Tag: specialty coffee

  • Alat Bantu Dripper Assist, Harus Ada Penyesuaian Cara Seduh

    Mengoptimalkan Seduhan Kopi dengan Drip Assist: Penyesuaian, Waktu Seduh, dan Resep Menarik

    Drip Assist adalah alat inovatif yang dirancang untuk menyederhanakan proses pour-over coffee, tidak juga membantu bagi pemula tapi alat ini semakin digemari para barista saat tanding, karena alat ini bantu mereka yang menginginkan konsistensi tanpa teknik pouring rumit. Alat ini berfungsi sebagai “agitasi otomatis / seperti alat batch brew” mini, menyebarkan air secara merata di atas bed kopi, sehingga mengurangi risiko channeling (aliran air tidak merata) dan meningkatkan ekstraksi. Namun, apakah penggunaannya memerlukan penyesuaian khusus? Bagaimana dampaknya terhadap total brew time?


    Apa Itu Drip Assist?

    Drip Assist adalah alat berbentuk kubah berlubang (biasanya dari plastik) yang diletakkan di atas brewer pour-over (seperti V60, Kalita Wave, atau switch). Alat ini menstabilkan aliran air dari ketel (kettle), memastikan distribusi air yang konsisten dan merata tanpa perlu keterampilan pouring khusus.


    Penyesuaian yang Diperlukan Saat Menggunakan Drip Assist

    Meski Drip Assist memudahkan proses, beberapa penyesuaian tetap dibutuhkan untuk hasil optimal:

    1. Ukuran Gilingan (Grind Size)
    • Penyesuaian: Giling kopi sedikit lebih halus dibanding metode pour-over manual.
    • Alasan: Drip Assist mengalirkan air lebih konsisten,agitasi rendah dan stabil. Jika kopi terlalu kasar, risiko under-extraction atau watery besar.
    • Tips: Uji coba dengan menyesuaikan gilingan jika waktu seduh melebihi rekomendasi begitu pula sebaliknya , suggest total brew time 2-4 lmenit
    1. Kecepatan dan Volume Pouring
    • Penyesuaian: Tuang air lebih cepat (tanpa takut merusak bed kopi), tetapi pastikan volume air tidak melebihi kapasitas Drip Assist.
    • Alasan: Drip Assist sudah mengatur penyebaran air, jadi Anda bisa menuang lebih agresif untuk menjaga suhu air tetap stabil.
    1. Tinggi Ketel (Kettle Height)
    • Penyesuaian: Posisikan ketel lebih dekat ke Drip Assist (5–7 cm).
    • Alasan: Tinggi ketel memengaruhi tekanan air. Jarak pendek menjaga aliran tetap lancar tanpa cipratan.

    Total Brew Time dengan Drip Assist

    Waktu seduh cenderung lebih konsisten, tetapi mungkin sedikit lebih cepat 10–30 detik) dibanding pour-over manual, terutama jika:

    • Ukuran gilingan terlalu kasar.
    • Awas kamu tidak perlu tuang debit air dari ketel terlalu kecil.

    Rekomendasi Total Brew Time:

    • Target: 2:30–3:30 menit untuk 250–300 ml kopi.
    • Jika terlalu cepat (<2:30): Perhalus gilingan atau kurangi kecepatan pouring.
    • Jika terlalu lambat (>3:30): Kasar-kan gilingan atau pastikan filter tidak tersumbat.

    💡 Catatan: Drip Assist membuat waktu seduh lebih stabil antar-seduhan, tetapi ukuran gilingan dan jenis kopi tetap faktor kunci!


    Resep Menarik: “Dancing Assist” V60 dengan Drip Assist

    Coba resep ini untuk rasa cerah dengan aroma buah tropis:

    Bahan:

    • 20 g kopi single-origin (rekomendasi: Ethiopia atau Puntang, light roast).
    • 300 ml air panas (suhu 93–96°C).
    • Alat: V60, filter kertas, Drip Assist, ketel gooseneck.

    Langkah:

    1. Bloom (0:00–0:45):
    • Basahi filter dengan air panas, buang airnya.
    • Tambahkan kopi, ratakan. Letakkan Drip Assist di atasnya.
    • Tuang 60 ml air untuk bloom. Biarkan kopi mengembang 45 detik.
    1. Main Pour (0:45–1:45):
    • Tuang 140 ml air dengan aliran stabil (fokus kecepatan sedang).
    • Tunggu hingga air turun tiris.
    1. Final Pour (1:45–2:15):
    • Tuang sisa 100 ml air.
    • Angkat Drip Assist saat semua proses seduh sudah selesai.
    1. Total Brew Time:
    • Kopi seharusnya tuntas mengalir di detik 3:00–3:20.
    • Hasil: Seduhan jernih dengan bebuahan, berry, , jeruk, dan aftertaste manis.

    Kesimpulan

    Drip Assist adalah solusi praktis untuk:
    ✅ Pemula yang ingin konsistensi.
    ✅ Pecinta kopi yang lelah dengan teknik pouring rumit.
    ✅ Seduhan repeatable di pagi hari yang sibuk.

    Penyesuaian utama terletak pada gilingan dan pengaturan jumlah step pouring. Total brew time akan stabil di kisaran 3 menit jika gilingan dan debit air dioptimalkan. Cobalah resep “Dancing Assist” untuk mengeksplorasi potensi rasa kopi Anda!

    Pro Tip: Pair Drip Assist dengan scale timbangan untuk memantau rasio air : kopi (1:15) dan brew time secara real-time!

  • Harus Mulai Dari Mana? Panduan Seduh Untuk Pemula Specialty Coffee

    Panduan Pemula: Menyeduh Kopi Baru untuk Pertama Kali

    Tantangan buat kalian adalah menyeduh kopi untuk pertama kalinya, apalagi dengan biji kopi yang belum dikenal, bisa terasa seperti petualangan! Jangan khawatir, semua brewer berpengalaman juga pernah memulai dari sini.

    Filosofi Awal: Jangan Takut Bereksperimen!
    Menyeduh kopi adalah gabungan seni dan sains. Tidak ada “salah” mutlak, hanya “belum pas” untuk selera Anda. Tujuannya adalah menemukan cara menyeduh yang menghasilkan secangkir kopi yang Anda nikmati, bukan pusing menyontek resep seduh atau menanyakan resep seduh!

    Parameter Brewing Kunci yang Perlu Diidentifikasi:

    Inilah “KUNCI” utama yang akan Anda putar untuk mengekstrak rasa terbaik dari biji kopi baru:

    1. Grind Size (Ukuran Gilingan):
      • Pengaruh: Mengontrol kecepatan ekstraksi. Gilingan halus = luas permukaan lebih besar = ekstraksi lebih cepat. Gilingan kasar = ekstraksi lebih lambat. Semakin halus kopinya semakin lama brew time begitu pula sebaliknya. Total brew time dapat kalian explore 2-4 menit.
      • Identifikasi untuk Biji Baru: Lihat metode seduh Anda. Secara umum:
        • Pour Over (V60, Kalita): Medium-medium fine (seperti pasir pantai).
        • French Press: medium (seperti gula pasir).
        • Aeropress: Medium-fine sampai fine (tergantung resep).
        • Moka Pot: Fine (tapi lebih kasar dari espresso).
      • Tip Pemula: Mulailah dengan rekomendasi ukuran gilingan untuk alat Anda. Jika kopi terasa terlalu asam (sour) dan kurang body, giling sedikit lebih halus. Jika terlalu pahit (bitter) dan terasa kering/astringent, giling lebih kasar.
    2. Coffee-to-Water Ratio (Rasio Kopi-Air):
      • Pengaruh: Menentukan kekuatan (strength) dan konsentrasi rasa.
      • Identifikasi untuk Biji Baru: Rasio standar yang aman untuk pemula adalah 1:15 atau 1:17(misal: 15g kopi untuk 225g air, atau 20g kopi untuk 340g air). Ini titik awal yang seimbang.
      • Tip Pemula: WAJIB gunakan timbangan gram! Mengukur dengan sendok tidak akurat. Jika hasilnya terlalu encer atau rasanya tipis, tambahkan sedikit kopi (misal, ubah rasio ke 1:14). Jika terlalu kuat atau terlalu intens, kurangi sedikit kopi (misal, ubah rasio ke 1:17).
    3. Water Temperature (Suhu Air):
      • Pengaruh: Suhu tinggi mengekstrak lebih cepat dan lebih banyak (termasuk rasa pahit). Suhu rendah ekstraksi lebih lambat, berisiko menghasilkan kopi asam.
      • Identifikasi untuk Biji Baru: 90°C – 96°C adalah sweet spot untuk sebagian besar kopi penyeduh manual. Untuk biji baru, mulai dari 93°C itu aman.
      • Tip Pemula: Jika tidak punya termometer, didihkan air lalu diamkan 30 detik – 1 menit setelah mendidih sebelum menyeduh. Jika kopi terlalu asam, coba suhu sedikit lebih tinggi. Jika terlalu pahit, coba suhu sedikit lebih rendah.
    4. Brew Time (Waktu Seduh):
      • Pengaruh: Durasi kontak air dengan kopi. Waktu lebih lama = ekstraksi lebih banyak.
      • Identifikasi untuk Biji Baru: Sangat tergantung metode:
        • Pour Over: Biasanya 2:30 – 3:30 menit total (termasuk waktu bloom).
        • French Press: 4 menit (setelah diaduk awal).
        • Aeropress: Bervariasi (1-3 menit), tergantung teknik dan tingkat kehalusan bubuk kopi, makin halus makin cepat waktu ekstraksinya.
      • Tip Pemula: Ikuti panduan waktu dasar untuk metode Anda. Gunakan TIMER! Jika kopi terlalu asam, tambahkan waktu seduh beberapa detik/ menit. Jika terlalu pahit, kurangi waktu seduh beberapa detik. Contact time antara kopi dan air membantu menguatkan kepekatan kopi, sweetness dan struktur.
    5. Agitation (Pengadukan/Pergerakan Air):
      • Pengaruh: Mengaduk atau menuang air dengan pola tertentu memastikan semua kopi terbasahi merata dan mempengaruhi ekstraksi.
      • Identifikasi untuk Biji Baru: Untuk pemula, fokus pada teknik dasar:
        • “Bloom”: Tuang sedikit air (2-3x berat kopi) untuk membasahi semua kopi dan melepas gas CO2, diamkan 30-45 detik. WAJIB lebih lama waktu blooming untuk kopi segar (roasted < 1 bulan).
        • Pouring (Pour Over): Tuang air secara stabil dan perlahan, usahakan merata, sekarang ada alat bantu bernama drip assist, namun drip assist seringkali menghasilkan agitasi yang rendah sehingga kita juga harus menggiling kopi sedikit lebih halus untuk mendapatkan rasa yang pas!
        • Pengadukan (French Press/Aeropress): Aduk beberapa kali di awal untuk memastikan semua kopi terendam.
        • Tip Pemula: Lakukan bloom! Untuk pour over, tuang air secara melingkar perlahan. Hindari menuang terlalu kencang yang menyebabkan kopi “over” atau tidak merata ( channeling).

    Tips Penting untuk Brewer Pemula Menghadapi Biji Kopi Baru:

    1. Mulailah dengan “Resep Standar”: Cari resep dasar yang terpercaya untuk alat seduh Anda. Ini adalah titik awal ilmiah yang baik. Saya suka membagi seduhan menjadi 3 bagian, cara simple untuk menghasilkan cup enak. Contoh : 10 gram kopi dan 150 ml air, saya bagi menjadi 3 tuangan 50/50/50.
    2. Catat Segalanya!: Ini GOLDEN RULE. Tulis:
      • Tanggal & Nama Kopi
      • Berat Kopi (gram)
      • Berat Air (gram)
      • Ukuran Gilingan (atau setelan grinder)
      • Suhu Air (°C)
      • Waktu Seduh Total (menit:detik)
      • Rasa Hasil (Asam? Manis? Pahit? Body? Catat kesan)
    3. Bereksperimenlah Satu Parameter Saja: Jangan ubah grind size, ratio, dan waktu sekaligus! Ubah satu parameter per penyeduhan berikutnya untuk benar-benar memahami efeknya. Misalnya, hari ini ubah grind size, besok ubah rasio.
    4. Cicipi Secara Kritis (Tapi Sederhana): Tanya diri sendiri:
      • Apakah terlalu asam/sour (seperti buah mentah)? -> Kurang ekstraksi.
      • Apakah terlalu pahit/bitter (seperti kulit kayu, rasa kering di lidah)? -> Terlalu ekstraksi.
      • Apakah seimbang? Manis? Memiliki karakter buah/bunga/coklat seperti deskripsi bijinya?
    5. Bersihkan Alat Secara Maksimal: Sisa minyak kopi lama akan merusak rasa seduhan baru. Pastikan semua alat (grinder, saringan, wadah) bersih.
    6. Gunakan Air Berkualitas Baik: Air keran berbau kaporit atau air mineral yang terlalu keras bisa merusak rasa. Air filter atau air kemasan netral (TDS rendah) ideal.
    7. Giling Sesaat Sebelum Seduh: Ini sangat penting! Kopi bubuk yang sudah digiling akan kehilangan aroma dan rasa dengan cepat. Investasi grinder sederhana lebih baik daripada beli kopi bubuk.
    8. Jangan Berkecil Hati: Tidak semua seduhan akan sempurna. Itu bagian dari proses belajar. Nikmati perjalanan mencicipi dan menyesuaikan.
    9. Contoh resep seduh :

    Kesimpulan:

    Menyeduh kopi baru pertama kali adalah eksplorasi yang menyenangkan. Kuncinya adalah memahami parameter dasar (Grind Size, Ratio, Temperature, Time, Agitation), memulai dengan resep standar, mencatat dengan teliti, dan melakukan penyesuaian satu per satu parameter berdasarkan hasil cicipan. Jangan lupa peralatan bersih dan air yang baik. Percayalah pada lidah Anda, bersabarlah, dan nikmati setiap langkah dalam menemukan profil rasa sempurna dari biji kopi baru Anda. Selamat menyeduh!

  • Seduh Kopi Tanpa Timbangan? Muscle Memory

    Ngopi Nggak Harus Ribet: Melatih Muscle Memory dalam Teknik Seduh Manual

    Kadang ada disatu periode kita dihadapkan situasi kekurangan alat tertentu dalam menyeduh kopi. Lebih lebih banyak orang juga merasa intimidasi saat ingin mulai menyeduh kopi secara manual,dikarenakan tools terlalu banyak. Padahal, kenyataannya tidak selalu seperti itu.

    Saya ingin membagikan pengalaman pribadi saat menyeduh kopi tanpa timbangan—dan ternyata hasilnya bisa tetap enak, walupun tidak bisa dibilang sangat konsisten. Bagaimana caranya? Jawabannya ada di muscle memory.

    ☕ Apa Itu Muscle Memory dalam Penyeduhan Kopi?

    Muscle memory atau memori otot adalah kemampuan tubuh untuk mengingat gerakan tertentu setelah dilakukan berulang-ulang. Sama seperti bermain gitar, mengetik cepat, atau bahkan mengikat tali sepatu—semua bisa dilakukan tanpa berpikir karena otot kita sudah “ingat”.

    Dalam menyeduh kopi, muscle memory bisa diterapkan saat menuang air. Setelah saya melakukan uji coba berulang, saya menemukan bahwa setiap 5 putaran tuangan dari ketel saya ( timemore pelican spout) menghasilkan sekitar 45–50 ml air. Ini berarti, meski tanpa timbangan, saya masih bisa mengontrol volume air yang digunakan dengan cukup akurat.

    💡 Kenapa Ini Penting?

    • Praktis saat bepergian – Tidak semua tempat punya timbangan. Muscle memory memungkinkan kamu tetap bisa menyeduh kopi nikmat, bahkan di alam terbuka atau saat traveling.
    • Mengurangi tekanan “harus sempurna” – Seduhan kopi yang enak bisa dicapai bukan hanya dengan alat canggih, tapi dengan perhatian dan latihan.
    • Lebih peka terhadap proses – Tanpa alat bantu, kita justru belajar untuk lebih aware terhadap kecepatan tuang, warna kopi, dan aroma yang keluar.

    📖 Referensi Pendukung

    • James Hoffmann, dalam bukunya The World Atlas of Coffee, menjelaskan bahwa kepekaan terhadap detail adalah kunci dalam seduhan kopi manual, bukan hanya akurasi alat.
    • Sebuah artikel dari perfect daily grinds membahas bahwa banyak barista profesional pun melatih konsistensi tuang air melalui ritme dan kontrol tangan.
    • Dalam Barista Hustle, disebutkan bahwa mengembangkan “pouring technique muscle memory” membantu barista membuat seduhan yang stabil dan efisien di lingkungan sibuk seperti coffee shop.

    🎯 “Feeling Over Fear”

    Kopi tidak harus sempurna untuk bisa dinikmati. Yang penting adalah memahami proses dan menikmati setiap langkahnya. Kalau kamu bisa latih muscle memory, kamu tidak lagi selalu bergantung 100% pada alat—kamu bisa menyeduh dengan perasaan, bukan dengan ketakutan.

    “Brew with intention, not intimidation.”

  • Kopi Giling Basah: Warisan Proses Kopi Dunia dari Indonesia

    Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia dengan keanekaragaman jenis, cita rasa, dan teknik pengolahan. Salah satu metode pengolahan kopi yang menjadi warisan dunia dari Indonesia adalah proses giling basah atau dikenal juga dengan istilah wet hulling. Metode ini bukan hanya khas, tetapi juga membentuk karakteristik rasa kopi Indonesia.

    Apa Itu Proses Giling Basah?

    Proses giling basah adalah metode pengolahan kopi yang unik, banyak digunakan di daerah dataran tinggi seperti Sumatera , serta sebagian Sulawesi dan Jawa. Dalam proses ini, pelepasan cangkan kopi atau gabah/ parchment biji kopi diproses dalam kondisi kadar air yang masih tinggi sebelum dikeringkan sepenuhnya.

    Langkah-Langkah Proses Giling Basah

    1. Pemetikan Buah Matang
      Buah kopi yang telah matang (berwarna merah) dipetik secara selektif.
    2. Pengupasan Kulit (Pulper)
      Buah kopi yang telah dipetik kemudian dikupas kulitnya menggunakan mesin pulper, sehingga menyisakan biji yang masih diselimuti lendir (mucilage).
    3. Fermentasi dan Pencucian
      Biji kopi difermentasi selama 12–24 jam (bisa lebih singkat tergantung lokasi dan cuaca) untuk melonggarkan lendir, lalu dicuci bersih.
    4. Pengeringan Awal
      Biji dikeringkan secara singkat hingga kadar airnya turun sekitar 30–35% (belum sepenuhnya kering).
    5. Penggilingan Basah (Wet Hulling)
      Berbeda dari metode konvensional fully washed , biji kopi di sini digiling kulit tanduknya (parchment) saat masih basah menggunakan mesin huller. Inilah yang disebut “giling basah”.
    6. Pengeringan Lanjutan
      Biji kopi (green bean) kemudian dikeringkan kembali hingga kadar air mencapai sekitar 12%.

    Karakteristik Cita Rasa Kopi Giling Basah

    Proses ini menciptakan cita rasa khas yang sering diasosiasikan dengan kopi Indonesia:

    • Bodi yang tebal
    • Rasa earthy, herbal, kadang-kadang spicy
    • Kadar keasaman (acidity) rendah
    • Aftertaste yang panjang dan kompleks

    Kenapa Proses Giling Basah Digunakan di Indonesia?

    Ada beberapa alasan kenapa metode ini berkembang dan bertahan di Indonesia:

    1. Kondisi Iklim dan Cuaca Tropis
      Tingginya kelembapan dan seringnya hujan di daerah dataran tinggi membuat pengeringan kopi secara natural sangat sulit. Giling basah memungkinkan pengolahan lebih cepat di tengah keterbatasan cuaca.
    2. Kebutuhan Pasar Lokal dan Rantai Pasok Singkat
      Banyak petani menjual kopi dalam bentuk gabah basah (wet parchment) kepada tengkulak atau koperasi. Proses giling basah memfasilitasi sistem perdagangan kopi lokal ini.
    3. Adaptasi Teknologi dan Budaya
      Petani-petani kopi kecil di Indonesia lebih terbiasa dengan teknologi dan peralatan sederhana. Proses ini juga lebih cocok dengan struktur produksi yang tersebar di desa-desa.

    Inovasi dan Variasi: Proses Giling Basah yang Makin Maju

    Dalam satu dekade terakhir, mulai banyak eksperimen dan inovasi dalam pengolahan kopi di Indonesia. Beberapa variasi dari proses giling basah kini dikembangkan untuk menghasilkan specialty coffee dengan profil rasa yang lebih kompleks:

    1. Honey Wet Hull

    Kombinasi antara proses honey (pulped natural) dan giling basah. Lendir tidak dicuci bersih, tetapi dibiarkan menempel sebagian sebelum proses giling basah dilakukan. Hasilnya adalah kopi dengan rasa manis, clean, dan acidity yang lebih seimbang.

    2. Natural Wet Hull

    Buah kopi dikeringkan utuh (seperti proses natural), lalu diproses dengan giling basah. Teknik ini menghasilkan rasa fruity yang intens, bodi tebal, dan keunikan rasa tropikal (jackfruit, nangka, dll).


    Tantangan dari Proses Giling Basah

    Meski populer dan cocok untuk kondisi lokal, proses ini juga menghadapi berbagai tantangan:

    • Konsistensi Mutu: Karena banyak bergantung pada kondisi cuaca dan cara kerja manual, mutu kopi bisa sangat bervariasi antar batch.
    • Risiko Defek: Proses giling saat kadar air masih tinggi bisa menyebabkan biji mudah rusak, pecah, atau terkontaminasi jamur.
    • Kurangnya Standarisasi: Banyaknya variasi lokal tanpa SOP tertulis menyulitkan standarisasi mutu untuk ekspor specialty coffee.
    • Kesadaran Lingkungan: Proses pencucian dan fermentasi dapat menghasilkan limbah cair yang jika tidak dikelola dengan baik bisa mencemari lingkungan.

    Penutup

    Proses giling basah bukan sekadar metode teknis, tetapi bagian dari warisan budaya pengolahan kopi Indonesia. Metode ini memberikan identitas rasa yang khas dan tak tergantikan di pasar dunia. Dengan meningkatnya kesadaran terhadap kualitas dan keberlanjutan, variasi modern seperti honey wet hull dan natural wet hull menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi.

    Indonesia memiliki kesempatan besar untuk memperkenalkan kekayaan proses ini ke panggung global — sebagai bukti bahwa warisan dan inovasi bisa berjalan beriringan dalam secangkir kopi.


    Referensi:

    • Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI)
    • National Coffee Association USA
    • Perfect Daily Grind – “Wet Hulling: A Unique Coffee Processing Method”
    • ITC Coffee Guide (International Trade Centre)
    • Buku Kopi Indonesia: Dari Hulu ke Hilir, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)
  • Design Dripper Berbeda Sudut Kemiringan Berbeda Rasa, Pelajari Ini Sebelum Beli Dripper Baru

    Dalam dunia kopi manual brew, seperti pour over, sekarang kita banyak menemui desain dari dripper yang mana alat ini memainkan peran penting dalam menentukan rasa akhir dalam cangkir. Salah satu elemen desain yang paling sering diperdebatkan adalah kemiringan sudut dripper. Apakah sudut 40°, 60- 62°, atau bahkan 80° benar-benar memengaruhi seduhan? Jawabannya: ya.

    1. Apa Itu Kemiringan Dripper?

    Kemiringan dripper mengacu pada sudut kerucut dari alat seduh, dihitung dari dasar hingga sisi samping. Misalnya, Hario V60 terkenal dengan sudut 60°, yang menjadi asal nama “V60”. Beberapa dripper lain memiliki variasi sudut, seperti:

    • Hario V60: 60°
    • Ct 62 , Hario Alpha Dripper: sekitar 62°
    • Solo dripper, : 40°
    • Cafe deep 27 : 27°
    • Ufo dripper : 80°
    • Kalita Wave: hampir flat-bottom, tidak memiliki sudut kerucut tajam
    • Origami Air S: kemiringan bisa berbeda tergantung filter yang dipakai (flat vs conical)

    2. Pengaruh Kemiringan Terhadap Waktu Seduh

    Kemiringan memengaruhi kedalaman tempat kopi berada, tumpukan bubuk kopi, bentuk aliran air, dan distribusi air selama proses seduh. Ini berdampak langsung pada:

    • Kecepatan aliran air (flow rate)
    • Waktu kontak antara air dan kopi
    • Ekstraksi rasa

    Perbandingan dengan catatan design ribs yang sama:

    Sudut KemiringanAliran AirWaktu SeduhCenderung Menghasilkan
    40°(kerucut curam)Lebih cepatLebih singkatClean, bright, clarity
    62°–70°SedangSedangBalanced body dan acidity
    80° (kerucut landai)Lebih lambatLebih lamaFull body, rich taste

    Mengapa lebih curam bisa lebih cepat?

    Karena bentuk curam menciptakan aliran air yang lebih terfokus ke bawah, memungkinkan air lebih cepat turun ke pusat. Sebaliknya, dripper dengan sudut lebih landai (misalnya 80°) membuat air menyebar lebih lama ke samping sebelum mengalir ke bawah, meningkatkan waktu kontak. Namun, selain kemiringan dripper, banyak hal lain yang dapat membantu cepatnya drawdown air seperti : design ribs dan besar kecilnya nozzle.

    4. Faktor Lain: Alur (Ribs) dan Bentuk Dasar

    Kemiringan bukan satu-satunya faktor. Desain alur dalam dripper juga sangat penting:

    • Ribs / Alur = aliran air lancar = waktu seduh cepat.
    • Definisi:
    • Ribs/ Alur yang terdapat di bagian dalam dinding dripper, langsung bersentuhan dengan kertas filter.
    • Fungsi utama:
    • Menciptakan jalur udara dan air di antara dinding dripper dan kertas filter.
    • Mengurangi vakum atau penyedotan terlalu kuat yang bisa menghambat aliran air.
    • Membantu distribusi air lebih merata di sepanjang dinding filter.

    Begitu juga lubang di dasar dripper (besar/kecil/satu/tiga) turut mengatur kecepatan keluarnya air.

    Kesimpulan

    Kemiringan dripper memang memengaruhi waktu seduh dan rasa akhir kopi. Sudut curam seperti 60° mempercepat aliran air, cocok untuk seduhan clean dan bright, sedangkan sudut lebih landai seperti 80° menahan air lebih lama, menghasilkan body lebih tebal.

    Ketika memilih dripper, perhatikan bukan hanya sudut kemiringan, tapi juga:

    • Desain alur
    • Ukuran lubang dasar
    • Jenis filter (conical vs flat)

    Eksperimen dengan berbagai kombinasi untuk menemukan profil rasa yang paling cocok dengan preferensi Anda.

  • Salah Satu Problem Seduh ! Channeling, Apa Itu?

    Menguak Masalah Channeling pada Brew Coffee Filter dan Cara Mengatasinya

    Bagi pecinta kopi yang gemar menyeduh manual menggunakan metode seperti pour over (V60, Kalita, dll),semua kita tau bahwa kualitas hasil seduhan sangat bergantung pada teknik menyeduh. Salah satu masalah umum yang sering terjadi namun sulit dikenali oleh pemula adalah channeling. Masalah ini bisa menjadi penyebab utama rasa kopi yang tidak konsisten terkadang rasa kopi tidak seimbang, pahit, atau bahkan justru hambar.

    Apa Itu Channeling dalam Kopi?

    Channeling adalah kondisi ketika air yang digunakan untuk menyeduh kopi tidak meresap secara merata melalui keseluruhan coffee (air tidak mengextract seluruh lapisan bubuk kopi). Sebaliknya, air akan mencari jalur paling mudah — seperti celah atau retakan — dan mengalir hanya melalui sebagian kecil dari bubuk kopi. Akibatnya, sebagian bubuk kopi akan over-extracted (kelebihan ekstraksi), dan sebagian lainnya under-extracted (kekurangan ekstraksi).

    Ciri-Ciri Terjadinya Channeling

    • Rasa kopi tidak konsisten: hasil seduh dengan resep sama terkadang pahit di satu sisi, hambar di sisi lain.
    • Aliran air saat pouring tidak rata atau menyembur dari satu sisi, aliran ini dapat kita lihat jelas ketika meletakan dripper diatas coffee stand, yang mana aliran air turun tidak stabil ke server.
    • Slurry atau coffee bed terlihat tidak rata dan ada lobang setelah selesai seduh – tanda adanya saluran tempat air ‘menembus’ dengan cepat.
    • Brew time terlalu cepat dibanding biasanya, padahal variabel lain tidak berubah.

    Penyebab Umum Channeling

    1. Distribusi bubuk kopi yang tidak merata
    2. Gilingan terlalu halus atau terlalu kasar, banyak fines/ banyak boulders.
    3. Pengadukan atau blooming yang tidak hati-hati
    4. Penuanang air saat pouring yang tidak stabil
    5. Filter tidak rata atau bed kopi terlalu tinggi di satu sisi

    Cara Mengatasi dan Mencegah Channeling

    1. Ratakan Bed Kopi Sebelum Menyeduh
      Gunakan teknik distribusi seperti tap ringan atau goyangan kecil (bed leveling) untuk meratakan bubuk kopi sebelum menuangkan air.
    2. Gunakan Gilingan yang Konsisten
      Gunakan grinder yang menghasilkan ukuran giling seragam. Inkonistensi partikel bisa menyebabkan aliran air tidak merata.
    3. Perhatikan Teknik Blooming
      Saat menuang air pertama (bloom), pastikan semua bubuk terkena air secara merata. Aduk atau swirl perlahan jika perlu, tapi jangan terlalu agresif. Aduk menggunakan sendok juga harus diwaspadai, bisa memperlambat laju air turun atau malah melukai paper filter.
    4. Tuang Air dengan Stabil dan Teratur
      Gunakan teknik circular pouring atau pulse pouring dengan kecepatan dan posisi tuang yang konsisten. Hindari menekan satu titik terlalu lama.
    5. Gunakan WDT atau Teknik Distribusi Manual
      Meski populer di espresso, teknik seperti WDT (Weiss Distribution Technique) bisa diadaptasi secara ringan untuk metode manual brew guna meratakan bubuk.
    6. Amati dan Evaluasi Bed Setelah Seduhan
      Lihat bed kopi setelah seduhan. Idealnya, permukaan kopi akan datar dan tidak ada lubang besar — tanda distribusi dan aliran air yang baik.

    Kesimpulan

    Channeling sering kali menjadi musuh dalam diam bagi para brewer, terutama yang baru memulai eksplorasi dunia manual brew. Padahal, dengan pemahaman dan sedikit perhatian ekstra pada proses penyeduhan, masalah ini bisa diatasi.

    Ingat, menyeduh kopi adalah gabungan antara ilmu dan seni — memahami variabel teknis seperti channeling bisa meningkatkan kualitas secangkir kopi yang Anda nikmati setiap hari.

  • Konsep Seduh Juara 3 WBC Buang Kopi Seduhan Pertama

    Berikut artikel singkat dan menarik tentang konsep seduh Carlos Escobar di WBC 2025, berdasarkan resep dan pendekatan uniknya:

    🔍 

    Konsep Seduh Carlos Escobar di WBC 2025

    Di tengah gelombang resep seduh yang semakin kompleks, Carlos Escobar tampil dengan pendekatan yang justru sederhana namun sangat terstruktur. Resep yang ia gunakan pada WBC 2025 menarik perhatian bukan karena kerumitan tekniknya, tetapi karena pemilihan elemen-elemen penting yang saling mendukung secara harmonis, termasuk membuang sedikit hasil seduh.

    Resep Seduh Carlos Escobar

    • Brew Method: Switch 1:14
    • Total air: 200g
    • Total kopi : 14.5g
    • Brew Temperature : 90c
    • Water : 114ppm
    • Step 1 – Immersion:
      • 100g air
      • 1:00 menit imersi
    • Step 2 – Percolation:
      • 100g air
      • lama menuang air selama 0:20 detik secara perkolasi

    Sebuah resep dua langkah yang terlihat sederhana, namun menyimpan keseimbangan ekstraksi dan karakter cup yang sangat presisi.

    Menarik juga adalah membuang sedikit hasil seduhan yang mana mengurangi rasa asin pada hasil seduh

    Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Resep Ini?

    1.  Simplicity ≠ Basic

    Dengan hanya dua langkah — imersi dan perkolasi — Escobar menunjukkan bahwa struktur yang jelas bisa menggantikan kompleksitas teknik. Ini resep yang mudah ditiru oleh siapa pun, namun tetap menghadirkan cup yang complex.

    2. Minim Agitasi = Minim Risiko

    Dengan dua kali penuangan dan tanpa agitasi berlebih, risiko over-extraction hampir tidak ada. Namun, ini juga membuat resep ini rentan under-extraction jika brew ratio tidak dijaga.

    3. Brew Ratio sebagai Stabilizer

    Escobar memilih rasio 1:14, yang:

    • Menjaga agar rasa tidak watery meskipun metode seduh cenderung ringan
    • Memberi intensitas dan kejelasan di cup
    • Menyeimbangkan efek dari minimnya agitasi

    4.  Air: Mineral untuk Tekstur

    Yang paling menarik — air yang ia gunakan cukup heavy yang mana diperkaya mineral, khususnya tipe silica.

    Air ini:

    • Meningkatkan sweetness
    • Memberikan mouthfeel yang lebih tebal
    • Menambah heaviness tanpa mengorbankan clarity

    Air dengan tipe seperti ini sangat menunjang metode seduh dua langkah milik Escobar, karena mengisi kekosongan dari sisi body dan tekstur yang biasanya berkurang saat ekstraksi ringan.

    Kesimpulan

    Carlos Escobar mengajarkan bahwa:

    • Konsistensi dan kontrol bisa datang dari kesederhanaan
    • Resep tidak perlu rumit jika setiap elemen saling melengkapi
    • Air adalah senjata tersembunyi yang mampu mengubah arah hasil akhir seduhan

    Ada kopi rilisan terbaru kita yang menarik untuk dicoba 😁

  • Bahaya Seduh Kopi Pakai Suhu 100c? Apa Peranan Brewing Temperature?

    Pengaruh Suhu dalam Menyeduh Kopi: Apakah Air Mendidih Membuat Kopi Gosong?

    Kopi adalah minuman yang kompleks, dan suhu penyeduhan memainkan peran kritis dalam menentukan cita rasanya. Banyak orang bertanya: apakah menyeduh kopi dengan air mendidih (100°C) membuatnya gosong? Bagaimana suhu memengaruhi hasil seduhan? Bisakah kopi diseduh dengan air dingin? Mari kita bahas satu persatu.


    1. Apakah Menyeduh Kopi dengan Air 100°C Membuatnya Gosong?

    Istilah “gosong” sering diasosiasikan dengan pembakaran, tetapi dalam konteks kopi, air mendidih (100°C) tidak secara langsung membakar biji kopi. Namun, perlu diperhatikan bahwa suhu yang tinggi ini dapat mempercepat ekstraksi.

    Menurut Specialty Coffee Association (SCA), suhu optimal untuk menyeduh kopi adalah 90–96°C. Suhu ini memungkinkan ekstraksi optimal tanpa mengambil terlalu banyak senyawa pahit. Jika menggunakan air mendidih, risiko over-ekstraksi meningkat.

    Tips buat kalian jika ingin menyeduh kopi dengan suhu tinggi, kalian dapat adjust grind setting kesedikit lebih kasar dari biasanya.


    2. Peran Suhu dalam Menyeduh Kopi

    Suhu air memengaruhi kecepatan ekstraksi dan efisiensi ekstraksi senyawa kimia dalam kopi:

    • Suhu Tinggi (85–96°C):
    • Mengekstrak asam, gula, dan kafein lebih cepat.
    • Menghasilkan rasa lebih kompleks dan aroma yang kuat.
    • Cocok untuk metode seduh cepat seperti espresso atau pour-over.
    • Suhu Rendah (di bawah 85°C):
    • Ekstraksi lebih lambat, menghasilkan rasa lebih ringan dan asam.
    • Risiko under-ekstraksi (rasa datar atau asam berlebihan).

    Keseimbangan suhu sangat penting. Jika terlalu panas, kopi menjadi lebih pahit; jika terlalu dingin, rasa tidak maksimal karena didominasi asam.


    3. Bisakah Kopi Diseduh dengan Suhu Dingin? Bagaimana Rasanya?

    Kopi bisa diseduh dengan air dingin melalui metode cold brew. Berbeda dengan es kopi biasa, cold brew menggunakan air bersuhu ruang atau dingin (5–25°C) dengan waktu seduhan lama (12–24 jam). Proses ini menghasilkan:

    • Rasa yang Lebih Lembut: Ekstraksi lambat mengurangi asam dan senyawa pahit.
    • Aroma Ringan dan Manis Alami: Gula dalam kopi terekstrak tanpa keasaman tinggi.
    • Kadar Kafein Tinggi (jika dikonsentrasikan): Meski prosesnya lambat, rasio bubuk kopi-air yang tinggi membuat cold brew bisa lebih “kuat”.

    Menurut studi dari Universitas Thomas Jefferson (2017), cold brew memiliki tingkat pH lebih tinggi dibanding kopi panas, cocok untuk buat kalian yang tidak terlalu suka asam.


    4. Tips Menyeduh Kopi Berdasarkan Suhu

    1. Kopi Panas:
    • Gunakan suhu 90–96°C untuk metode V60, French Press, atau AeroPress.
    • Untuk kopi sangrai gelap (dark roast), kurangi suhu hingga 85°C agar tidak terlalu pahit.
    1. Cold Brew:
    • Campur 1:5 rasio kopi-air, simpan di kulkas 12–24 jam.
    • Saring halus untuk menghindari ampas.

    Kesimpulan

    Suhu air adalah faktor kunci dalam menyeduh kopi. Meski air mendidih (100°C) tidak membuat kopi benar-benar gosong, kopi dengan kualitas yang bagus, kepadatan biji yang rapat, suhu tersebut tidak berisiko merusak keseimbangan rasa. Sementara itu, cold brew membuktikan bahwa kopi bisa dinikmati dengan suhu dingin, menghasilkan profil rasa unik yang segar. Pilihlah metode dan suhu sesuai selera—apakah Anda menginginkan kekuatan kopi panas atau kelembutan cold brew.


    Referensi:

    1. Specialty Coffee Association (SCA). (2016). Water for Brewing.
    2. Rao, S. (2014). The Coffee Roaster’s Companion.
    3. Fuller, M., & Rao, N. Z. (2017). The Effect of Time, Grinding, and Brewing on Cold Brew Coffee. Universitas Thomas Jefferson.
    4. National Coffee Association (NCA). Cold Brew Coffee Guide.
    5. Coffee Chemistry. (2020). Extraction and Temperature.
  • Kopi Rasa Bolu Dari Kebun Kopi Tua di Enrekang

    SUPER WASH – Enrekang Bungin Nating (Old Tree) | Nanolot Limited

    Nanas Bolu Manis😁!

    Kopi ini berasal dari Bungin Nating, sebuah desa di dataran tinggi Enrekang, Sulawesi Selatan—wilayah yang telah lama dikenal dalam dunia kopi sebagai bagian dari Kalosi, sebuah nama legendaris yang hingga kini masih menjadi simbol kualitas dari kopi Sulawesi.

    Sejarah Singkat Kopi Enrekang & Kalosi

    Kopi pertama kali dibawa masuk ke Sulawesi Selatan pada abad ke-18 oleh penjajah Belanda. Dengan cepat, kopi menyatu dengan budaya agraris lokal, terutama di wilayah pegunungan yang memiliki tanah subur, iklim sejuk, dan ketinggian ideal untuk budidaya kopi arabika. Salah satu area paling ikonik adalah Kalosi, yang bukan hanya sebuah tempat, tapi juga sistem distribusi kopi pada masa itu. Nama “Kalosi” sendiri berasal dari stasiun distribusi kopi di Kecamatan Alla, Enrekang, yang menjadi pusat pengumpulan dan pengiriman kopi dari pegunungan sekitarnya ke pelabuhan besar.

    Karena itulah hingga kini, kopi dari Enrekang dan sekitarnya kerap dilabeli “Kalosi” sebagai jaminan mutu—menunjukkan bahwa kopi ini berasal dari daerah dengan ekosistem yang kaya dan petani yang berpengalaman secara turun-temurun.

    Tentang Enrekang SUPER WASH

    Kopi ini merupakan hasil panen nanolot terbatas dari pohon tua (old tree) yang tumbuh di ketinggian 1400–1600 mdpl. Diperlakukan secara khusus dengan metode Super Wash – double-phase fermentation, kopi ini memadukan fermentasi modern dengan bibit arabika kuno typica dan lini s 795, karakter alami biji kopi Enrekang yang kompleks dan manis dapat mudah kalian temukan disetiap sesapan.

    Saat cupping pertama kali, kopi ini langsung menonjol:

    • Aroma manis seperti bolu kukus yang baru matang
    • Acidity cerah dan bersih seperti nanas segar
    • Candy-like sweetness yang memberi kesan juicy dan menyenangkan
    • Finish lembut dan silky, menjadikan kopi ini cocok untuk diseduh dengan metode manual brew, khususnya filter.

    Profil Seduh Rekomendasi (Filter Brew):

    • Dose: 15 gram
    • Air: 235 ml
    • Suhu air: 90°C
    • Grind size: Medium

    Teknik Tuang:

    1. Tuangan pertama: 50 ml
    2. Tuangan kedua: hingga 130 ml
    3. Tuangan ketiga: hingga 200 ml
    4. Tuangan terakhir: perlahan di tengah hingga 235 ml

    Dengan teknik ini, hasil seduhan kamu akan memperlihatkan keunikan dari proses Super Wash—aroma yang intens namun bersih, rasa yang kompleks namun seimbang, dan aftertaste yang tahan lama.

    Kenapa Wajib Dicoba?

    Karena ini bukan sekadar kopi. Ini adalah cerminan dari warisan budaya, kerja keras petani lokal, serta hasil eksperimen pascapanen yang dilakukan dengan penuh presisi dan niat untuk membawa kopi Enrekang ke level yang lebih tinggi. Dalam setiap tegukan, Anda tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga cerita panjang dari pegunungan Sulawesi.

  • Alasan Kenapa Harga Kopi Semakin Mahal?

    Mengapa Harga Kopi Terus Meroket?

    Dalam beberapa tahun terakhir, harga kopi global melonjak tajam—baik Arabika maupun Robusta—menyentuh rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari level sebelum pandemi di bawah US $2–3 per kg, kini Arabika diperdagangkan pada ≈ US $8,62/kg, dan Robusta pada ≈ US $5,27/kg (Mei 2025). Lonjakan ini tidak terjadi tanpa sebab, melainkan perpaduan berbagai faktor fundamental, cuaca ekstrem, kebijakan, dan tren permintaan baru.


    1. Pasokan & Permintaan Global

    • Produksi vs. Konsumsi
      Dunia masih bergantung pada segelintir negara produsen besar—Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia—sementara permintaan terus tumbuh, terutama di pasar non-tradisional seperti China dan Asia.
    • Permintaan China
      Konsumsi “away-from-home” di China tumbuh 15 % YoY, dengan impor biji hijau melonjak tiga kali lipat dalam satu dekade, mendorong rata-rata harga Arabika ke level tinggi.

    2. Dampak Cuaca Ekstrem: Kasus Frost Brasil

    Pada akhir Juni–Juli 2021, frost hebat melanda Minas Gerais (Brazil), memusnahkan antara 5,5–9 juta karung kopi Arabika (330–540 ribu ton) dan mengurangi potensi panen 2022/23 hingga 2,7 juta karung. Kerusakan ini memicu lonjakan harga futures London & New York, mengoreksi ulang ekspektasi pasokan global.


    3. Biaya Produksi & Rantai Pasok

    • Input Pertanian: Harga pupuk dan upah tani menguat, menekan margin petani.
    • Logistik: Kenaikan tarif kontainer dan biaya bahan bakar, ditambah kemacetan pelabuhan, makin menambah beban biaya ekspor.

    4. Spekulasi & Finansialisasi Pasar

    Dana komoditas dan lembaga keuangan aktif memasuki pasar kopi—dengan futures, opsi, dan swap—memperlebar fluktuasi jangka pendek. Kurva futures untuk pengiriman 2026–2027 masih menunjukkan level USD 3,00–3,50 per lb (≈ US $6,60–7,70/kg) meski telah turun dari puncak 2024/25.


    5. Perbandingan Sebelum & Sesudah COVID-19

    Arabika (US $/kg)Robusta (US $/kg)
    Juni 2019≈ 2,33≈ 1,63
    Mei 2025≈ 8,62≈ 5,27
    Kenaikan~ 3,7×~ 3,2×

    Kenaikan 3–4 kali lipat ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan permintaan dipadu gangguan pasokan dan spekulasi.


    6. Outlook 2026

    Berdasarkan kurva futures ICE Arabika per Mei 2025, harga delivery pertengahan 2026 diperkirakan berada di kisaran 341–354 ¢/lb (US $3,00–3,50/lb), atau US $6,60–7,70/kg, menandakan sedikit pelunakan dari puncak namun masih relatif tinggi. Risiko cuaca ekstrem dan fluktuasi USD masih bisa memicu lonjakan tiba-tiba.


    Kesimpulan & Rekomendasi

    1. Diversifikasi Sumber: Roaster dan importir sebaiknya memperluas jaringan pasok.
    2. Hedging & Kontrak Jangka Panjang: Mengunci harga lewat forward contract dapat menahan volatilitas.
    3. Inovasi dan Specialty: Fokus pada direct trade dan specialty coffee, yang meski lebih mahal, menawarkan margin premium dan stabilitas pasokan.

    Dengan memahami gejolak permintaan (termasuk lonjakan di China), dampak cuaca, dan dinamika finansial, pelaku industri kopi dapat merumuskan strategi untuk menghadapi masa harga tinggi yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga pertengahan dekade.

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop