Tag: kopi semarang

  • Pre Infusion di Espresso? Kalau Pre Wetting? Bedakah?

    Perbedaan antara Pre-Infusion dan Pre-Wetting pada Mesin Espresso

    Pada mesin espresso modern sekarang banyak ditemui fitur yang dulu jarang ada, yaitu fitur pre-infusion dan atau pre-wetting, yang bertujuan untuk meningkatkan ekstraksi biji kopi. Meskipun keduanya melibatkan proses pembasahan kopi sebelum tekanan penuh diterapkan, terdapat perbedaan mendasar dalam cara kerja dan tujuannya.

    xr:d:DAFVQ_9JqkY:8,j:43924211967,t:22122003

    1. Pengertian Pre-Infusion dan Pre-Wetting

    Pre-Infusion

    Pre-infusion pada penyeduhan espresso, adalah tahap di mana air dengan tekanan rendah (biasanya 1-3 bar) dialirkan ke kopi sebelum masuk tahap full bar extraction (9 bar) . Tujuannya adalah untuk:

    • Membasahi kopi secara pelan yang bertujuan seluruh bubuk kopi dapat basah secara merata.
    • Mengurangi resiko channeling (aliran air yang tidak merata).
    • Memungkinkan pelepasan gas CO₂ dari kopi yang baru digiling (degassing), dimana pressure tekanan tidak terganggu karena berdesakan dengan rilisnya gas CO2.
    • Meningkatkan ekstraksi yang lebih konsisten.

    Pre-infusion biasanya dilakukan dalam waktu singkat (3-10 detik) dan dapat dilakukan secara manual (pada mesin profesional seperti GS3) atau otomatis (pada mesin semi-otomatis).

    Pre-Wetting

    Pre-wetting adalah berbeda konsep dengan pre infusion, proses di mana kopi dibasahi tanpa tekanan sama sekali sebelum ekstraksi dimulai. Berbeda dengan pre-infusion, pre-wetting hanya mengandalkan gravitasi untuk membasahi kopi.

    • Biasanya terjadi pada mesin yang memiliki “Bloom Phase” seperti pada beberapa mesin drip atau espresso tertentu.
    • Tidak melibatkan tekanan pompa, hanya aliran air pasif.
    • Lebih umum pada metode penyeduhan manual (seperti pour-over) tetapi kadang diadopsi dalam mesin espresso tertentu.

    2. Perbedaan Utama Pre-Infusion vs. Pre-Wetting

    AspekPre-InfusionPre-Wetting
    Tekanan1-3 bar0 bar (gravitasi)
    Durasi3-10 detik5-15 detik
    TujuanMeratakan ekstraksi, mengurangi channelingMembiarkan kopi “mengembang” sebelum ekstraksi
    PenggunaanMesin espresso modernBeberapa mesin espresso & metode manual

    3. Kegunaan Pre-Infusion pada Mesin Espresso

    Pre-infusion memiliki beberapa manfaat penting dalam pembuatan espresso:

    a. Meningkatkan Konsistensi Ekstraksi

    Dengan membasahi kopi secara merata sebelum tekanan tinggi diterapkan, pre-infusion mencegah terjadinya channeling (aliran air yang hanya melalui satu titik). Hal ini menghasilkan ekstraksi yang lebih seimbang.

    b. Mengurangi Kepahitan

    Jika air langsung diberikan pada tekanan tinggi, partikel kopi halus dapat terekstrak berlebihan, menyebabkan rasa pahit. Pre-infusion membantu ekstraksi bertahap, menghasilkan rasa yang lebih halus.

    c. Memaksimalkan Aroma dan Crema

    Proses pelepasan gas CO₂ (degassing) selama pre-infusion membantu pembentukan crema yang lebih tebal dan stabil.

    d. Cocok untuk Kopi Light Roast

    Kopi light roast cenderung lebih padat dan sulit diekstrak. Pre-infusion membantu air menembus bubuk kopi lebih efektif sebelum tekanan penuh dimulai.

    4. Mesin Espresso dengan Fitur Pre-Infusion

    Beberapa mesin espresso yang mendukung pre-infusion:

    • La Marzocco GS3/Linea Mini (dengan pre-infusion aliran rendah)
    • Decent DE1 (pre-infusion dengan kontrol tekanan presisi)
    • Rancilio Silvia Pro (pre-infusion otomatis)
    • Lelit Bianca (flow control untuk pre-infusion manual)

    Kesimpulan

    Pre-infusion dan pre-wetting adalah dua teknik berbeda yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas espresso. Pre-infusion menggunakan tekanan rendah, sementara pre-wetting mengandalkan gravitasi. Pre-infusion lebih umum digunakan dalam mesin espresso modern karena kemampuannya meningkatkan konsistensi dan keseimbangan rasa.

    Pertanyaan lanjutan? Apakah jika kita menggunakan fitur pre infusion/ pre wetting total brew time akan lebih lama dari yang konvensional? Jawabanya , tidak harus lebih lama, kalian tetap dapat menggunakan general rule tentang total brew time yang mana sekitar 20-35 detik.

    Dengan memahami kedua teknik ini, barista dapat menyesuaikan parameter ekstraksi untuk mendapatkan espresso yang lebih berkualitas.

    Ingat!! Teknik, Rumusan dan Gagasan tidak menentukan hasil sensori yang enak, always check outcome di Sensory bukan number!!

    Referensi:

    1. Rao, S. (2018). The Coffee Roaster’s Companion.
    2. Schomer, D. (2005). Espresso Coffee: Professional Techniques.
    3. Barista Hustle (2021). Pre-infusion and Pressure Profiling.
  • Guide Cara Seduh Specialty Coffee Aeropress

    Panduan Lengkap Menggunakan AeroPress: Teknik Seduh yang Fleksibel

    AeroPress adalah alat seduh kopi super fleksibel dalam hal explorasi, kita bisa gunakan bubuk kopi dalam grindsizing apa aja. Alat ini sering juga dilombakan karena kesederhanaan, portabilitas, dan fleksibilitasnya. Meskipun prinsip dasarnya hampir mirip dengan french Press (metode immersi), AeroPress memungkinkan kita mengontrol lebih banyak variabel untuk mendapatkan hasil seduhan yang lebih playable.

    Prinsip Dasar AeroPress

    AeroPress bekerja dengan menggabungkan metode immersi (perendaman) dan pressure (tekanan), sehingga jika kita menggunakan kopi bubuk halus, seduhan kopi tetap dapat passing through dikarekanan pressure. Kita bisa memainkan tiga faktor utama:

    1. Grind Size (Ukuran Gilingan) – Semakin halus gilingan, semakin cepat waktu ekstraksi yang diperlikan.
    2. Brewing Time (Waktu Seduh) – Semakin kasar gilingan, semakin lama waktu yang dibutuhkan, jika ukuran medium total brew time disarankan lebih dari 3 menit, jika ukurannya fine total brew time tidak disarankan lebih dari 2 menit.
    3. Dilution (Pengenceran) – Bisa disesuaikan untuk mendapatkan kopi yang lebih balance, pengenceran ini berguna jika kita menyeduh dengan ratio pendek. Kepekatan kopi dapat dengan mudah kita adjust.

    Dengan kombinasi ketiga faktor ini, kita bisa menghasilkan berbagai profil rasa, dari yang ringan dan beraroma hingga kuat dan pekat.

    Aeropress kita dapat gunakan grindsize sampai dengan settingan yang sangat halus seperti gambar dibawah:


    Metode Seduh AeroPress yang Populer

    1. Metode Standar (Original AeroPress Recipe)

    • Grind Size: Medium
    • Air: 200ml (suhu 85-90°C)
    • Waktu Seduh: 3 menit
    • Teknik:
    1. Masukkan kopi (15-17g) ke dalam AeroPress.
    2. Tuang air, aduk sebentar.
    3. Pasang filter, tekan perlahan.
    4. Bisa diencerkan dengan air panas jika terlalu pekat.

    2. Metode Inverted (Terbalik)

    Metode ini mengurangi risiko kopi tumpah sebelum diseduh.

    • Grind Size: Medium- medium fine
    • Air: 200ml (suhu 90°C)
    • Waktu Seduh: 3 menit
    • Teknik:
    1. Pasang AeroPress dalam posisi terbalik (plunger di bawah).
    2. Masukkan kopi (15g), tuang air, aduk.
    3. Pasang filter cap, balikkan di atas cangkir, lalu tekan.

    3. Metode James Hoffmann (Kontrol Ekstraksi Tinggi)

    Dikembangkan oleh juara dunia kopi, James Hoffmann, metode ini fokus pada ekstraksi yang merata.

    • Grind Size: Medium fine (sedikit lebih kasar dari espresso)
    • Air: 200ml (suhu 93°C)
    • Waktu Seduh: 2 menit + 30 detik setelah pengadukan
    • Teknik:
    1. Masukkan kopi (11-12g), tuang air hingga penuh.
    2. Aduk selama 10 detik, diamkan hingga 2 menit.
    3. Aduk ringan lagi, diamkan 30 detik.
    4. Tekan perlahan selama 20-30 detik.

    Tips & Trik Mengoptimalkan AeroPress

    1. Eksperimen dengan Rasio Air & Kopi
    • Rasio standar: 1:15 (1g kopi : 15ml air).
    • Untuk kopi lebih kuat: 1:12 , untuk lebih ringan: 1:17.
    1. Gunakan Air dengan Suhu Tepat
    • Light roast: 90-96°C (ekstraksi lebih tinggi).
    • Dark roast: 85-90°C (hindari rasa pahit berlebihan).
    1. Mainkan Waktu Seduh
    • Gilingan halus → waktu lebih singkat (1-1,5 menit).
    • Gilingan kasar → waktu lebih lama (3-4 menit).
    1. Coba Teknik Stirring (Pengadukan)
    • Aduk 10-15 detik untuk ekstraksi lebih merata.
    1. Gunakan double filter untuk extra clarity
    • Filter kertas: rasa lebih bersih.
    • Filter logam: body lebih berat, seperti French Press.

    Kesimpulan

    AeroPress adalah alat yang sangat serbaguna, memungkinkan kita bereksperimen dengan berbagai teknik seduh. Dengan mengontrol grind size, waktu seduh, dan pengenceran, kita bisa menyesuaikan rasa sesuai preferensi. Cobalah berbagai metode di atas dan temukan profil rasa favorit Anda!

    Referensi:

  • Kenapa Harus HARIO SWITCH? Cara Menggunakanya?

    Hario Switch: Alat Seduh Kopi Serbaguna untuk Eksplorasi Rasa

    Brewers wajib punya alat satu ini, buat yang gemar bereksperimen dengan berbagai metode seduh, Hario Switch adalah salah satu alat paling menarik di pasaran. Dengan desain hybrid-nya, alat ini menggabungkan kelebihan metode imersi (rendaman) dan perkolasi (alir), memungkinkan Anda mengekstrak kopi dengan cara yang lebih fleksibel.

    Artikel ini akan membahas:
    Apa itu Hario Switch dan keunggulannya
    Kapan menggunakan imersi vs. perkolasi
    Tips penyeduhan optimal berdasarkan sains dan pengalaman barista
    Perbandingan dengan alat seduh lainnya


    1. Mengenal Hario Switch: V60 dengan Fitur On/ Off

    Hario Switch adalah varian dari dripper V60 klasik, tetapi dilengkapi dengan katup kontrol di bagian bawah yang memungkinkan Anda mengatur kapan air mengalir. Ini berarti Anda bisa:

    • Mode Imersi: Tutup katup, biarkan kopi terendam air sepenuhnya/ fully immerse (seperti French Press/Aeropress).
    • Mode Percolasi: Buka katup, biarkan air mengalir melalui bubuk kopi (seperti V60 biasa).
    • Kombinasi Hybrid: Gabungkan keduanya untuk ekstraksi yang lebih kompleks.

    Keunggulan Hario Switch:
    Kontrol ekstraksi lebih presisi – Kurangi risiko under/over-extraction.
    Fleksibilitas metode – Bisa dipakai untuk kopi single-origin, tipe seduhan tubruk saring atau even cold brew.
    Mudah digunakan & dibersihkan – Desain simpel sekarang ada dengan berbagai material kaca, plastik dan ceramic tahan panas.


    2. Kapan Harus Pakai Imersi vs. Perkolasi?

    Berdasarkan riset dan pengalaman barista, berikut rekomendasinya:

    A. Metode Imersi (Rendaman) – Untuk Ekstraksi Lebih Merata

    Kapan metode imersi digunakan?
    Pada Awal step penyeduhan – Saya menyarankan bisa melakukan imersi pada awal proses saja,ini membantu bubuk kopi terbasahi sempurna dan melepaskan CO₂ (degassing).
    Kopi dark/medium roast – Full imersi tanpa perkolasi dapat digunakan untuk kopi profil dark/medium, dimana mengurangi resiko over ekstrak.
    Grind size lebih kasar – Lakukan proses imersi dengan waktu lebih lama jika grindsize yang kalian pilih lebih kasar, pemilihan lebih kasar cocok untuk kalian yang hasil seduhan sering over-extraction.

    Studi dari Barista Hustle menunjukkan bahwa:

    “Imersi memungkinkan ekstraksi yang lebih konsisten karena semua partikel kopi terkena air secara merata.”

    B. Metode Perkolasi (Alir) – Untuk Push Ekstraksi.

    Kapan digunakan?
    Dapat dilakukan setelah imersi – Saya menyarankan dengan cylce 1/3 part immersi dan 2/3 part perkolasi untuk hasil ekstraksi lebih optimal.
    Kopi light roast – semakin light semakin harus push ekstraksi untuk menonjolkan karakter fruity/floral.
    Grind size medium-fine – Seperti setting V60 biasa.

    Menurut Scott Rao (ahli teknik seduh kopi):

    “Perkolasi menghasilkan ekstraksi lebih cepat karena air selalu ‘baru’ yang mengalir melalui kopi.”


    3. Teknik Hybrid: Cara Terbaik Memanfaatkan Hario Switch

    Contoh pemanfaatan metode : “Hybrid Immersion-Percolation”, yang menggabungkan kelebihan kedua metode:

    Contoh Resep:

    • 15g kopi (grind size medium)
    • Air 92-94°C
    1. Tahap Imersi (1:30 menit):
    • Tutup katup, tuang 60ml air, aduk perlahan.
    • Biarkan kopi terdegassing dan terendam penuh.
    1. Tahap Percolasi :
    • Buka katup, tuang air sampai 150 ml air secara melingkar, tunggu dry bed
    • lanjut tuang air sampai 230 ml air secara melingkar tunggu dry bed
    • Total waktu seduh: ~2:30 menit – 3:30 menit.

    Hasilnya?

    • Body lebih penuh dari imersi + kompleksitas dapat dan aftertaste lebih bersih dari perkolasi.

    4. Perbandingan dengan Alat Seduh Lain

    AlatKelebihanKekurangan
    Hario SwitchBisa imersi & perkolasi, fleksibelButuh latihan untuk timing
    V60Rasa cerah, clarity tinggiRentan channeling
    AeropressPraktis, cocok untuk travelKapasitas kecil, susah konsisten
    French PressBody berat, ekstraksi penuhSedimen kopi lebih banyak, minim clarity

    5. Kesimpulan: Kenapa Harus Punya Hario Switch?

    • Untuk Pemula: Memudahkan belajar ekstraksi tanpa takut gagal.
    • Untuk Advanced Brewer: Bisa bereksperimen dengan berbagai teknik.
    • Untuk Pecinta Kopi Rumahan: Hemat tempat (ganti French Press + V60).

    “Hario Switch bukan sekadar alat seduh, tapi pintu gerbang eksplorasi rasa kopi tanpa batas.”

    🔥 Tips Terakhir:

    • Coba variasikan rasio air, grind size, dan waktu imersi untuk temukan profil rasa favorit Anda!

    📚 Referensi:

  • Manisnya Kopi Toba Red Leci

    Tak terasa sudah memasuki panen ke-3 untuk kopi Sumatera, Toba Red Leci dengan proses coferment dengan Jus Leci


    Red Leci Fermentation Process

    Origin: Toba, Sumatera
    Varietas: Onan Ganjang, Catimor, Mix
    Process: Co-Fermentation with Lychee (Leci Process)

    Profil Inovatif dari Tanah Sumatera

    Hadir sebagai inovasi terbaru dari dataran tinggi Toba, proses Red Leci Fermentation menggabungkan karakter khas kopi Sumatera dengan sentuhan manis alami dari buah leci segar. Menghasilkan cup profile yang sweet, juicy, dan beraroma tropikal menyerupai buah leci manis.

    Step Processing

    1. Buah kopi merah matang dipetik secara selektif.
    2. Dilakukan proses anaerobic fermentation pada whole cherry selama 48 jam.
    3. Setelah itu, kopi dikupas (pulping) dan difermentasi kembali di dalam tong tertutup bersama buah leci kaleng selama 72 jam.
    4. Proses pengeringan dilakukan selama 10–12 hari di bawah sinar matahari secara merata, untuk menjaga kestabilan rasa dan aroma.

    Saran Penyeduhan – V60 Brew Guide

    Metode: Pour Over (V60)
    Alat: V60 01
    Dosis: 13 gram kopi
    Air: 195 ml (90°C)
    Teknik Tuang: Circular motion
    Metode Tuang:

    • Tuang pertama: 40 ml → tunggu hingga air tiris dan diamkan 1 menit
    • Tuang kedua: hingga 110 ml tunggu tiris lanjut tuangan ketiga
    • Tuang ketiga: hingga 195 ml

    Profil Rasa:
    Sweet lychee, juicy mouthfeel.


  • All About Grindsize Kaitanya Dengan Parameter Lainya, Total Brew Time, Brew Ratio dan Tipe Alat Seduh

    Hubungan Grind Size dengan Parameter Ekstraksi Kopi
    Grind size (ukuran gilingan) merupakan faktor kritis dalam ekstraksi kopi, memengaruhi rasa, keseimbangan, dan kualitas seduhan. Berikut penjelasan lengkapnya:


    1. Grind Size vs. Tipe Alat Ekstraksi

    Setiap metode penyeduhan memerlukan ukuran gilingan spesifik untuk mengoptimalkan ekstraksi, cara pola pikirnya adalah semakin cepat ekstraksi yang akan kita lakukan semakin halus grindsizenya , vice versa:

    • Espresso: Setting size halus,kata kuncinya Halus=Cepat, size halus dibutuhkan untuk mendapatkan rasa kopi yang optimal di mesin espresso dan ekstraksi terjadi sangat cepat (20–30 detik) di bawah tekanan tinggi.
    • Pour-Over/Drip (V60, Switch, Flatbottom): Setting size medium (seperti gula pasir), Tipe seduhan yang hanya mengandalkan flow air turun dari atas kebawah, agar air mengalir perlahan, ekstraksi seimbang (2–4 menit), some cases sampai 5-6 menit masih enak.
    • French Press(full imersion): Setting size slightly lebih kasar dibandingkan Pourover untuk menghindari sedimen/fines dan over-ekstraksi , rata-rata total brew time immersion berkisar selama 4-6 menit.
    • AeroPress: Alat yang Super Fleksibel, dari halus ke kasar, tergantung waktu dan teknik (1–5 menit).
    • Cold Brew: Gilingan sama dengan frenchpress untuk ekstraksi lambat (12–24 jam).

    2. Grind Size vs. Roast Profile

    • Dark Roast: Semakin lama proses roasting kopi semakin mudah terekstrak. Lebih rapuh dan porous, mudah terekstrak. Gunakan gilingan sedikit lebih kasar untuk menghindari rasa terlalu pahit.
    • Light Roast: Lebih padat, memerlukan gilingan lebih halus atau waktu seduh lebih panjang untuk mengekstrak sweetness, acidity, body dan kompleksitas.

    3. Grind Size vs. Brew Ratio

    • Gilingan Halus: Ekstraksi lebih efisien, memungkinkan rasio air lebih tinggi (1:17–1:18) tanpa rasa encer. Contoh: Pour-over dengan rasio 1:17 untuk meningkatkan clarity.
    • Gilingan Kasar: Rasio lebih rendah (1:15–1:16) untuk menjaga kekuatan rasa, terutama ratio ini baik digunakan pada metode immersion (French Press).

    4. Grind Size vs. Total Brew Time

    • Gilingan Halus: Semakin halus semakin banyak surface area yang dapat kita ekstrak. Impactnya juga akan memperlambat aliran air, meningkatkan waktu kontak. Pada metode pour-over, haluskan gilingan untuk memperpanjang waktu ekstraksi, tetapi awasi agar tidak over-ekstrak.
    • Gilingan Kasar: Cocok untuk metode dengan waktu kontak lama (French Press) atau aliran cepat (Cold Brew).

    Tips Penyesuaian

    1. Mulai dari Rekomendasi: Gunakan panduan grind size sesuai alat, lalu sesuaikan berdasarkan rasa.
    • Contoh: Jika espresso terasa pahit, giling lebih kasar atau kurangi waktu ekstraksi.
    1. Eksperimen dengan Rasio: Untuk gilingan halus, coba rasio 1:17–1:18; untuk gilingan kasar, 1:15–1:16.
    2. Kontrol Waktu: Pada pour-over, jika seduhan terlalu lama (>4 menit) dan rasa pahit, giling lebih kasar.

    Sumber Rekomendasi

    • Counter Culture Coffee: Menekankan keseimbangan grind size, rasio, dan waktu untuk ekstraksi optimal.
    • James Hoffmann (YouTube): Teknik penyesuaian grind size berdasarkan metode dan preferensi rasa.
    • Scott Rao (Buku “The Coffee Brewer’s Handbook”): Prinsip konsistensi gilingan dan kontrol ekstraksi.

    Dengan memahami interaksi grind size, alat, roast profile, rasio, dan waktu, Anda bisa menciptakan cangkir kopi yang seimbang sesuai selera. Selalu uji coba dan catat perubahan untuk menemukan kombinasi terbaik! ☕

  • Jangan Salah TDS Meter Beda Dengan Refraktometer Kopi

    Perbedaan TDS Meter dan Refractometer, Apakah TDS meter bisa buat mengukur larutan kopi? serta Alternatif Pengukur Ekstraksi Kopi?

    Berikut penjelasan detail tentang perangkat pengukur ekstraksi kopi dan relevansinya:


    1. TDS Meter vs. Refractometer

    AspekTDS MeterRefractometer
    Prinsip KerjaMengukur konduktivitas listrik dari ion terlarut.Mengukur indeks bias cahaya yang dibelokkan oleh larutan.
    Akurasi untuk KopiKurang akurat karena hanya mendeteksi ion (tidak termasuk senyawa organik non-ionik seperti gula dan asam).Lebih akurat jika dikalibrasi khusus untuk kopi, karena mendeteksi semua zat terlarut (ionik + non-ionik).
    KalibrasiUmumnya menggunakan larutan standar konduktivitas.Dikalibrasi dengan larutan referensi (misal: air suling) atau air tds 0
    OutputLangsung menunjukkan TDS dalam persen.Menunjukkan TDS atau Brix, tergantung kalibrasi.
    KegunaanCocok untuk aplikasi umum (misal: air minum bermineral
    atau tidak bermineral)
    Lebih direkomendasikan untuk kopi karena presisi.

    Mengapa Refractometer Juga Menampilkan TDS?
    Refractometer bisa dikonversi ke skala TDS karena adanya formula atau tabel kalibrasi khusus untuk kopi. Misalnya, alat seperti VST Coffee Refractometer menggunakan algoritma yang menghubungkan indeks bias dengan persentase ekstraksi kopi.


    2. Brix Meter sebagai Alternatif Untuk

    Mengukur Ekstraksi Kopi?

    Brix meter adalah jenis refractometer yang dikalibrasi untuk mengukur persentase sukrosa dalam air (1°Brix = 1% sukrosa). Namun, kopi mengandung campuran kompleks (gula, asam, senyawa organik), sehingga Brix meter tidak langsung akurat.

    Cara Menggunakan Brix Meter untuk Kopi:

    • Beberapa praktisi menggunakan faktor konversi (misal: TDS ≈ Brix × 0,85) untuk mengestimasi ekstraksi kopi.
    • Contoh: Jika Brix meter menunjukkan 15°Brix, maka perkiraan TDS kopi = 15 × 0,85 = 12,75%.
    • Catatan: Ini hanya estimasi! Akurasinya bergantung pada profil kopi dan kalibrasi alat.

    3. Alternatif Lain untuk Mengukur Ekstraksi Kopi

    1. Gravimetric Analysis:
    • Menimbang berat kopi sebelum dan sesudah diseduh untuk menghitung ekstraksi berdasarkan kehilangan massa.
    • Akurat tetapi memakan waktu dan tidak praktis untuk penggunaan harian.
    1. Software Pendukung:
    • Aplikasi seperti Coffee Tools atau Liquid Intelligence bisa menghitung ekstraksi jika input TDS dan rasio brew sudah diketahui.
    1. Perangkat Hybrid:
    • Alat seperti Atago Coffee Master menggabungkan refractometer dengan kalibrasi khusus kopi untuk hasil lebih presisi.

    4. Tips Memilih Alat Ukur

    • Untuk Pemula: Gunakan refractometer khusus kopi (misal: VST Lab Refractometer) dengan harga terjangkau,atago atau difluid
    • Untuk Profesional: Kombinasikan TDS meter dan refractometer untuk analisis lebih komprehensif.
    • Hindari Brix Meter Umum: Kecuali Anda sudah memahami faktor konversi dan batasan akurasinya.

    Sebagai Tambahan

    Pengaruh Suhu terhadap Akurasi Refractometer dan TDS Meter

    Suhu sampel sangat memengaruhi akurasi refractometer dan TDS meter karena prinsip kerja kedua alat ini bergantung pada sifat fisika larutan yang sensitif terhadap perubahan suhu. Berikut penjelasan detailnya:


    1. Refractometer

    Mengapa Suhu Berpengaruh?

    Refractometer mengukur indeks bias (kemampuan larutan membelokkan cahaya). Indeks bias dipengaruhi oleh kepadatan larutan, yang berubah seiring suhu:

    • Suhu tinggi → Larutan memuai → Kepadatan menurun → Indeks bias turun.
    • Suhu rendah → Larutan menyusut → Kepadatan meningkat → Indeks bias naik.

    Dampak pada Pengukuran Kopi

    • Jika sampel kopi diukur dalam keadaan panas (misal: espresso baru diseduh), indeks bias akan lebih rendah dari nilai sebenarnya, sehingga hasil TDS atau Brix terukur lebih rendah.
    • Sebaliknya, sampel yang terlalu dingin bisa menghasilkan pembacaan lebih tinggi.

    Solusi

    • Automatic Temperature Compensation (ATC):
      Refractometer modern biasanya dilengkapi ATC yang mengkompensasi suhu sampel dalam rentang 10–30°C. Namun, jika suhu di luar rentang ini, akurasi tetap menurun.
    • Dinginkan Sampel:
      Idealnya, biarkan sampel kopi mencapai suhu ruang (20–25°C) sebelum diukur.

    2. TDS Meter

    Mengapa Suhu Berpengaruh?

    TDS meter mengukur konduktivitas listrik larutan. Ion dalam larutan bergerak lebih cepat saat suhu naik, sehingga konduktivitas meningkat meskipun konsentrasi ion tetap sama.

    • Suhu tinggi → Konduktivitas naik → Pembacaan TDS lebih tinggi dari sebenarnya.
    • Suhu rendah → Konduktivitas turun → Pembacaan TDS lebih rendah.

    Solusi

    • Pastikan alat memiliki fitur temperature compensation dan gunakan dalam rentang suhu yang direkomendasikan (biasanya 0–50°C).
    • Hindari mengukur sampel yang terlalu panas atau dingin.

    3. Perbandingan Sensitivitas Suhu

    AspekRefractometerTDS Meter
    Pengaruh SuhuLebih sensitif (perubahan indeks bias signifikan).Kurang sensitif (kompensasi suhu lebih baik).
    Rentang Optimal15–30°C (dengan ATC).5–50°C (bergantung alat).
    Kesalahan UmumHasil rendah jika sampel terlalu panas.Hasil tinggi jika sampel terlalu panas.

    4. Tips Praktis untuk Pengukuran Akurat

    1. Dinginkan Sampel:
      Tunggu hingga kopi mencapai suhu ruang (20–25°C) sebelum mengukur.
    2. Gunakan Alat Berkualitas:
      Pilih refractometer/TDS meter dengan kompensasi suhu otomatis dan kalibrasi rutin.
    3. Ikuti Panduan Pabrik:
      Baca manual alat untuk mengetahui rentang suhu yang didukung.
    4. Hindari Pengukuran Ekstrem:
      Jangan ukur sampel yang baru direbus atau baru dikeluarkan dari kulkas.

    Kesimpulan

    Suhu sampel berpengaruh signifikan pada akurasi refractometer dan TDS meter karena kedua alat bergantung pada sifat fisika larutan yang peka terhadap panas. Untuk hasil terbaik, selalu pastikan sampel berada dalam rentang suhu yang direkomendasikan dan gunakan alat dengan fitur kompensasi suhu.

    Sumber: Socratic Coffee, VST Lab, Barista Hustle.

  • Mengapa Kopi Berminyak? Apakah itu Jelek?

    Mengapa Biji Kopi Berminyak? Memahami Penyebab dan Dampaknya pada Rasa

    Biji kopi yang berminyak seringkali kalian lihat dibeberapa kedai ternama yang tersebar di seluruh dunia, apakah ini standar sangrai kopi yang benar?ada juga yang berpikir minyak pada biji kopi itu karena ada penambahan flavor atau rasa. Minyak pada permukaan biji kopi (disebut coffee oil) tidak selalu berkaitan dengan penambahan flavoring, melainkan dipengaruhi oleh proses sangrai, metode pengolahan biji, dan faktor lingkungan. Berikut penjelasannya:


    1. Penyebab Utama Biji Kopi Berminyak

    a. Profil Sangrai (Roast Profile)

    • Dark Roast:
      Pada tingkat sangrai gelap (dark roast), suhu tinggi (di atas 220°C) dan durasi sangrai yang lebih lama merusak struktur sel biji kopi. Hal ini memicu minyak alami (yang seharusnya terperangkap di dalam biji) keluar ke permukaan. Semakin gelap sangrai, semakin berminyak biji kopi.
    • Fakta Menarik: Minyak pada dark roast biasanya muncul setelah 1–2 minggu penyimpanan, karena reaksi degassing (pelepasan CO₂) yang merangsang migrasi minyak.

    b. Metode Pengolahan Biji (Processing)

    Bahkan biji kopi light roast bisa muda berminyak jika melalui proses pengolahan khusus:

    • Fermentasi Panjang:
      Proses fermentasi yang lama (misal: anaerobic fermentation) atau pengeringan dengan suhu tinggi dapat melemahkan struktur sel biji, memicu minyak merembes ke permukaan.
    • Pengeringan Ekstrem:
      Pengeringan biji di bawah terik matahari dengan suhu tinggi atau durasi panjang (seperti pada kopi natural process) juga berpotensi membuat biji lebih berminyak, meski disangrai ringan.

    2. Dampak Minyak pada Biji Kopi

    a. Terhadap Aging (Penuaan Biji)

    Minyak di permukaan biji kopi mempercepat oksidasi karena terpapar udara. Akibatnya:

    • Rasa lebih cepat berubah: Aroma berkurang, muncul rasa tengik (rancid).
    • Dark roast berminyak umumnya memiliki shelf life lebih pendek dibanding light roast.

    b. Terhadap Rasa

    • Dark Roast Berminyak:
      Cenderung menghasilkan rasa smoky, pahit, dan berat karena minyak membawa senyawa karbonisasi dari sangrai gelap.
    • Light Roast Berminyak:
      Meski berminyak, itu tidak apa-apa, kopi ga akan terasa smoky walaupun ada sedikit oil karena memang tingkat sangrainya light. biji dengan proses fermentasi khusus bisa mempertahankan rasa fruity, acidity cerah, dan aroma floral. Contoh: Kopi anaerobic natural dari Gayo, Flores, Ethiopia atau Kolombia.

    3. Mitos yang Perlu Dibenarkan

    “Warna Biji Kopi Mencerminkan Rasa”

    • Warna biji kopi sangat bias:
      Biji light roast dari proses natural mungkin terlihat lebih gelap karena residu gula dari kulit buah, tetapi rasanya tetap ringan dengan lively acidity.

    “Kopi Berminyak = Fresh”

    • Salah!
      Minyak pada dark roast justru sering muncul setelah biji “menua” (setelah degassing). Kopi light roast berminyak dari proses khusus mungkin masih fresh, tetapi perlu disimpan di wadah kedap udara untuk mencegah oksidasi.

    4. Tips dari Berbagai Sumber

    1. Simpan di Wadah Kedap Udara:
      Minyak pada biji kopi rentan oksidasi. Simpan dalam wadah vakum atau kedap udara, jauhkan dari panas dan cahaya (Sumber: National Coffee Association USA).
    2. Grind Sesaat Sebelum Brewing:
      Biji berminyak lebih rentan menggumpal saat digiling. Pastikan grinder Anda bersih dari sisa minyak untuk menghindari coffee retention (Sumber: Barista Hustle).
    3. Pilih Metode Penyeduhan yang Tepat:
    • Dark roast berminyak cocok untuk espresso atau French Press (tekstur berat).
    • Light roast berminyak dengan rasa fruity lebih cocok untuk pour-over atau Aeropress (Sumber: Perfect Daily Grind).
    1. Perhatikan Roast Date:
      Konsumsi biji kopi berminyak dalam 2–3 minggu setelah sangrai untuk rasa optimal (Sumber: Coffee Research Institute).

    Kesimpulan

    Kepercayaan bahwa “kopi berminyak = buruk” atau “kopi berminyak = premium” adalah oversimplifikasi. Faktor seperti proses pengolahan, tingkat sangrai, dan teknik penyimpanan jauh lebih berpengaruh pada rasa akhir. Jika Anda menemukan biji light roast berminyak dengan rasa fruity, itu mungkin hasil inovasi pengolahan modern—bukan kecacatan!

    Pernah mencoba kopi light roast berminyak? Bagikan pengalamanmu di komentar! ☕

    Sumber: Sagebrush Coffee, Coffee Research Institute, Perfect Daily Grind, National Coffee Association USA.

  • Mitos Tentang Espresso

    Mitos Espresso: Fakta tentang Krema dan Cara Menikmati Espresso yang Lebih Baik

    Espresso adalah minuman kopi yang sangat pekat ,terkonsentrasi, ada yang bilang adalah minumaan kopi yang kaya akan rasa dan aroma, tetapi sering dikelilingi oleh mitos-mitos yang membingungkan, terutama tentang krema—lapisan buih cokelat keemasan di atas espresso. Beberapa orang menganggap krema sebagai indikator kualitas, sementara yang lain merasa rasanya terlalu pahit. Mari kita bahas fakta-faktanya dan beberapa tips untuk menikmati espresso dengan lebih baik.

    1. Mitos Krema: Tidak Selalu Menandakan Kualitas

    Banyak orang percaya bahwa krema yang tebal = espresso berkualitas tinggi, tapi sebenarnya tidak selalu begitu. Krema fresh roast,dark roast sangatlah tebal- tapi apakah itu menandakan bahwa kopi di fase rasa terenak???

    Krema terbentuk dari emulsi minyak kopi, karbondioksida, dan air yang tertekan selama ekstraksi. Meskipun krema bisa menjadi tanda kesegaran biji kopi, ketebalannya juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti:

    • Kesegaran kopi: Umur Kopi yang terlalu lama disimpan (stale) akan kehilangan CO₂, sehingga menghasilkan krema tipis atau bahkan tidak ada.
    • Suhu air: Jika air brew tidak cukup panas (idealnya 90–96°C), ekstraksi tidak optimal dan krema bisa berkurang.
    • Over-ekstraksi: Ekstraksi terlalu lama bisa membuat krema terlihat gelap, tipis, dan rasanya pahit.

    2. Rasa Krema Sebenarnya Tidak Selalu Enak

    Krema mengandung konsentrasi tinggi minyak kopi dan senyawa pahit. Bagi sebagian orang, rasa krema saja terlalu kuat dan kurang seimbang. Mengaduk espresso dengan durasi singkat dapat membantu menghasilkan minuman yang lebih balance. Fungsi krema juga sebagai insulator alami yang menjaga suhu espresso tetap panas dan memperlambat oksidasi.

    3. Espresso Cepat Teroksidasi: Rasa Jadi “Sharp” dan Metallic

    Setelah diekstraksi, espresso mulai teroksidasi dengan cepat (dalam hitungan detik!). Jangan pernah membiarkan minuman espresso terlalu lama! segera minum karena ketika dibiarkan terlalu lama, rasanya bisa berubah menjadi tajam, metallic, dan kurang nyaman di lidah. Itulah mengapa espresso sebaiknya dinikmati segera setelah diseduh.

    Tips untuk Krema dan Espresso yang Lebih Baik

    1. Gunakan biji kopi segar (roasted within 2–4 minggu) untuk krema yang konsisten.
    2. Grind size dan ekstraksi seimbang – Grind terlalu halus bisa menyebabkan over-ekstraksi, sementara terlalu kasar membuat krema tipis.
    3. Air harus cukup panas (90–96°C) untuk ekstraksi optimal.
    4. Aduk espresso sebelum diminum untuk mencampur krema dengan cairan di bawahnya, sehingga rasa lebih seimbang.
    5. Minum segera – Espresso terbaik dinikmati dalam 1-2 menit setelah penyajian.

    Kesimpulan

    Krema bukan satu-satunya penanda kualitas espresso. Faktor seperti kesegaran biji, suhu air, dan teknik ekstraksi juga sangat berpengaruh. Jika Anda tidak menyukai rasa pahit krema, coba aduk sebelum diminum atau pilih biji kopi dengan profil roasting yang lebih seimbang.

    Apa pengalaman Anda dengan krema espresso? Bagikan di komentar! ☕

  • Magic Water Untuk Rasa Kopi yang Ajaib

    Air untuk Kopi: Mengapa Tidak Semua Air Itu Sama?

    Air adalah komponen terpenting dalam menyeduh kopi, karena lebih dari 98% secangkir kopi terdiri dari air. Namun, tidak semua air cocok untuk menyeduh kopi yang baik. Kualitas air memengaruhi ekstraksi, rasa, aroma, dan tekstur kopi. Melalui artikel ini saya akan membahas bagaimana karakteristik air (seperti hardness, kandungan mineral, dan pH) memengaruhi hasil seduhan, serta rekomendasi air terbaik untuk kopi berdasarkan berbagai sumber, termasuk Apax Coffee Lab.


    1. Kandungan Mineral dan Hardness Air

    Air dengan kandungan mineral tinggi (high TDS/Total Dissolved Solids) dan hardness (kekerasan) yang tinggi dapat mudah menyebabkan over-ekstraksi. Hal ini terjadi karena mineral seperti kalsium dan magnesium mempercepat ekstraksi senyawa kopi, termasuk senyawa pahit dan astringen.

    Menurut Scott Rao :

    “Air dengan hardness tinggi dapat membuat kopi terasa lebih pahit dan kering (dryness), terutama jika teknik penyeduhan tidak tepat.”

    Sementara itu, Apax Coffee Lab menjelaskan:

    “Semakin tinggi hardness dan kandungan mineral, semakin mudah terjadi over-ekstraksi. Jika air memiliki pH tinggi dan mineral berlebih, seduhan yang salah bisa menghasilkan dryness dan excessive bitterness.”

    Dampak Air High Mineral pada Kopi:

    • Over-ekstraksi → Rasa pahit berlebihan, dryness, less complex.
    • Dryness (kekeringan di lidah) → Sensasi astringen seperti teh sepet yang terlalu kuat dan tenggorokan kering.
    • Menyamarkan nuance rasa → Rasa buah atau floral samar, kopi cenderung undertone/ rasa tidak jelas.

    2. Air Low Mineral: Clarity Tinggi, Tapi Tekstur Ringan

    Air dengan mineral rendah (low TDS, 0-50 ppm) cenderung menghasilkan:
    Clarity (kejernihan rasa) → Nuansa asam, buah, dan floral lebih terasa
    Tekstur sangat ringan → Body kopi kurang terasa, very light tekstur terkadang short lenght aftertaste.

    Kami di Roastery nyaman menggunakan air low mineral untuk cupping atau Quality Control (QC) di roastery karena konsistensinya. Seperti yang sering ditanyakan customer saya, pakai air apa?

    “Di Panna Roastery, saya selalu menyeduh menggunakan low mineral. Untuk QC di roastery, saya menggunakan air demineral dengan sistim filtrasi RO reverse osmosis yang rata-rata air 0-2 ppm mineral ,supaya kualitas airnya selalu konsisten.”

    Alasannya?

    • Air dengan mineral sangat rendah (hampir seperti air destilasi) memastikan tidak ada pengaruh mineral terhadap ekstraksi, sehingga cacat atau kelebihan roast bisa terdeteksi lebih jelas.

    Namun, untuk penyajian sehari-hari, air dengan mineral seimbang (50-150 ppm) lebih direkomendasikan agar mendapatkan keseimbangan antara clarity dan body.


    3. Rekomendasi Komposisi Air Ideal untuk Kopi

    Berdasarkan Specialty Coffee Association (SCA), standar air terbaik untuk kopi adalah:

    • TDS: 75–150 ppm
    • Hardness (kalsium/magnesium): 50–100 ppm
    • pH: 6.5–7.5 (netral)
    • Alkalinitas: 40–70 ppm

    Sumber Air Terbaik untuk Kopi:

    1. Air Reverse Osmosis (RO) + Remineralisasi
    • Air RO disaring hingga hampir murni, lalu ditambahkan mineral seperti magnesium atau kalsium dalam jumlah terkontrol.
    • Contoh: Apax Coffee Lab,Third Wave Water, Aquacode.
    1. Contioh Sample Air Kemasan dengan Mineral
    • VIT , Aqua (TDS ~60-90 ppm) → Masih cocok digunakan untuk filter
    • Le Minerale (TDS ~130 ppm) → Sedikit lebih berat, baik untuk espresso.
    • Sebagai tambah catatan air kemasa bermineral memiliki kandungan mineral yang tidak stabil dari batch ke batch sehingga harus rajin cek menggunakan TDS meter.
    1. Air RO atau distilasi untuk QC di Roastery
    • Digunakan untuk mengevaluasi roast profile tanpa gangguan mineral.

    4. Kesimpulan: Pilih Air Sesuai Kebutuhan

    • Untuk Clarity & Nuansa Rasa: Gunakan air low mineral (0-50 ppm).
    • Untuk Balance & Body: Air dengan TDS 50-100 ppm lebih ideal.
    • Untuk QC & Evaluasi Roast: Air 0-2 ppm (destilasi/RO murni).

    Jika kopi terasa terlalu pahit atau kering, cek hardness air Anda. Sebaliknya, jika kopi terasa datar, mungkin air terlalu rendah mineralnya.

    Dengan memahami peran air dalam ekstraksi, kita bisa lebih menghargai betapa pentingnya memilih air yang tepat untuk secangkir kopi yang sempurna.

    Referensi:

    • Scott Rao, Demystifying Water for Coffee
    • Apax Coffee Lab
    • SCA Water Quality Handbook
  • Punya Cone? Punya Flat Bottom? Bagaimana Cara Optimalisasinya?

    Flat vs. Cone Basket: Bentuk Keranjang Sama Pentingnya dengan Ukuran Gilingan dalam Kopi Seduh

    Saat menyeduh kopi dengan metode drip, pemilihan keranjang (basket)—baik yang berbentuk flat bottom maupun cone—memiliki pengaruh signifikan terhadap ekstraksi dan waktu drawdown. Menurut salah satu artikel oleh SCA (Specialty Coffee Association), perbedaan bentuk keranjang ini memengaruhi aliran air, ekstraksi, dan bahkan strategi penyajian.

    Perbedaan Dasar: Cone vs. Flat Bottom

    1. Cone Basket
    • Drawdown lebih cepat karena bentuk kerucut yang memusatkan aliran air.
    • Rentan terhadap channeling jika gilingan tidak konsisten.
    • Cocok untuk teknik pulse pour yang lebih intens karena air mengalir lebih efisien.
    1. Flat Bottom Basket
    • Drawdown lebih lambat karena distribusi air yang merata di dasar datar.
    • Memberikan ekstraksi lebih stabil dan mengurangi risiko channeling.
    • Membutuhkan penyesuaian teknik penyeduhan, seperti mengurangi frekuensi pulse pour dibandingkan cone.

    Tips Penyesuaian untuk Flat Bottom

    • Grind Size: Karena drawdown lebih lambat, mungkin perlu menggiling sedikit lebih kasar (tergantung resep) untuk menghindari over-extraction.
    • Pulse Pour: Kurangi frekuensi banyaknya pouring dibandingkan dengan cone , maintain air jangan terlalu penuh agar tidak membanjiri bed kopi. Aliran tuang air yang lebih lambat membantu kontrol yang lebih presisi.
    • Agitasi: Pengadukan (swirl) bisa membantu distribusi ekstraksi, terutama jika menggunakan flat bottom.
    • Sebagai catatan sekarang ada banyak opsi flat bottom yang menawarkan fast flow seperti B75 dari Timemore.

    Kesimpulan

    Bentuk keranjang bukan sekadar preferensi visual—ia memengaruhi dinamika penyeduhan. Eksperimen dengan grind size, teknik pouring, dan rasio air-kopi akan membantu mencapai ekstraksi optimal, baik menggunakan cone yang cepat atau flat bottom yang lebih stabil.

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop