    • Ekstrak kopi yang disajikan panas (70°C) dinilai lebih pahit dan kurang asam dibandingkan sampel yang sama pada suhu 20°C.
    • Saat dingin, partisipan lebih mudah mendeteksi citrus acidity dan floral/fruity notes.
    • Penelitian oleh Yang et al. (2020) di Scientific Reports, sebagai tambahan mengenai ekstraksi:
    • Senyawa pahit seperti kafein dan klorogenat lebih larut sempurna dalam air panas, sehingga ekstraksinya lebih tinggi.
    • Saat dingin, senyawa asam (misalnya malat dan sitrat) serta gula alami kopi lebih terasa karena berkurangnya dominansi pahit.

    2. Perubahan Kimiawi saat Kopi Dingin

    • Volatilitas Aroma:
    • Senyawa fruity (seperti ethyl acetate dan linalool) lebih stabil pada suhu rendah, sehingga aroma lebih terasa (Maeztu et al., 2001).
    • Panas menguapkan senyawa aroma lebih cepat, meninggalkan rasa pahit dan “roasted”.
    • Viskositas & Persepsi:
    • Air panas memiliki viskositas lebih rendah, sehingga molekul pahit lebih cepat mencapai lidah.
    • Saat dingin, cairan lebih kental, memperlambat pelepasan senyawa pahit (Ross, 2009).

    3. Efek Psikologis & Lingkungan

    • Expectation Bias:
    • Otak cenderung mengasosiasikan kopi panas dengan “roasted/bitter” dan kopi dingin dengan “refreshing/acidity” (Studi oleh Labbe et al., 2009).
    • Anhidrosis (Penurunan Sensitivitas Lidah saat Panas):
    • Suhu tinggi mengurangi sensitivitas lidah sementara, membuat rasa kompleks (seperti fruity) kurang terdeteksi (Green & George, 2004).

    4. Kesimpulan

    • Kopi panas → ekstraksi pahit optimal + persepsi lidah yang lebih sensitif terhadap pahit.
    • Kopi dingin → acidity & fruity notes lebih dominan karena:
    1. Reseptor asam lebih aktif.
    2. Senyawa volatil fruity lebih stabil.
    3. Berkurangnya masking effect dari rasa pahit.

    Referensi Utama

    1. Talavera, K. (2005). Nature. TRPM5 reseptor rasa dipengaruhi suhu.
    2. Riera, C. (2007). Cell. Reseptor asam (PKD2L1) lebih sensitif saat dingin.
    3. Poisson, L. (2017). Journal of Agricultural and Food Chemistry. Dinamika senyawa aroma kopi vs suhu.
    4. Sunarharum, W. (2014). Food Chemistry. Persepsi rasa kopi pada suhu berbeda.
    5. Yang, N. (2020). Scientific Reports. Ekstraksi senyawa pahit vs asam tergantung suhu.

    Jika ingin penjelasan lebih detail tentang mekanisme molekuler atau studi tertentu, bisa ditambahkan! ☕

  • Kita Bisa Membuat Kopi Lebih Manis – Manipulasi Blooming Time

    Blooming Kopi: Pengaruh Waktu terhadap Rasa dan Peran Pelepasan CO₂

    1. Apa Itu Blooming pada Kopi?

    Blooming adalah proses membasahi bubuk kopi dengan sedikit air panas sebelum menyeduh sepenuhnya, blooming lazim dilakukan pada seduhan pourover, immersion dan bisa juga untuk espresso brew. Tujuannya adalah melepaskan CO₂ yang terperangkap—hasil sampingan dari proses roasting. Jika blooming tidak dilakukan, CO₂ dapat menghalangi kontak air dengan kopi, menyebabkan ekstraksi tidak merata dan rasa yang kurang optimal.

    2. Perbedaan Sensori: Blooming 30 Detik vs. 1 Menit

    Eksperimen Anda sejalan dengan temuan umum:

    • BLOOMING 30 DETIK
    • Body lebih ringan, acidity lebih terasa (CO₂ yang tersisa menghambat ekstraksi).
    • Intensitas rasa lebih rendah (air kurang optimal melarutkan senyawa kopi).
    • BLOOMING 1 MENIT
    • Body lebih bulat (rounder), acidity lebih halus, manis lebih terasa (lebih banyak CO₂ terlepas, ekstraksi lebih baik).
    • Intensitas rasa meningkat (waktu lebih lama memungkinkan pelarutan senyawa yang lebih baik).

    Hal ini didukung oleh Rao (2018), yang menyatakan bahwa blooming lebih lama (45–60 detik) meningkatkan konsistensi ekstraksi, terutama pada kopi yang baru dipanggang (roasted).

    3. Mengapa Pelepasan CO₂ Penting?

    • CO₂ yang Terperangkap = Ekstraksi Buruk:
      CO₂ menolak air, menyebabkan channeling (aliran air tidak merata). Penelitian (Spiro et al., 1990) menunjukkan gelembung CO₂ dapat menyumbat pori-pori bubuk kopi, mengurangi ekstraksi.
    • Dampak Negatif pada Rasa:
      Degassing tidak sempurna menyebabkan rasa sepat (astringency) atau kopi terasa “kosong”. Studi di Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016) menemukan bahwa CO₂ berlebih menghambat air dalam melarutkan gula dan asam, menghasilkan rasa yang kurang berkembang.

    4. Waktu Blooming Terbaik?

    • Kopi fresh (≤7 14hari setelah roasting): 45–60 detik (kandungan CO₂ masih tinggi).
    • Kopi lebih tua (> 8 minggu): 30 – 40 detik mungkin cukup (CO₂ sudah banyak berkurang).

    5. Tips Praktis

    • Aduk atau swirl saat blooming: Membantu semua bubuk kopi terbasahi secara merata, mempercepat pelepasan CO₂ (Barista Hustle, 2020).
    • Suhu air: Air lebih panas (92–96°C) mempercepat pelepasan CO₂

    Kesimpulan

    Eksperimen Anda membuktikan bahwa blooming lebih lama (1 menit) menghasilkan rasa yang lebih seimbang: body lebih bulat, acidity lebih halus, dan manis lebih terasa. CO₂ yang terperangkap memang dapat merusak ekstraksi, sehingga waktu blooming yang cukup sangat penting.


    Referensi

    • Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.
    • Spiro, M., et al. (1990). Journal of the Science of Food and Agriculture.
    • Journal of Agricultural and Food Chemistry (2016). “Pelepasan CO₂ dalam Penyeduhan Kopi.”
  • Jangan Salah Pilih Susu! Susu Apakah yang Cocok Untuk Kopi?

    Susu UHT vs Susu Pasteurisasi, 100% Susu.

    1. Kualitas Protein yang Utuh:
    • Susu segar dari sapi memiliki rasa yang sempurna ketika proses sterilisasinya menggunakan metode pasteurisasi, yang mana susu dipanaskan pada suhu lebih rendah (sekitar 72°C) dibanding UHT, sehingga protein seperti kasein dan whey tetap stabil. Protein ini yang nantinya sangat berguna untuk membentuk jaringan untuk memerangkap udara, menciptakan busa yang halus dan stabil (perfect foam for Latte Art)
    • Berbeda dengan Pasturisasi, ada proses sterilisasi yang mana susu akan awet lebih lama. Susu UHT namanya : (dipanaskan 135-150°C) mengalami denaturasi protein berlebihan, mengurangi kemampuan protein untuk membentuk struktur foam yang baik, disini kenapa susu UHT jarang digunakan opsi di coffeeshop untuk digunakan pada menu Latte /Cappucino.
    1. Kandungan Lemak (Full Cream):
    • Lemak dalam susu full cream (3,5-4%) meningkatkan kekentalan dan mouthfeel yang lembut. Meski lemak berlebihan bisa mengurangi stabilitas busa, kandungan lemak moderat dalam susu full cream tetap mendukung tekstur krim tanpa mengganggu frothing.
    • Susu rendah lemak (skim) menghasilkan busa lebih stabil tetapi kurang creamy, sementara susu full cream memberikan rasa lebih “gurih” karena lemak.
    1. Proses Homogenisasi:
    • Susu pasteurisasi seringkali kurang homogenisasi ketat dibanding UHT. Ukuran globula lemak yang lebih besar dalam susu segar memungkinkan interaksi lebih baik dengan protein, mendukung pembentukan foam.

    Susu UHT Sulit Difroth?

    1. Denaturasi Protein Ekstrem:
    • Pemanasan UHT merusak struktur protein, mengurangi kemampuan mereka untuk membentuk lapisan elastis di sekitar gelembung udara. Akibatnya, busa cepat pecah atau bertekstur kasar.
    1. Homogenisasi Intensif:
    • Susu UHT dihomogenisasi dengan tekanan tinggi, menghancurkan globula lemak menjadi partikel sangat kecil. Partikel kecil ini cenderung menyelimuti protein, menghambat interaksi yang diperlukan untuk stabilisasi busa.
    1. Reaksi Maillard:
    • Pemanasan tinggi UHT memicu reaksi Maillard antara protein dan gula (laktosa), menghasilkan senyawa karamel dan rasa “dimasak”. Ini mengurangi kesegaran alami susu dan mengubah rasa.

    Faktor yang Mempengaruhi Rasa Susu

    1. Kandungan Lemak:
    • Susu full cream terasa lebih gurih dan creamy karena lemak membawa senyawa aroma dan memberikan mouthfeel kaya.
    • Susu rendah lemak (skim) cenderung lebih “ringan” dengan rasa manis laktosa yang lebih dominan.
    1. Proses Termal:
    • UHT: Rasa lebih “matang” atau karamel akibat reaksi Maillard, serta sedikit pahit karena degradasi protein.
    • Pasteurisasi: Rasa segar, manis alami dari laktosa, dan aroma netral karena minim kerusakan nutrisi.
    1. Sumber dan Pakan Sapi:
    • Susu dari sapi yang diberi pakan rumput segar cenderung lebih manis dan beraroma herbal, sementara pakan biji-bijian menghasilkan rasa lebih netral.
    • Breed sapi (misalnya Friesian vs Jersey) memengaruhi komposisi lemak dan protein, yang berdampak pada rasa.
    1. Laktosa dan pH:
    • Susu dengan pH lebih tinggi (kurang asam) mempertahankan rasa manis alami. Proses UHT dapat menurunkan pH karena degradasi laktosa menjadi asam laktat.

    Simpulan

    • Frothing: Dipengaruhi oleh integritas protein, ukuran globula lemak, dan proses termal. Susu pasteurisasi/full cream unggul karena protein utuh dan lemak seimbang.
    • Rasa: Ditentukan oleh lemak, laktosa, reaksi Maillard, dan proses pengolahan. Susu UHT kehilangan kesegaran alami dan rasa manis akibat pemanasan ekstrem, sementara susu segar mempertahankan kompleksitas rasa alaminya.
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop